Mengukur kelezatan budidaya labu madu (bagian 2)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Labu madu atau butternut squash merupakan salah satu jenis tanaman labu yang mulai banyak dibudidayakan di Indonesia. Labu yang berasal dari benua Amerika ini memiliki bentuk bulat panjang seperti bohlam lampu. Rasa labu ini manis dan teksturnya lembut.

Yang lebih menarik, masa tanam labu asal benua Amerika ini relatif singkat. Sekitar 85 hari–90 hari saja, tanaman labu madu sudah siap dipanen.

Sulistyo Purnomo, petani labu madu asal Desa Toyoresmi, Kediri, Jawa Timur menjelaskan, jika budidaya labu madu tidak terlalu sulit, asalkan setiap tahap dilakukan dengan benar. "Asal disiplin saat perawatan dan awal penanaman," ujarnya.


Hal pertama menggemburkan lahan dan membuat bedengan untuk menanam labu madu. Bedengan dibuat dengan lebar satu meter dan tinggi 40 cm–50 cm. Jarak antar bedengan sekitar 2 m–4 m.

Berikutnya, melakukan penebaran pupuk kandang sebanyak 10 ton–15 ton per hektare di atas bedengan selama 2 minggu. Setelah itu, menutup bedengan plastik supaya cepat lembab dan tidak tumbuh gulma. Jangan lupa membuat tempat rambatan tanaman karena labu tanaman merambat. "Tempat rambatan bisa memakai bambu," katanya.

Setelah lahan siap ditanami, siapkan bibit labu madu. Kebanyakan masih impor yakni dari jenis labu madu Hanna dan Havana. Namun ada juga bibit labu madu lokal asal Purwakarta yang kualitasnya tidak kalah dengan bibit impor. Supaya cepat bercambah, bibit labu madu direndam terlebih dahulu di dalam air selama dua sampai tiga hari.

Jarak tanam antar bibit yaitu 1 m x 1 m dan jarak tanam antar baris sekitar 50 cm. Sulistyo mengatakan bibit labu madu bisa dipindah tanam ke lahan yang lebih luas jika sudah mencapai usia 1 - 2 minggu.

Selain persiapan awal yang matang, pemeliharaan tanaman juga jadi kunci keberhasilan budidaya labu madu. Sulis, sapaan akrab Sulistyo bilang, pemberian pupuk dan penyiraman harus diperhatikan. Pada saat awal penanaman, pemberian pupuk harus rutin dan agresif agar merangsang pertumbuhan tanaman. Seperti di tahap awal, pemberian pupuk secara kocor atau semprot setiap tiga sampai empat hari sekali. Baru setelah berusia 1,5 bulan intensitas pemupukan dikurangi.

Indra Mahyudi, petani labu madu asal Medan menambahkan, pemberian pupuk secara rutin bisa juga meningkatkan kualitas buah labu madu. "Waktu awal pakai pupuk untuk mempercepat tumbuh tanaman, nanti bisa diganti dengan pupuk buah," ujarnya.

Menurut Indra, penyiraman jadi hal penting dalam budidaya labu madu. Pasalnya, tanaman menjalar ini tidak tahan kering. Jika turun hujan, penyiraman bisa dikurangi menjadi sehari sekali.

Labu madu juga memiliki hama penyakit yang kerap menyerang, yaitu hama layu yang disebabkan spora yang ada dalam tanah dan serangga seperti kumbang, ulat.

Pencegahannya, bisa pakai insektisida atau pestisida untuk membasmi hama. Sedangkan untuk mematikan spora adalah di tahap awal, lahan harus dicangkul atau bajak dan didiamkan tiga minggu untuk mematikan spora fusarium tersebut.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon