KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten di sektor infrastruktur dan konstruksi tampak mulai membangun kembali pondasi penguatan harga saham dalam sebulan terakhir. Emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya masih memimpin pergerakan di sektor ini. Pada perdagangan Rabu (8/6) kemarin, harga saham BUMN Karya dan anak usahanya kompak menguat. Meski pada hari ini, Kamis (9/6) mayoritas mengalami penurunan seiring dengan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penguatan saham emiten konstruksi dalam sebulan terakhir antara lain tergambar dari gerak PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) yang mencatatkan kenaikan 10,79%. Meski pada hari ini ditutup melemah 0,65% ke posisi Rp 770.
WSKT Chart by TradingView Sejalan dengan induk usahanya, anak usaha BUMN Karya pun mencatatkan penguatan harga saham dalam sebulan terakhir. Seperti yang terjadi pada PT PP Presisi Tbk (PPRE), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), dan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE). Sedangkan bagi emiten konstruksi swasta, pergerakannya bervariasi. Tak banyak emiten yang harga sahamnya terdongkrak naik dalam sebulan terakhir. Emiten yang mampu melaju adalah PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST) dengan penguatan masing-masing sebanyak 10,14%, 4,26%, dan 3,49%. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengkonfirmasi bahwa mayoritas saham emiten konstruksi sudah menunjukkan tanda-tanda penguatan, setidaknya dalam tiga pekan terakhir. Sebagian sudah mulai breakout resistance trendline, yang berpotensi menjadi awal dari pembalikan tren menurun sejak akhir tahun lalu. Baca Juga: Saham BUMN Berkinerja Apik Sejak Awal Tahun, Mana yang Prospektif? "Secara teknikal boleh diperhatikan bagaimana pergerakan berikutnya karena posisi saat ini masih relatif rendah, sehingga memiliki potensial upside yang cukup menarik," kata Pandhu saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/6). Beberapa katalis positif di sektor ini antara lain perolehan kontrak baru hingga bulan April yang lebih baik. Kondisi ini setidaknya dicatatkan oleh BUMN Karya. Dengan begitu, pasar mulai merespons setelah kinerja kuartal pertama 2022 yang rata-rata masih membukukan pendapatan yang stagnan, serta laba yang meleset dari ekspektasi. Editor: Noverius Laoli