Harga mebel ukiran madura yang memakai kayu jati dengan perpaduan warna gelap dan cerah menyala, seperti merah, hijau, kuning, dan biru, memang tergolong mahal. Makanya, pengusaha dapat mengantongi penghasilan hingga Rp 75 juta per bulan dengan pemasaran di Jawa dan Sumatra.Mebel berukir dari pulau penghasil garam ini memang masih terbilang asing di telinga. Tak setenar ukiran jepara, misalnya. Maklum, promosi yang minim menjadikan produk ini kurang bergema gaungnya.Tetapi, menurut Rizki Azmi, pemilik Ricky Gallery di Sumenep, Madura, mebel ukiran khas pulau karapan sapi itu mulai menjadi buruan karena keunikannya. Berbeda dengan ukiran jepara atau dayak yang berwarna hitam atau putih, ukiran madura tampil dengan kombinasi kelir yang lebih berani, seperti merah dan biru.Bahan dasar kayu jati yang berwarna coklat kemudian dipadukan dengan warna-warna kontras dan cerah. "Kombinasi warna yang kontras antara warna gelap dengan warna-warna terang inilah yang menjadi daya tarik mebel ukiran madura," ujar Joko Budi Priyanto, agen pemasaran Kajukonah.Selain itu, motif ukiran madura lebih dominan menampilkan corak binatang, bunga-bunga, dan daun. Bentuk daun dalam ukiran madura mempunyai kekhasan, semisal gigi gergaji dan ujung daun yang berikal.Ricky Gallery menawarkan bermacam produk mebel ukiran madura, mulai dari lemari, meja makan, kotak penyimpanan kartu nama, kotak tisu, hingga gagang celurit dan pecut.Rizki menjual pelbagai produk tersebut dengan harga Rp 10.000 sampai Rp 35.000 untuk kotak tisu dan suvenir. Sedang, harga satu set meja, kursi, dan lemari, mulai dari Rp 4,5 juta hingga Rp 15 juta. Alhasil, Rizki bisa mendulang omzet antara Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per bulan. Wilayah pemasaran produk-produk mebelnya sudah hampir ke seluruh Indonesia, mulai dari Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, Bogor, dan Sumatra.Rizki yang meneruskan usaha ayahnya mulai 2007 mengatakan, promosi produknya lebih terbantu lewat internet dan kerjasama dengan pemerintah daerah (pemda) untuk berpartisipasi dalam sebuah pameran.Adapun Kajukonah memasarkan barang dagangannya melalui situsnya kajukonah.com dan galeri di Madura. Joko bilang, peminat produk Kajukonah banyak juga yang datang dari luar Madura. "Sayangnya masih terkendala biaya pengiriman yang mahal," ujarnya. Biaya pengiriman melonjak sebab mebel ukiran madura yang terbuat dari kayu jati tergolong berat. Jadi, sebagian besar yang membeli produk buatan Kajukonah adalah warga Madura sendiri atau orang luar yang sedang berkunjung ke galeri.Kajukonah menyediakan ukiran tiga dimensi yang sangat halus. "Makin halus ukirannya, harganya makin mahal sekitar Rp 10 juta, karena proses pengerjaannya bisa sampai sebulan," kata Joko. Sementara, untuk ukiran dua dimensi, bisa dikerjakan sepekan. Mebel-mebel ini dikerjakan 20 perajin di dua bengkel kerja milik Kajukonah.Kajukonah melego beraneka produknya dengan harga Rp 1 juta sampai Rp 10 juta. Dalam sebulan Joko mendapat pesanan 15 mebel dengan omzet Rp 75 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mengukir laba usaha mebel jati madura yang menyala
Harga mebel ukiran madura yang memakai kayu jati dengan perpaduan warna gelap dan cerah menyala, seperti merah, hijau, kuning, dan biru, memang tergolong mahal. Makanya, pengusaha dapat mengantongi penghasilan hingga Rp 75 juta per bulan dengan pemasaran di Jawa dan Sumatra.Mebel berukir dari pulau penghasil garam ini memang masih terbilang asing di telinga. Tak setenar ukiran jepara, misalnya. Maklum, promosi yang minim menjadikan produk ini kurang bergema gaungnya.Tetapi, menurut Rizki Azmi, pemilik Ricky Gallery di Sumenep, Madura, mebel ukiran khas pulau karapan sapi itu mulai menjadi buruan karena keunikannya. Berbeda dengan ukiran jepara atau dayak yang berwarna hitam atau putih, ukiran madura tampil dengan kombinasi kelir yang lebih berani, seperti merah dan biru.Bahan dasar kayu jati yang berwarna coklat kemudian dipadukan dengan warna-warna kontras dan cerah. "Kombinasi warna yang kontras antara warna gelap dengan warna-warna terang inilah yang menjadi daya tarik mebel ukiran madura," ujar Joko Budi Priyanto, agen pemasaran Kajukonah.Selain itu, motif ukiran madura lebih dominan menampilkan corak binatang, bunga-bunga, dan daun. Bentuk daun dalam ukiran madura mempunyai kekhasan, semisal gigi gergaji dan ujung daun yang berikal.Ricky Gallery menawarkan bermacam produk mebel ukiran madura, mulai dari lemari, meja makan, kotak penyimpanan kartu nama, kotak tisu, hingga gagang celurit dan pecut.Rizki menjual pelbagai produk tersebut dengan harga Rp 10.000 sampai Rp 35.000 untuk kotak tisu dan suvenir. Sedang, harga satu set meja, kursi, dan lemari, mulai dari Rp 4,5 juta hingga Rp 15 juta. Alhasil, Rizki bisa mendulang omzet antara Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per bulan. Wilayah pemasaran produk-produk mebelnya sudah hampir ke seluruh Indonesia, mulai dari Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, Bogor, dan Sumatra.Rizki yang meneruskan usaha ayahnya mulai 2007 mengatakan, promosi produknya lebih terbantu lewat internet dan kerjasama dengan pemerintah daerah (pemda) untuk berpartisipasi dalam sebuah pameran.Adapun Kajukonah memasarkan barang dagangannya melalui situsnya kajukonah.com dan galeri di Madura. Joko bilang, peminat produk Kajukonah banyak juga yang datang dari luar Madura. "Sayangnya masih terkendala biaya pengiriman yang mahal," ujarnya. Biaya pengiriman melonjak sebab mebel ukiran madura yang terbuat dari kayu jati tergolong berat. Jadi, sebagian besar yang membeli produk buatan Kajukonah adalah warga Madura sendiri atau orang luar yang sedang berkunjung ke galeri.Kajukonah menyediakan ukiran tiga dimensi yang sangat halus. "Makin halus ukirannya, harganya makin mahal sekitar Rp 10 juta, karena proses pengerjaannya bisa sampai sebulan," kata Joko. Sementara, untuk ukiran dua dimensi, bisa dikerjakan sepekan. Mebel-mebel ini dikerjakan 20 perajin di dua bengkel kerja milik Kajukonah.Kajukonah melego beraneka produknya dengan harga Rp 1 juta sampai Rp 10 juta. Dalam sebulan Joko mendapat pesanan 15 mebel dengan omzet Rp 75 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News