KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan lalu mata uang dollar Singapura nyaris mendekati Rp 10.000. Sementara, mata uang dollar Amerika Serikat (AS) juga bergerak cenderung menguat hingga sempat rupiah jatuh terdalam di level Rp 13.609 per dollar AS, Jumat (27/10). Penggunaan kedua mata uang tersebut di Indonesia cukup besar. Banyak masyarakat Indonesia doyan pergi ke Singapura, begitupun dengan kebutuhan dollar AS di Indonesia yang juga cukup tinggi. Jumat (3/11), nilai rupiah menguat 0,45% di Rp 9.915 per dollar Singapura. Namun, sejak awal tahun pergerakan dollar Singapura terhadap rupiah naik 6,5%.
Sementara hari ini rupiah menguat 0,40% terhadap dollar AS di Rp 13.498. Sejak awal tahun mata uang garuda cenderung lebih stabil dengan hanya melemah 0,18%. Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan, dalam dua hari terakhir rupiah menguat dihadapan dollar AS maupun Singapura. Penyebabnya, di AS sedang bergejolak akibat terpilihnya Jerome Powell sebagai gubernur baru Federal Reserve. "Kebijakan Powell kemungkinan mirip dengan Janet Yellen yang menaikkan suku bunga secara bertahap dan ini membuat mata uang SGD dan USD melemah dua hari terakhir," kata David. David menambahkan, pergerakan dollar Singapura dan dollar AS tidak selalu sejalan terhadap rupiah. "Tergantung pada perkembangan ekonomi di Singapura sendiri," kata David. Hingga akhir tahun David memproyeksikan pergerakan dollar Singapura terhadap dollar AS cenderung masih akan dipengaruhi oleh kebijakan moneter AS. "Akhir tahun kemungkinannya ekonomi Singapura masih cenderung stagnan, di perdagangan global juga stagnan, faktor AS yang lebih kuat yang akan mempengaruhi dollar Singapura dan rupiah," kata David.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar Singapura maupun dollar AS, David prediksikan pada akhir tahun akan bergerak cenderung stabil. "Potensi pelemahan tipis mungkin terjadi pada rupiah di tahun 2018," kata David. Dalam situasi tersebut, David menyarankan akan lebih menguntungkan bila menyimpan dollar Singapura dalam waktu dekat karena sejak awal tahun pun sudah bergerak menguat. Meski, David melihat pergerakan dan potensi keuntungan tidak terlalu besar pada dollar Singapura maupun dollar AS. "Dollar Singapura kemungkinan bisa di atas Rp 10.000 atau sekitar Rp 10.100-Rp 10.200," kata David. Sementara, dollar AS David rekomendasikan dikoleksi untuk jangka menengah dan panjang. Alasannya, saat ini The Fed sudah sesuai ekspektasi akan menahan suku bunga hingga akhir tahun. Oleh karena itu dalam jangka menengah atau panjang di tahun depan The Fed akan naikkan suku bunga, maka dollar AS akan lebih menarik disimpan hingga jangaka panjang atau menengah. "Rupiah terhadap dollar AS cenderung stagnan di akhir tahun di sekitar Rp 13.400," kata David. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati