Mengukur luas prospek kawasan industri DMAS



JAKARTA. PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) menjadi emiten kawasan industri berperforma terbaik dari sisi pencapaian pra penjualan lahan. Hingga awal Agustus, DMAS mencetak marketing sales lahan industri 50,7 hektare (ha).

Padahal anak usaha Sinarmas Land ini hanya mematok target pra penjualan lahan 50 ha pada 2016. DMAS melewati target seiring tercapainya kesepakatan penjualan lahan dengan PT Astra Honda Motor (AHM) seluas 38,3 ha di Greenland International Industrial Centre (GIIC) Kota Deltamas.

DMAS terus mengembangkan kawasan terpadu modern Kota Deltamas dengan area pengembangan mencapai 3.053 ha dan cadangan lahan lebih dari 1.600 ha. Kehadiran AHM akan mengukuhkan posisi GIIC sebagai pusat otomotif.


Sejumlah produsen otomotif telah hadir di kawasan ini seperti Suzuki, Maxxis Internasional, Mitsubhisi, serta SAIC GM Wuling. Tondy Suwanto, Direktur DMAS, mengatakan, permintaan lahan industri berangsur membaik sejak kuartal kedua.

Tondy bilang, pihaknya sedang bernegosiasi dengan sejumlah perusahaan yang berminat untuk berinvestasi di kawasan industri Kota Deltamas. "Kemungkinan yang tengah dinegosiasikan bisa masuk tahun ini. Tapi kami belum punya rencana menaikkan target," katanya kepada KONTAN, Rabu (10/8).

Liliana Bambang, analis Mandiri Sekuritas, menilai DMAS memiliki posisi terbaik untuk menangkap peluang investasi yang segera masuk setelah perbaikan iklim investasi. Dia menilai, DMAS merupakan salah satu pengembang kawasan industri terbaik. DMAS memiliki persediaan landbank besar dan neraca keuangan yang sehat.

"Kami menetapkan kembali rekomendasi buy dengan target harga yang naik menjadi Rp 350 untuk saham DMAS," tulis dia dalam risetnya.

Target harga ini mencerminkan diskon 50% terhadap nilai aset bersih (NAV) DMAS. Saat ini, DMAS ditransaksikan pada valuasi yang terdiskon 60% dari NAV.

Christine Natasya, analis Daewoo Securities Indonesia, menilai, prospek bisnis DMAS masih akan cerah hingga tahun depan. Ia mengatakan, kehadiran perusahan-perusahaan otomotif besar di lahan GIIC akan membuka peluang bagi industri yang berhubungan dengan otomotif masuk ke kawasan ini.

"Permintaan untuk membuka pabrik di sana akan tumbuh," kata Christine. Christine menambahkan, rencana pembangunan Aeon Mall seluas 20 ha di Deltamas tahun 2017 juga akan menjadi daya tarik baru bagi investor.

Secara teknikal, dia merekomendasikan hold saham emiten ini, dengan target harga Rp 300, karena saham DMAS sudah menguat tajam.

Sementara Sanni Satrio Dwi Utomo, analis Bahana Securities, mempertahankan rekomendasi buy untuk DMAS dengan target harga Rp 290. Ia bilang, saham DMAS ditransaksikan dengan PER 10,2 kali, lebih rendah dari PER rata-rata sektor, 10,4 kali.

Satrio menilai, prospek bisnis DMAS akan semakin bagus seiring rencana pembangunan Aeon Mall dan beroperasinya pabrik SGMW tahun 2017. Keberadaan mal akan mendorong kenaikan harga lahan komersial. Sedangkan pabrik SGMW berpeluang membawa 1.000 tenaga kerja yang akan menopang proyek perumahan.

Satrio memperkirakan, pendapatan DMAS tahun ini akan turun 8% karena pembukuan pendapatan kontrak SGMW yang lebih cepat di tahun lalu. DMAS mengakui penjualan Rp 550 miliar dari SGMW atau setengah dari nilai kontrak.

Selain itu, Satrio memperkirakan DMAS akan mencetak kerugian kurs Rp 12 miliar, sehingga laba bersih berpeluang turun 5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie