KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan
pandemic bond batal dilakukan pemerintah. Sebelumnya, pemerintah berniat menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rangka menangani pandemi Covid-19. Dana akan digunakan untuk menopang likuiditas keuangan dunia usaha. Namun pemerintah mengurungkan rencana penerbitan seri khusus Pandemic Bond tersebut. Sebagai gantinya, pembiayaan seri khusus ini akan menjadi bagian dari penerbitan SBN yang masuk dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Penerbitannya pun dilaksanakan dalam suatu skema khusus yang terpisah.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menganggarkan program PEN Rp 150 triliun. PEN menjadi fokus pemerintah dalam menjaga dunia usaha yang sedang terpuruk. Terutama bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang sangat merasakan dampak penurunan aktivitas ekonomi lantaran pandemi Covid-19. Yield masih tinggi Penundaan penerbitan
pandemic bond ini bisa menimbulkan dampak pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Yield SBN 10 tahun memiliki korelasi terbalik dengan IHSG. Ketika
yield SBN 10 tahun mengalami kenaikan, maka IHSG akan terkoreksi. Begitu pula sebaliknya.

Secara garis besar, tren
yield Indonesia masih dalam keadaan
sideways.
Yield SBN 10 tahun Indonesia Jumat lalu (8/5) berada di titik tertinggi setelah 28 April 2020, yaitu di angka 8,1.
Kenaikan
yield mulai terjadi pada 6 Mei 2020, bertepatan dengan pengumuman dibatalkannya penerbitan
pandemic bond. Sentimen Covid-19 masih jadi pendorong bagi pergerakan
yield SBN 10 tahun. Dalam satu bulan terakhir,
yield SBN 10 tahun berada pada tren
sideways, yakni di kisaran 7,78–8,2. Perlu diperhatikan jika
yield kembali naik melewati 8,2 dan 8,3, kemungkinan akan ada koreksi dari IHSG. IHSG masih dalam tren
sideways di area 4.400–4.810. Hari ini pasar cenderung akan bergerak
mixed di area 4.500-4.700. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News