KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) ditutup menguat 0,18% ke posisi 6.641,83 pada akhir pekan ini, Jum'at (13/1). Meski berhasil naik dua hari beruntun, tapi belum mampu menyelamatkan IHSG dari penurunan 0,64% di pekan ini. Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova melihat berlanjutnya tren pelemahan IHSG tak lepas dari langkah antisipasi pelaku pasar atas kepemilikan aset berisiko, termasuk saham. Peralihan kepada instrumen yang berisiko lebih rendah memicu tekanan pada pasar saham domestik. "Hal ini terjadi di tengah kekhawatiran kembali naiknya Fed Rate dan kemungkinan ditahan di atas 5% dalam upaya pengendalian inflasi," kata Ivan kepada Kontan.co.id, Jum'at (13/1).
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menambahkan, IHSG sempat ambles ke level 6.557 ditekan oleh sentimen negatif, terutama Amerika Serikat (AS) ketika komentar pejabat The Fed yang lebih
hawkish terkait kebijakan suku bunga. Setelah itu, IHSG berhasil
rebound didorong meningkatnya keyakinan investor terhadap data inflasi yang akan melambat. "Tapi Pasar masih cenderung
wait and see karena terlihat penguatan IHSG di hari Jum'at masih cenderung terbatas," imbuh Sukarno.
Baca Juga: Saham-Saham Ini Banyak Diburu Asing Saat IHSG Menguat di Akhir Pekan Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya ikut melihat penguatan IHSG dipicu oleh rilis inflasi AS bulan Desember yang kembali turun sesuai perkirakan pasar ke level 6,5%. Meski masih jauh dari target di 3%, tapi hasil ini mendukung keyakinan pasar bahwa The Fed akan memperlambat kenaikan suku bunga. Adapun, sentimen negatif di pekan ini juga datang dari Bank Dunia yang kembali memangkas target pertumbuhan ekonomi dunia dan Indonesia. Di sisi lain, investor asing masih konsisten melakukan aksi jual, khususnya pada
big banks. "Meski ada sentimen positif dari komoditas batubara bahwa pemerintah India memperbesar porsi impor batubaranya, namun investor masih bersikap
risk off dengan bursa domestik," ujar Cheril. Sedangkan untuk pekan depan, Ivan melihat ada harapan pemulihan pasar. Sentimen positifnya datang dari penurunan inflasi AS dan potensi
rebound sejumlah komoditas, seperti pada minyak mentah dan batubara. Perkiraan Ivan, ada potensi
trend reversal pada IHSG menuju ke atas 6.800 dengan
resistance penentu yang harus ditembus di 6.727. Saham jagoan Ivan berada di sektor perbankan, komoditas minyak dan
consumer goods. Rekomendasi Ivan adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (
BBRI), PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC), PT Elnusa Tbk (
ELSA), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP), dan PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR).
Cheril memperkirakan pada pekan ada potensi koreksi IHSG ke level 6.500, sebelum
rebound ke area 6.750. Pelaku pasar masih bisa
buy saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (
AMRT) dan PT Bukalapak.com Tbk (
BUKA). Selanjutnya, bisa pertimbangkan
sell on strength PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO). Secara teknikal, Sukarno memperkirakan suport IHSG pekan depan ada di 6.570 dan
resistance 6.690. Jika mampu menembus 6.690, maka bisa lanjut menuju 6.747. Sebaliknya, jika gagal dan malah
breakdown support, maka IHSG akan lanjut menguji
support 6.509. Saham pilihan Sukarno untuk
trading buy adalah MEDC, ELSA, PT Samator Indo Gas Tbk (
AGII), PT Harum Energy Tbk (
HRUM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF), PT Surya Essa Perkasa Tbk (
ESSA), dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (
BTPS). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari