Mengukur kecepatan bisnis TAXI



JAKARTA. PT Express Trasindo Utama Tbk (TAXI) segera berganti pemilik. Perusahaan investasi milik pengusaha Sandiaga Uno PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berencana mengambil-alih 51% saham TAXI dari tangan Grup Rajawali.

Direktur Saratoga Andi Esfandiari dalam keterangan resminya mengatakan, Saratoga dan Rajawali Corpora telah menandatangani kesepakatan akuisisi 51% saham TAXI. Kedua pihak masih bernegosiasi harga dan syarat pengambilalihan seluruh kepemilikan Grup Rajawali.

Sejumlah analis memandang rencana aksi itu bakal mendongkrak bisnis TAXI. Analis BNI Securities Thennesia Debora melihat, akuisisi yang dilakukan Saratoga,  secara umum berdampak positif terhadap TAXI. Dengan kinerja keuangan Saratoga yang lebih solid dibandingkan Grup Rajawali, TAXI lebih mudah melakukan ekspansi.


Tahun ini TAXI menargetkan menambah kendaraan baru sebanyak 500 unit. Adapun alokasi belanja modal (capex)  antara Rp 400 milair hingga Rp 500 miliar. Sumber dananya berasal dari sisa penerbitan obligasi tahun lalu dan pinjaman bank. "Dengan menggandeng Saratoga, TAXI tidak akan kesulitan menyiapkan pendanaan," ungkap Thennesia.

Agustinus Reza Kirana, analis Bahana Securities, memandang, prospek TAXI bagus setelah diakuisisi Saratoga. Saratoga memiliki anak usaha yang bergerak di bidang otomotif, yakni PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX). Keduanya bisa menjalin hubungan simbiosis mutualisme. MPMX bisa mengandalkan penjualan dari TAXI di tengah perlambatan penjualan kendaraan. Sedangkan TAXI terbantu pengadaan kendaraan baru.

Kendati berprospek cerah bagi TAXI, akuisisi ini tak lepas dari sentimen negatif. Saratoga pernah mengakuisisi maskapai penerbangan Mandala Tigerair (sebelumnya Mandala Airlines), namun tak berjalan mulus. Pelaku pasar masih khawatir TAXI bakal bernasib seperti Mandala.

Agustinus dan Kevin Rusli, analis Indopremier Securities melihat sisi negatifnya terletak pada harga akuisisi. Harga yang disebut-sebut di kisaran Rp 1.200-Rp 1.300 per saham, menurut Agustinus, terlalu mahal dibandingkan fundamental TAXI.

Agustinus memperkirakan, laba bersih TAXI tahun ini menurun 30% lantaran beban emiten itu besar untuk operasional kendaraan baru yang menggunakan sistem full operated ditambah beban obligasi yang terbit Juni 2014 sebesar Rp 1 triliun dengan bunga 12,25% per tahun. "Namun pendapatan usaha TAXI berpotensi tumbuh 10% menjadi Rp 975 miliar," kata dia.

Sedangkan Thennesia memandang prospek bisnis TAXI masih cerah meski harga BBM berfluktuasi. Pasalnya, beban bahan bakar untuk taksi regular sudah ditanggung sopir. TAXI juga memiliki kelebihan lain dari kompetitor, terutama menerapkan sistem partnership yang menguntungkan bagi sopir.

Thennesia menargetkan, pendapatan TAXI tumbuh menjadi Rp 967,5 miliar dan laba bersih naik ke Rp 147,5 miliar. Dia merekomendasikan buy TAXI dengan target Rp 1.375 per saham. Kevin menyarankan buy TAXI, tapi menurunkan target harga dari Rp 1.700 ke Rp 1.300. Adapun Agustinus memasang sell, dengan target Rp 820. Harga saham TAXI di bursa kemarin di  Rp 1.075 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto