KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja Grup Medco masih terkontraksi sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN) kompak menyusut seiring dengan melemahnya harga komoditas minyak dan tembaga Meski demikian, analis menilai kinerja MEDC dan AMMN masih memiliki prospek yang cerah. Untuk MEDC misalnya, prospek kinerjanya didukung oleh akuisisi sejumlah blok migas. Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan memproyeksi adanya peningkatan 8,5% terhadap total volume produksi MEDC pada tahun 2024 menjadi 166
million barrel oil per day (mbopd). Proyeksi ini dengan menimbang adanya tambahan volume sebesar 13 mbopd dari hasil akuisisi blok Timur Tengah.
Hasan melihat, blok tersebut berpotensi memiliki biaya operasional yang rendah, mengingat lokasinya yang berada di daratan. Sehingga, biaya lifting di blok ini diperkirakan hanya berkisar US$ 10 per
barrel oil equivalent (boe). Dengan asumsi MEDC memperoleh jatah bersih sebesar 60% dari blok ini, Hasan memperkirakan adanya potensi peningkatan laba bersih MEDC pada tahun depan sebesar 19% menjadi US$ 362 juta.
Baca Juga: Kinerja AMMN Diproyeksi Rebound pada Kuartal IV-2023, Simak Pemicunya Meski kinerja AMMN masih tertekan, Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai kinerja AMMN akan kembali positif. “Kinerja Amman akan positif setelah mendapat izin ekspor konsentrat beberapa bulan lalu, yang mana ini berdampak positif bagi MEDC,” kata Felix. Adapun anak usaha AMMN, yakni PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) telah mendapatkan persetujuan ekspor konsentrat tembaga dari Kementerian Perdagangan (Kemendag). Izin ekspor untuk 900.000 wet ton konsentrat tembaga ini berlaku mulai 24 Juli 2023 hingga 31 Mei 2024. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap memperkirakan AMMN akan mencatatkan lonjakan laba yang besar di kuartal keempat ini, didorong oleh peningkatan input bijih dengan kadar lebih tinggi dari proyek fase 7. Kondisi ini akan mendongkrak produksi tembaga dan emas AMMN. Sebagai catatan, bijih baru berkontribusi sekitar 50% dari total produksi pabrik AMMN pada kuartal III-2023. Oleh karena itu, Juan memperkirakan AMMN akan membukukan pertumbuhan volume produksi tembaga dan emas sebesar masing-masing 27,5% dan 74,5% secara kuartalan pada kuartal IV-2023.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Bagikan Dividen Interim US$ 25 Juta, Lihat Jadwalnya Lebih lanjut, membaiknya kinerja AMMN juga didorong oleh potensi kenaikan harga tembaga. Pada tahun ini, produksi tembaga global meningkat karena naiknya produksi dari tambang Qualleveco dan Kamoa Kakula. Namun, Juan meyakini pertumbuhan pasokan dalam jangka panjang tidak akan terlalu signifikan, karena terbatasnya belanja modal untuk eksplorasi berpotensi mengakibatkan berkurangnya cadangan dan penurunan kadar bijih. Namun, Juan melakukan penyesuaian proyeksi kinerja AMMN, dengan memasukkan elemen Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2020-2022 yang masuk pada pembukuan kuartal III-2023. Juan memperkirakan akan ada pembayaran PNBP pada kuartal IV-2023 sebesar 10% dari laba bersih AMMN tahun ini. Karenanya, Juan memangkas proyeksi laba bersih AMMN untuk tahun ini sebesar 49,5% menjadi US$ 144 juta. Hanya saja, dia memperkirakan adanya lonjakan laba yang besar pada kuartal IV-2023 dan tahun depan. Ini didorong oleh kemungkinan naiknya angka operasional setelah AMMN menyelesaikan masalah operasional yang terjadi pada semester I-2023 dan normalisasi PNBP.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Genjot Portofolio EBT Dorong Penjualan Listrik Samuel Sekuritas mempertahankan rating
hold saham AMMN dengan target harga baru Rp 7.000 per saham dari sebelumnya Rp 5.500 per saham. Sementara Felix merekomendasikan
buy saham MEDC dengan target harga di Rp 1.700 per saham. Kinerja MEDC juga disokong oleh bisnis listrik. Melalui anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, Medco Power Global beserta mitra konsorsiumnya PacificLight Renewables Pte Ltd dan Gallant Venture Ltd, Medco telah mendapatkan persetujuan bersyarat dari Energy Market Authority (EMA) Singapura terkait penyediaan listrik. Hasan juga menyematkan rekomendasi buy terhadap saham MEDC dengan target harga Rp 1.900 per saham. “Meskipun harga saham MEDC terseret oleh koreksi harga minyak, kami meyakini MEDC memiliki potensi kenaikan laba bersih dan cadangan pada tahun 2024,” tulis Hasan dalam riset, Selasa (21/11). Risiko utama dari rekomendasi ini antara lain tertundanya finalisasi kesepakatan akuisisi luar negeri serta melemahnya harga minyak dunia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati