Menguat sepanjang Agustus, simak prediksi IHSG dan rekomendasi saham untuk September



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menguat sepanjang bulan Agustus 2021. Sejak akhir bulan Juli 2021 hingga penutupan perdagangan Senin (30/8), IHSG tercatat menguat 1,23% menjadi 6.144,90. Adapun di akhir bulan lalu IHSG berada di level 6.070,04. 

Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Ike Widiawati mencermati, pergerakan IHSG di bulan Agustus 2021 memang cenderung rebound. Bahkan, IHSG sempat menyentuh di atas level  6.200 di pekan pertama bulan ini. Adapun IHSG diperkirakan masih akan berada di kisaran level 6.100 di akhir perdagangan bulan Agustus 2021. 

Ike mengamati, isu tapering off Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan tahun ini menjadi katalis negatif yang mempengaruhi pergerakan IHSG sepanjang Agustus. Akan tetapi, IHSG akhirnya mampu menguat kembali setelah diumumkan bahwa suku bunga The Fed masih dipertahankan di level rendah. Suku bunga pun belum akan ada kenaikan hingga tahun depan. 


Baca Juga: Wall Street mixed, indeks S&P 500 dan Nasdaq menuju rekor baru

Untuk bulan September 2021, pelaku pasar diperkirakan masih akan melihat perkembangan vaksinasi dan kontrol kasus Covid-19, serta kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah. 

"Sentimen mungkin akan cenderung minim, IHSG tampaknya akan cenderung flat pada periode ini," kata Ike kepada Kontan.co.id, Senin (30/8). 

Adapun secara historis, sejak tahun 2011 hingga 2020 pergerakan IHSG di bulan September cenderung memerah. Artinya, pasar mulai mengambil langkah antisipasi atau wait and see terhadap segala kemungkinan dalam menyambut kuartal keempat.

Di sisi lain, pasar bersiap memilih saham yang menguntungkan untuk momentum window dressing dan tahun 2022. Asal tahu saja, selama sepuluh tahun terakhir, IHSG tercatat memerah enam kali di bulan September di rentang penurunan 0,40% hingga 7,6%.

Baca Juga: Menarikkah Saham Sektor Infrastruktur?

Ike mengungkapkan, momentum penurunan yang juga mungkin terjadi di bulan September 2021 ini dapat dimanfaatkan untuk akumulasi saham-saham dengan harga murah akibat wait and see sebagian investor. 

"Pelaku pasar sudah bisa mengambil langkah untuk mencicil beli pada saham-saham yang sudah terdiskon besar-besaran," imbuh dia.

Kendati begitu, investor tetap perlu memperhatikan harga wajar dari suatu emiten. Ike menjagokan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) karena harganya sudah banyak terdiskon sejak awal tahun. Padahal emiten ini memiliki kinerja yang  positif dan masih undervalued, sehingga masih memiliki potensi yang cukup besar. Asal tahu saja, sejak awal tahun harga saham INTP sudah melorot 21,24%.

Adapun saham-saham lain yang dijagokannya ada PT Indofood CBP Tbk (ICBP), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA). Menurut Ike, sahan-saham ini memiliki fundamental yang cukup baik dengan harga yang terdiskon cukup dalam. 

Baca Juga: Penguatan rupiah terbantu aliran dana yang masuk ke pasar obligasi

Berbeda, Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adie Joe Kiswoyo mengungkapkan, pada bulan September tahun ini pergerakan IHSG akan cenderung menguat di kisaran 6.000 hingga 6.350. Salah satu faktornya adalah adanya kejelasan keputusan The Fed pada akhir bulan Agustus lalu. 

Adapun keputusan The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga dengan cepat mampu meredam kekhawatiran pasar. Termasuk, ketika nanti The Fed akan menyelenggarakan rapat lagi pada September 2021. 

"Paling pengurangan pembelian obligasi saja, tetapi itu mereka masih melihat situasi dan kondisi juga," ujar Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Senin (30/8). 

Kiswoyo memperkirakan, penggerak IHSG seperti saham-saham bluechips menjadi lebih menarik di bulan September 2021. Khususnya, saham-saham perbankan besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang berpotensi meningkat. Selain itu, potensi penguatan juga akan diikuti oleh emiten besar lain seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). 

Kiswoyo menekankan, penguatan saham-saham ini memang didorong oleh katalis positif kejelasan arah kebijakan The Fed. Terkait katalis persiapan investor akan akhir tahun dan window dressing tahun depan, Kiswoyo merasa saat ini masih terlalu dini. 

Baca Juga: IHSG menguat 1,71% ke 6.144 pada Senin (30/8), net buy asing Rp 567 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati