Mengukur lagi tinggi bisnis Sarana Menara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis sewa menara telekomunikasi dinilai masih akan tumbuh, seiring dengan meningkatnya tren data traffic dari operator halo-halo. Alhasil, pendapatan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) di paruh pertama tahun ini pun masih positif.

TOWR mencetak kenaikan pendapatan 9,1% secara year on year (yoy) menjadi Rp 2,64 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 2,42 triliun.

Niko Margaronis, Analis Ciptadana Sekuritas Asia, mengatakan, pendapatan TOWR meningkat lantaran bertambahnya penyewaan menara baru. Salah satunya berasal dari penyewaan PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang naik 38,9% yoy dan PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) yang naik 9,3% yoy.


Pendapatan TOWR juga terdorong tren internet dari perusahaan operator yang tumbuh lebih dari 100%. "Hal ini membuat demand sewa menara dan pembangunan menara baru bertambah," kata Niko, Selasa (3/10).

Sementara itu, Muhammad Fariz, Analis Kresna Sekuritas, dalam riset 28 Agustus lalu, mencatat, kenaikan sewa menara baru berhasil mengkompensasi penurunan pendapatan dari pelepasan 260 menara di Belanda dan sewa menara yang sudah kedaluwarsa. Tapi, beban pendapatan yang tinggi masih menggerus laba bersih TOWR 4% yoy menjadi Rp 1,27 triliun.

Menurut Niko, turunnya laba bersih ini disebabkan operator Smartfren yang tak lagi melanjutkan perpanjangan kontrak penyewaan dengan TOWR. Alhasil, jumlah sewa menara dari Smartfren turun 533 unit secara yoy.

Ranjan Sharma, Analis JP Morgan, dalam riset 21 Agustus 2017, memprediksikan, di semester kedua tahun ini, jumlah penyewa TOWR berpotensi meningkat. Pasalnya, perusahaan ini telah mendapat kontrak 901 kolokasi baru dan membangun 346 menara baru, yang akan beroperasi pada kuartal III-2017. Dalam hitungan JP Morgan, TOWR akan mendapatkan sekitar 326 penyewa baru.

Niko menambahkan, dalam jangka panjang, TOWR masih berpeluang mencetak pertumbuhan kinerja positif karena adanya permintaan sewa menara dari PT Indosat Tbk (ISAT). "Saat ini demand menara dari Indosat memang belum banyak. Tetapi TOWR telah berdiskusi dengan Indosat mengenai kerja sama ini," kata dia. Operator lain, seperti EXCL dan Telkomsel, juga diprediksi akan tetap bekerjasama dengan TOWR.

Ekspansi anorganik

Pertumbuhan kinerja TOWR juga bisa terdongkrak ekspansi anorganik, melalui rencana akuisisi perusahaan menara. TOWR memang dikabarkan tertarik mengakuisisi PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) dan PT Komet Infra Nusantara (KIN). Jika rencana tersebut terealisasi, TOWR punya ruang mendorong margin kinerjanya.

Tapi menurut Niko, keberhasilan TOWR dalam mengakuisisi perusahaan menara lain masih tergantung dari harga jual perusahaan bersangkutan. "Tergantung harga, kalau sekitar US$ 1 miliar, mungkin ini terlalu mahal. Jadi, rencana ini masih belum pasti," kata dia.

Terkait ekspansi ini, TOWR dinilai punya kemampuan mumpuni untuk memperoleh pendanaan baru. Tingkat utang TOWR baru sebesar 1,2 kali dari EBITDA. Jika akuisisi ini terjadi, ada risiko tingkat utang perusahaan makin tinggi. Tapi Niko bilang, momen suku bunga yang sedang melandai saat ini menjadi momentum tepat jika TOWR ingin melakukan akuisisi.

Prospek kinerja TOWR juga semakin positif dengan pendapatan yang diperkuat dari pertumbuhan anak perusahaan, iForte, melalui layanan VSAT yang membangun broadband serat optik.

Dalam jangka pendek, TOWR juga bisa memperoleh sentimen positif dari adanya lelang frekuensi. "Kalau TOWR bisa menambah frekuensi spektrum baru, mungkin operator telekomunikasi lain bisa menambah permintaan untuk sewa menara," kata Niko. Hingga akhir tahun ia memprediksi pendapatan TOWR bisa mencapai Rp 5,31 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp 2,5 triliun.

Niko pun merekomendasikan hold saham TOWR dengan target harga Rp 4.400 per saham. Fariz merekomendasikan buy TOWR dengan memasang target harga Rp 5.100 per saham. Sementara itu, Ranjan memberi rekomendasi overweight dengan target Rp 5.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini