Menguat lima pekan beturut-turut, harga minyak mentah koreksi tipis



KONTAN.CO.ID - SINGPURA. Harga minyak mentah masih melemah pada perdagangan hari ini karena lonjakan lanjutan dalam kasus virus corona global yang memaksa serangkaian penguncian baru. Hal tersebut diprediksi akan kembali menghambat permintaan minyak.

Senin (7/12) pukul 11.10 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2021 melemah 20 sen atau 0,4% jadi US$ 49,05 per barel.

Serupa, minyak berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2021 turun 20 sen atau 0,4% ke level US$ 46,06 per barel. 


Kedua harga minyak benchmark ini naik selama lima minggu berturut-turut pada minggu lalu.

Baca Juga: Harga minyak melemah terseret lonjakan kasus corona global dan penguncian lebih ketat

"Minyak mentah mengupas keuntungan peluncuran vaksin sebelumnya setelah Los Angeles memiliki rekor tertinggi dalam kasus virus korona dan Korea Selatan menaikkan tingkat kewaspadaan mereka," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Seperti di ketahui, California melakukan pembatasan dengan meminta bar, salon rambut dan kuku, serta toko tato untuk ditutup kembali. 

Di sebelah selatan Jerman, pemerintah setempat mengumumkan akan memberlakukan penguncian yang lebih ketat dari Rabu (9/12) hingga Selasa (5/1). Korea Selatan juga memberlakukan aturan jarak sosial yang tinggi untuk ibu kota Seoul dan daerah sekitarnya yang akan berlangsung setidaknya hingga akhir bulan ini.

Sentimen lain yang ikut membebani harga minyak datang dari perusahaan energi Amerika Serikat (AS) setelah minggu lalu menambahkan rig minyak dan gas alam untuk ke-11 kalinya dalam 12 minggu. Ini terjadi karena produsen kembali ke wellpad bahkan saat sebagian besar memotong pengeluaran tahun ini dan tahun depan terjadi.

Iran, telah menginstruksikan kementerian perminyakannya untuk mempersiapkan instalasi untuk produksi dan penjualan minyak mentah dengan kapasitas penuh dalam tiga bulan, kata media pemerintah pada Minggu.

Baca Juga: Harga emas spot bergerak tipis ke US$ 1.838 per ons troi jelang siang ini

"Menambah tekanan pada harga minyak adalah potensi peningkatan produksi Iran dalam tiga bulan. Iran optimistis AS akan melonggarkan pembatasan jika mereka kembali ke kesepakatan nuklir 2015," tambah Moya.

Namun, pemulihan permintaan yang cepat di China dan perkembangan vaksin Covid-19 berhasil membatasi penurunan harga minyak.

Ekspor China pada bulan November naik pada laju tercepat sejak Februari 2018, dibantu oleh permintaan global yang kuat dan pemulihan di bidang manufaktur di ekonomi terbesar kedua di dunia itu melampaui mitra dagang utamanya.

Selanjutnya: Profitabilitas emiten barang konsumsi membaik, ini rekomendasi saham dari Mirae Asset

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari