Mengukir laba dari furnitur berbahan akar teh



Bila diolah secara kreatif, limbah akar pohon teh ternyata bisa diubah menjadi aneka furnitur bernilai jual tinggi. Di Pagaralam, Sumatera Selatan banyak pengrajin akar pohon teh seperti ini. Kebetulan di daerah itu ada beberapa perusahaan besar perkebunan teh yang menghasilkan limbah akar pohon teh banyak. "Di Pagaralam ini banyak perkebunan teh, kami membeli bahan baku limbah akar teh di Pagaralam ini," kata Zainury Effendy, seorang pengrajin.  Zainury mengaku, awal menjadi pengrajin karena ingin membantu bapak mertunya, Erlan yang sudah dulu menekuni usaha ini. Zainury menuturkan, bapak mertuanya tertarik membuat kerajinan akar teh karena bentuknya yang unik. Di tambah saat itu bapak mertuanya sedang kesulitan keuangan. "Sejak itu dia menjadi pengrajin akar teh untuk mendapat penghasilan,” tutur Zainury.Zainury sendiri kini menjadi salah seorang pengrajin di bisnis kerajinan akar teh “Putri Kejora” milik mertuanya itu. Ia mengaku, butuh waktu delapan bulan untuk bisa menguasai keahlian membuat kerajinan dari akar teh.Lama menekuni usaha ini, kini mereka sudah punya banyak pelanggan. Dibantu delapan pengrajin, Putri Kejora bisa menghabiskan 1,5 ton akar teh yang dibeli seharga Rp 1,5 juta. Akar teh itu diolah menjadi delapan set kursi yang terdiri dari empat kursi dan satu meja setiap bulannya. Selain kursi, kadang mereka juga membuat lemari, dipan, bahkan tempat pelaminan. Aneka furnitur berbahan dasar akar teh itu dibanderol harga mulai Rp 250.000 hingga Rp 30 juta per unit. “Yang paling mahal itu pelaminan, tapi yang paling sering dipesan pelanggan kursi,” ujarnya. Zainury mengaku, dalam sebulan  bisa meraup omzet minimal Rp 20 juta.

Sebelum diolah menjadi furnitur,  akar teh direndam dulu di bak air selama enam bulan. Selama direndam, kulit akar teh akan mengelupas. Setelah itu, akar teh dikeluarkan dari bak untuk dikeringkan. Setelah kering, akar siap diolah. Pengrajin akar teh juga ada di Desa Simadu Banyumudal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Diantaranya Teguh Sanyoto (35). Ia mengaku menjadi pengrajin akar teh karena sempat bekerja di PT Perkebunan Nusantara IX. “PTPN waktu itu melakukan peremajaan tanaman dan saya bertugas memotong akar teh yang akan dibakar dan dibuang,” katanya. Lantaran sayang jika akar-akar teh itu dibuang, ia pun membawa sebagian pulang untuk diolah. Berkat tangan terampilnya, akar teh itu disulap menjadi asbak, aneka  hiasan ruangan, hingga furnitur.Ia membanderol kerajinan akar tehnya dengan kisaran harga yang cukup terjangkau, yakni Rp 20.000 hingga Rp 500.000 per buah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini