Canting untuk batik cap masih akan terus ada selama industri batik hidup. Di Pekalongan, ada ratusan perajin canting yang memasok cap ini bagi para pembatik di Pekalongan dan sentra batik lain. Selain sebagai alat produksi, canting batik cap ini juga bisa menjadi pajangan menarik dan suvenir cantik.Tak cuma terkenal sebagai kota batik, Pekalongan, Jawa Tengah juga punya banyak perajin canting cap untuk batik, yakni sekitar 200 perajin. Canting batik cap adalah alat yang terbuat dari tembaga untuk mengukir motif batik di helai kain.Bahan-bahan pembikin canting yakni tembaga, pelat baja, arang, gondorukem, dan patri. Saisol Riza, salah satu perajin canting bercerita, sudah lebih dari 20 tahun Pekalongan dikenal sebagai penghasil canting batik cap. Ia sendiri sudah 17 tahun menjadi perajin canting di kampungnya, Landung Sari, Pekalongan. Dalam sepekan, Saisol memasok 3 kilogram (kg) lembaran tembaga yang didapatnya dari penjual tembaga di Pekalongan. Lembaran tembaga berharga Rp 120.000 per kg. Harga beli pelat baja Rp 9.000 per kg dan arang Rp 28.000 per karung berisi 5 kg sampai 6 kg arang.Saisol memproduksi 20 canting batik cap sebulan dengan lima pekerja. Canting-cantingnya didominasi motif bunga, burung, parang, dan kawung. "Saya pasang harga Rp 300.000 sampai Rp 600.000 per canting," kata Saisol (36) yang menjual cantingnya ke pembuat batik Pekalongan. Saisol juga menerima pesanan canting dalam jumlah besar. Bulan lalu, ia mengerjakan 140 canting pesanan dari Solo. Di saat yang sama, ia menggarap pesanan 40 canting dari Kebumen. Saisol mengantongi keuntungan bersih Rp 6 juta per bulan. "Perajin canting lain di daerah sini belum tentu bisa dapat cukup besar seperti saya," kata Saisol bangga. Persaingan semakin ketat lantaran di Landung Saei ada 70 perajin canting.Saisol berharap di Pekalongan kelak ada paguyuban dan koperasi perajin canting. Saat ini, ia tengah menjajaki pembentukan paguyuban itu untuk mencegah monopoli harga tembaga. Selama ini, ia dan perajin canting lain membeli lembaran tembaga dari satu penjual. Harga tembaga mencapai Rp 120.000 per kg naik sejak dari tiga hari sebelumnya, Rp 108.000 per kg. Harapannya, lewat koperasi, perajin canting bakal memperoleh lembaran tembaga lebih murah. Berbeda dengan Saisol, Irwansyah, perajin canting di Gunung Putri, Bogormembuat canting cap untuk pajangan. Pesanan ini berasal dari para ekspatriat. "Ada juga pemesan untuk hadiah ulang tahun," kata Irwansyah (35) yang mewarisi usaha dari kakeknya yang sudah berdiri sejak 1970. Model canting hias ini mulai dari batik, penari bali, kupu-kupu, dan penjual jamu gendong.Cuma jumlah pembeli canting Irwansyah sekarang sudah menurun. Ia menghitung, kini cuma tersisa 20 pelanggan yang setia membeli produknya. Kerusuhan tahun 1998 menyebabkan pelanggannya yang ekspatriat yang pergi ke luar Indonesia. Satu canting padat motif berukuran 9 x 9 cm rampung di tangan satu pekerja dalam sepekan. Bila motif tidak begitu padat, canting bisa selesai dua hingga tiga hari.Sebuah canting dihargai Rp 300.000 sampai Rp 700.000. Irwansyah mendapat pesanan dua-tiga canting cap per bulan. Meski lesu, Irwansyah bertekad tetap menekuni usaha ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mengukir canting batik cap untuk pembatik dan kolektor
Canting untuk batik cap masih akan terus ada selama industri batik hidup. Di Pekalongan, ada ratusan perajin canting yang memasok cap ini bagi para pembatik di Pekalongan dan sentra batik lain. Selain sebagai alat produksi, canting batik cap ini juga bisa menjadi pajangan menarik dan suvenir cantik.Tak cuma terkenal sebagai kota batik, Pekalongan, Jawa Tengah juga punya banyak perajin canting cap untuk batik, yakni sekitar 200 perajin. Canting batik cap adalah alat yang terbuat dari tembaga untuk mengukir motif batik di helai kain.Bahan-bahan pembikin canting yakni tembaga, pelat baja, arang, gondorukem, dan patri. Saisol Riza, salah satu perajin canting bercerita, sudah lebih dari 20 tahun Pekalongan dikenal sebagai penghasil canting batik cap. Ia sendiri sudah 17 tahun menjadi perajin canting di kampungnya, Landung Sari, Pekalongan. Dalam sepekan, Saisol memasok 3 kilogram (kg) lembaran tembaga yang didapatnya dari penjual tembaga di Pekalongan. Lembaran tembaga berharga Rp 120.000 per kg. Harga beli pelat baja Rp 9.000 per kg dan arang Rp 28.000 per karung berisi 5 kg sampai 6 kg arang.Saisol memproduksi 20 canting batik cap sebulan dengan lima pekerja. Canting-cantingnya didominasi motif bunga, burung, parang, dan kawung. "Saya pasang harga Rp 300.000 sampai Rp 600.000 per canting," kata Saisol (36) yang menjual cantingnya ke pembuat batik Pekalongan. Saisol juga menerima pesanan canting dalam jumlah besar. Bulan lalu, ia mengerjakan 140 canting pesanan dari Solo. Di saat yang sama, ia menggarap pesanan 40 canting dari Kebumen. Saisol mengantongi keuntungan bersih Rp 6 juta per bulan. "Perajin canting lain di daerah sini belum tentu bisa dapat cukup besar seperti saya," kata Saisol bangga. Persaingan semakin ketat lantaran di Landung Saei ada 70 perajin canting.Saisol berharap di Pekalongan kelak ada paguyuban dan koperasi perajin canting. Saat ini, ia tengah menjajaki pembentukan paguyuban itu untuk mencegah monopoli harga tembaga. Selama ini, ia dan perajin canting lain membeli lembaran tembaga dari satu penjual. Harga tembaga mencapai Rp 120.000 per kg naik sejak dari tiga hari sebelumnya, Rp 108.000 per kg. Harapannya, lewat koperasi, perajin canting bakal memperoleh lembaran tembaga lebih murah. Berbeda dengan Saisol, Irwansyah, perajin canting di Gunung Putri, Bogormembuat canting cap untuk pajangan. Pesanan ini berasal dari para ekspatriat. "Ada juga pemesan untuk hadiah ulang tahun," kata Irwansyah (35) yang mewarisi usaha dari kakeknya yang sudah berdiri sejak 1970. Model canting hias ini mulai dari batik, penari bali, kupu-kupu, dan penjual jamu gendong.Cuma jumlah pembeli canting Irwansyah sekarang sudah menurun. Ia menghitung, kini cuma tersisa 20 pelanggan yang setia membeli produknya. Kerusuhan tahun 1998 menyebabkan pelanggannya yang ekspatriat yang pergi ke luar Indonesia. Satu canting padat motif berukuran 9 x 9 cm rampung di tangan satu pekerja dalam sepekan. Bila motif tidak begitu padat, canting bisa selesai dua hingga tiga hari.Sebuah canting dihargai Rp 300.000 sampai Rp 700.000. Irwansyah mendapat pesanan dua-tiga canting cap per bulan. Meski lesu, Irwansyah bertekad tetap menekuni usaha ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News