Mengukur prospek proyek monorel Adhi Karya



JAKARTA. Tekad Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melanjutkan megaproyek monorel ikut melambungkan prospek PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Emiten konstruksi pelat merah ini bakal meneruskan proyek monorel yang sempat mangkrak cukup lama.

Adhi Karya memimpin konsorsium proyek monorel, dengan anggota PT Industri Kereta Api dan PT Len Industri. Kapasitas angkut proyek monorel ini sekitar 77.500 orang per arah per hari. Adapun kapasitas angkut per gerbong sebanyak 200 orang.

Proposal ADHI soal proyek monorel telah mendapat dukungan Pemprov DKI. ADHI merevisi rencana awal yang semula empat jalur sepanjang 60,55 km menjadi tiga jalur sepanjang 50,8 km. Ketiga jalur itu meliputi Tanah Abang-Kuningan-Senayan-Palmerah sepanjang 14,4 km, jalur Cawang Atas-Grogol-Harmoni-Senen 12,8 km dan jalur Cawang Atas-Senen-Mangga Dua-Ancol 13,6 km.


Manajemen ADHI optimistis bisa menuntaskan proyek tersebut. Investasi tiga jalur monorel diperkirakan menelan biaya Rp 11,5 triliun. Sebesar 30% pendanaan berasal dari ekuitas konsorsium BUMN dan BUMD. Sedangkan 70% biaya proyek berasal dari pinjaman perbankan. Sekretaris Perusahaan Adhi Karya, Amrozi Hamidi bilang, perseroan masih menjajaki pinjaman perbankan.

Analis AM Capital Janson Nasrial melihat prospek ADHI semakin cerah dengan proyek ini. Apalagi, pemerintah anak mencanangkan 2013 sebagai tahun infrastruktur. Dari sisi pendanaan, Janson melihat ADHI bakal meraih pinjaman sejumlah bank BUMN. Di sisi lain, struktur permodalan Adhi juga dinilai masih cukup kuat untuk menerbitkan surat utang.

Pandangan berbeda disampaikan Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada. Menurut dia, struktur permodalan Adhi sudah tak imbang, sehingga sulit menambah pinjaman. Reza menghitung posisi debt-to-equity ratio (DER) ADHI sudah mencapai 5 kali atau di atas batas aman. "Jika beberapa proyek tahun ini bisa on track, masih ada kesempatan untuk mengurangi cicilan utang," kata dia.

Bukan cuma proyek monorel, Adhi Karya mulai menggeber proyek properti. ADHI berniat mengembangkan proyek kawasan terpadu (mixed use) yaitu Grand Kalimas seluas 9 ha. Di proyek itu, Perseroan ini akan membangun hotel, apartemen, dan ruko. Di tahap awal, nilai investasinya sekitar Rp 550 miliar.

Adhi juga akan menggarap proyek real estate di Cibubur dan Cinere dengan luas area 40 ha. Dana untuk proyek itu mencapai Rp 150 miliar. Reza bilang, sektor properti bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan Adhi di masa depan. Proyeksi itu sejalan dengan tingginya permintaan properti di Indonesia.

Memang, selama ini kontribusi jasa konstruksi masih mendominasi pendapatan ADHI. Tapi proyek itu tak berkesinambungan, sedangkan bisnis properti cukup menjanjikan dan memiliki prospek jangka panjang.

Kontribusi bisnis properti ADHI masih minim, yakni 3% total pendapatan. Namun, manajemen ADHI berharap sektor properti menyumbang 20% pendapatan dalam lima tahun mendatang. Sedangkan 10 tahun lagi, kontribusinya bisa mencapai 60%.

Janson merekomendasikan buy on weakness ADHI dengan target Rp 1.300. Reza Priyambada juga menyarankan buy dengan target Rp 1.350 per saham. Sedangkan analis MNC Securities Reza Nugraha merekomendasikan buy dengan target Rp 1.340 per saham. Harga ADHI, Senin (22/10), tumbuh 5% menjadi Rp 1.260 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro