Siomay termasuk jajanan yang sangat populer di Indonesia. Tak hanya populer, ternyata siomay juga mendatangkan peluang bisnis yang menggiurkan. Jika berminat terjun ke usaha ini, ada tawaran kemitraan yang mungkin bisa Anda pertimbangkan.Selain bakso, siomay termasuk jajanan favorit masyarakat. Bisa dibilang, jajanan siomay sudah merakyat. Selain harga bersahabat dan mengenyangkan, rasa siomay yang gurih membuat kudapan ini cepat mendapat tempat. Sajian jajanan yang terbuat dari tepung dan ikan ini biasanya berteman tahu kukus, pare, sayur kol, atau telur rebus. Sebagai pelengkap, sajian siomay disiram dengan bumbu saus kacang plus sedikit perasan jeruk nipis.Bukan hanya terasa nikmat di lidah, siomay juga bisa mendatangkan peluang usaha yang menjanjikan fulus tak kalah lezat. Makanya, banyak orang tergiur menjajal peruntungan dari berjualan siomay. Dari mulai penjaja keliling dengan memakai sepeda, gerobak, kaki lima, hingga yang kelas resto. Betul, pemain usaha siomay saat ini sudah tak terhitung. Tapi, jangan khawatir, peluang usaha siomay masih belum tertutup. “Pasar siomay sangat luas, karena hampir semua orang menyukainya,” kata pemilik usaha Siomay Menteng, Ferryano Prawirakusuma.Tak heran, sudah banyak pelaku usaha siomay yang mengembangkan usahanya dengan skema kemitraan. Kalau Anda berminat mencoba usaha siomay ini secara instan, barangkali Anda bisa menimbang-nimbang tawaran mereka.Kebetulan beberapa pebisnis siomay yang mengincar pasar menengah telah membuka pintu kerja sama investasi. “Kompetitor di pasar menengah ini sedikit,” kata Ferryano.Enaknya kalau memulai bisnis dengan skema kemitraan ini, mulai dari bahan baku sampai prosedur penjualan itu sudah disiapkan oleh si pemilik kemitraan. Jadi, Anda tinggal mencari lokasi dan berjualan saja. Berminat? Berikut ulasan beberapa tawaran kemitraan siomay.Siomay ShanghaiSiomay Shanghai berdiri sejak 2007 di Semarang, Jawa Tengah. Bisnis ini dirintis pasangan suami istri Andreas C. Sugihartono dan Meita Cynthia. “Awalnya kami membuat siomay untuk pesanan acara-acara saja,” kata Andreas. Karena penghasilannya pasif, mulai tahun lalu mereka tidak mau lagi menggantungkan produksi pada pesanan. Akhirnya, Andreas dan istri mencoba memasarkan siomay buatan mereka sendiri.Siomay Shanghai hasil racikan pasangan suami istri ini tidak seperti siomay lain yang hanya memakai ikan tengiri sebagai bahan baku. Siomay Shanghai lebih variatif. “Siomay kami lebih mirip dimsum, tapi halal,” kata Andreas.Isi siomay meliputi daging ayam, udang, plus ikan tenggiri. Selain itu, masih ada variasi rasa lain, seperti sosis, telur, makroni, jamur, jagung manis, kismis, dan rebung. Tidak seperti kebanyakan penjual siomay yang melego dagangannya per porsi, siomay Shanghai dijual per satu siomay. “Satu siomay cukup besar, sehingga makan dua buah juga sudah kenyang,” kata Andreas. Siomay Shanghai mematok harga Rp 5.000–Rp 7.000 per buah, tergantung lokasi berjualan. Di kota besar seperti Jakarta, misalnya, harga jualnya bisa mencapai Rp 7.000 per buah.Pasangan ini mulai menawarkan kemitraan pada 2009. Hingga kini Siomay Shanghai sudah memiliki 17 mitra yang tersebar di Jakarta, Kudus, Purwokerto, dan Palembang. Dari 17 gerai tersebut, hanya dua gerai yang dikelola sendiri oleh keluarga Andreas, sisanya dikelola oleh mitra. Modal untuk menjadi mitra bisnis Siomay Shanghai hanya Rp 7,5 juta. Kerja sama kemitraan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang. Dengan biaya kemitraan sebesar itu, mitra akan mendapatkan peralatan seperti gerobak, kompor dua tungku, tabung elpiji, panci pengukus, penggorengan, serta piring. Mitra juga tidak perlu susah-susah membuat siomay. Bahan baku didatangkan langsung dari Semarang memakai peti boks es berkapasitas 340 siomay plus saos-sambalnya. “Jadi, mitra tinggal memasak dan menjualnya,” kata Andreas.Soal tempat usaha, mitra sebaiknya mencari lokasi yang ramai seperti permukiman penduduk, pasar, atau pusat perbelanjaan. Yang pasti, Siomay Shanghai tidak menganjurkan berjualan di pinggir jalan raya berjalur cepat. “Nanti tempat yang diajukan akan kami survei dulu,” ujar Andreas.Dari pengalaman yang ada, setiap gerai bisa menjual minimal 75–250 siomay per hari. Katakanlah bisa menjual 75 siomay, mitra sudah bisa kembali modal atau break even point (BEP) dalam tiga bulan. Bisnis ini bisa BEP cepat karena tidak membutuhkan biaya operasional besar. Biaya operasional hanya meliputi gaji satu sampai dua orang karyawan, sewa tempat, dan biaya pembelian gas elpiji.Siomay Menteng Usaha Siomay Menteng dirintis oleh Ferryano Prawirakusuma pada 2001 di Menteng, Jakarta Pusat. Pria yang akrab disapa Ferry ini berkisah, awalnya ia berjualan memakai gerobak keliling. Hanya dalam kurun waktu lima tahun, bisnis siomay Ferry berkembang pesat. Saat itu, Ferry sudah memiliki sekitar 20 gerobak siomay.
Mengudap untung dari kenyalnya kemitraan siomay
Siomay termasuk jajanan yang sangat populer di Indonesia. Tak hanya populer, ternyata siomay juga mendatangkan peluang bisnis yang menggiurkan. Jika berminat terjun ke usaha ini, ada tawaran kemitraan yang mungkin bisa Anda pertimbangkan.Selain bakso, siomay termasuk jajanan favorit masyarakat. Bisa dibilang, jajanan siomay sudah merakyat. Selain harga bersahabat dan mengenyangkan, rasa siomay yang gurih membuat kudapan ini cepat mendapat tempat. Sajian jajanan yang terbuat dari tepung dan ikan ini biasanya berteman tahu kukus, pare, sayur kol, atau telur rebus. Sebagai pelengkap, sajian siomay disiram dengan bumbu saus kacang plus sedikit perasan jeruk nipis.Bukan hanya terasa nikmat di lidah, siomay juga bisa mendatangkan peluang usaha yang menjanjikan fulus tak kalah lezat. Makanya, banyak orang tergiur menjajal peruntungan dari berjualan siomay. Dari mulai penjaja keliling dengan memakai sepeda, gerobak, kaki lima, hingga yang kelas resto. Betul, pemain usaha siomay saat ini sudah tak terhitung. Tapi, jangan khawatir, peluang usaha siomay masih belum tertutup. “Pasar siomay sangat luas, karena hampir semua orang menyukainya,” kata pemilik usaha Siomay Menteng, Ferryano Prawirakusuma.Tak heran, sudah banyak pelaku usaha siomay yang mengembangkan usahanya dengan skema kemitraan. Kalau Anda berminat mencoba usaha siomay ini secara instan, barangkali Anda bisa menimbang-nimbang tawaran mereka.Kebetulan beberapa pebisnis siomay yang mengincar pasar menengah telah membuka pintu kerja sama investasi. “Kompetitor di pasar menengah ini sedikit,” kata Ferryano.Enaknya kalau memulai bisnis dengan skema kemitraan ini, mulai dari bahan baku sampai prosedur penjualan itu sudah disiapkan oleh si pemilik kemitraan. Jadi, Anda tinggal mencari lokasi dan berjualan saja. Berminat? Berikut ulasan beberapa tawaran kemitraan siomay.Siomay ShanghaiSiomay Shanghai berdiri sejak 2007 di Semarang, Jawa Tengah. Bisnis ini dirintis pasangan suami istri Andreas C. Sugihartono dan Meita Cynthia. “Awalnya kami membuat siomay untuk pesanan acara-acara saja,” kata Andreas. Karena penghasilannya pasif, mulai tahun lalu mereka tidak mau lagi menggantungkan produksi pada pesanan. Akhirnya, Andreas dan istri mencoba memasarkan siomay buatan mereka sendiri.Siomay Shanghai hasil racikan pasangan suami istri ini tidak seperti siomay lain yang hanya memakai ikan tengiri sebagai bahan baku. Siomay Shanghai lebih variatif. “Siomay kami lebih mirip dimsum, tapi halal,” kata Andreas.Isi siomay meliputi daging ayam, udang, plus ikan tenggiri. Selain itu, masih ada variasi rasa lain, seperti sosis, telur, makroni, jamur, jagung manis, kismis, dan rebung. Tidak seperti kebanyakan penjual siomay yang melego dagangannya per porsi, siomay Shanghai dijual per satu siomay. “Satu siomay cukup besar, sehingga makan dua buah juga sudah kenyang,” kata Andreas. Siomay Shanghai mematok harga Rp 5.000–Rp 7.000 per buah, tergantung lokasi berjualan. Di kota besar seperti Jakarta, misalnya, harga jualnya bisa mencapai Rp 7.000 per buah.Pasangan ini mulai menawarkan kemitraan pada 2009. Hingga kini Siomay Shanghai sudah memiliki 17 mitra yang tersebar di Jakarta, Kudus, Purwokerto, dan Palembang. Dari 17 gerai tersebut, hanya dua gerai yang dikelola sendiri oleh keluarga Andreas, sisanya dikelola oleh mitra. Modal untuk menjadi mitra bisnis Siomay Shanghai hanya Rp 7,5 juta. Kerja sama kemitraan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang. Dengan biaya kemitraan sebesar itu, mitra akan mendapatkan peralatan seperti gerobak, kompor dua tungku, tabung elpiji, panci pengukus, penggorengan, serta piring. Mitra juga tidak perlu susah-susah membuat siomay. Bahan baku didatangkan langsung dari Semarang memakai peti boks es berkapasitas 340 siomay plus saos-sambalnya. “Jadi, mitra tinggal memasak dan menjualnya,” kata Andreas.Soal tempat usaha, mitra sebaiknya mencari lokasi yang ramai seperti permukiman penduduk, pasar, atau pusat perbelanjaan. Yang pasti, Siomay Shanghai tidak menganjurkan berjualan di pinggir jalan raya berjalur cepat. “Nanti tempat yang diajukan akan kami survei dulu,” ujar Andreas.Dari pengalaman yang ada, setiap gerai bisa menjual minimal 75–250 siomay per hari. Katakanlah bisa menjual 75 siomay, mitra sudah bisa kembali modal atau break even point (BEP) dalam tiga bulan. Bisnis ini bisa BEP cepat karena tidak membutuhkan biaya operasional besar. Biaya operasional hanya meliputi gaji satu sampai dua orang karyawan, sewa tempat, dan biaya pembelian gas elpiji.Siomay Menteng Usaha Siomay Menteng dirintis oleh Ferryano Prawirakusuma pada 2001 di Menteng, Jakarta Pusat. Pria yang akrab disapa Ferry ini berkisah, awalnya ia berjualan memakai gerobak keliling. Hanya dalam kurun waktu lima tahun, bisnis siomay Ferry berkembang pesat. Saat itu, Ferry sudah memiliki sekitar 20 gerobak siomay.