Mengulas kembali kemitraan usaha gerai steik yang masih saja hangat



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Menyebut steik, ingatan banyak orang langsung mengarah ke daging panggang berwarna coklat tua dengan baluran saus penyedap. Sebagai pelengkap, biasanya ada kentang goreng dan sayur mayur. Makanan ala barat ini punya banyak penggemar di Indonesia.

Steik malah sempat hit beberapa tahun lalu. Penyebabnya adalah menjamur kedai steik dengan harga ramah di kantong. Maklum, harga satu porsi steik di restoran khusus makanan ala Barat itu cukup menguras dompet.

Untuk mempercepat ekspansi, beberapa pemain langsung menawarkan kemitraan usaha. Hasilnya memang tergolong positif. Tapi, serbuan makanan kekinian belakangan membuat bisnis gerai steik mendapat tantangan.

Apakah laju bisnis gerai steik masih tetap lezat seperti beberapa tahun sebelumnya, atau malah sebaliknya? Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan kemitraan gerai steik, KONTAN mencoba mengulas kembali bisnis dari sejumlah gerai steik. Berikut ulasannya:

Hey Steak

Ini adalah usaha yang Hendy bangun. Berawal dari warung steik tenda pada 2016, satu tahun kemudian Hey Steak sanggup pindah ke sebuah ruko di bilangan Muara Karang, Jakarta Utara. Dan mulai 2018, ia langsung menawarkan kemitraan.

Tadinya, paket kemitraan yang Hendy tawarkan sebesar Rp 75 juta di luar bahan baku dan peralatan. Kini, investasinya sudah berubah menjadi Rp 99 juta, tetapi sudah termasuk bahan baku dan peralatan usaha lainnya.

Perubahan paket tersebut, Hendy berharap, bisa memudahkan para calon mitra yang ingin bergabung. Minimal, untuk tahap awal tak lagi pusing memikirkan bahan baku dan peralatan usaha.

Target lainnya adalah untuk lebih mengembangkan usaha Hey Steak. Saat ini, jumlah gerai Hey Steak milik mitra ada 12 yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Sukabumi, Cilegon, Semarang, Solo, Pekanbaru, dan kota lainnya. Adapun gerai pribadi punya Hendy ada dua yang terletak di Jakarta dan Tangerang.

Harapannya, perubahan paket kemitraan tersebut bisa menambah jumlah gerai mitra. Hendy menargetkan, jumlahnya bisa mencapai 30 gerai sampai akhir tahun ini.

Konsep gerai Hey Steak masih belum berubah, yakni all you can eat atau makan sepuasnya dengan waktu yang sudah ditentukan. Kisaran harga per menu mulai Rp 89.000 sampai Rp 99.000 untuk durasi 90 menit. Menunya: ada wagyu, beef dan Australian beef. "Harga masih sama," katanya ke KONTAN.

Hendy optimistis, bisnis Hey Steak bisa berjalan baik. Lantaran selama menjalankan usaha kuliner Barat tersebut,  ia mengklaim belum menghadapi kendalan yang berarti. Misalnya, lokasi usaha atau persoalan karyawan.

Sebab, semua bisnis Hey Steak sudah Hendy buat standar operasional prosedur (SOP) yang menjadi pegangan mitra bisnis dalam menjalankan usaha. "Kami ada tim pendukung yang selalu aktif sesuai SOP," tuturnya. 

Zuper Steak

Pemain kemitraan steik lainnya adalah Zuper Steak asal Bandung yang membuka usahanya sejak 2012. Gerai steik ini di bawah bendera PT Best Brand Indonesia, yang juga memegang beberapa merek waralaba kuliner.

Menurut Bhakti Desta Alamsyah, Franchise Developer Best Brand Indonesia, perkembangan bisnis  Zuper Steak masih terbilang positif.  Saat ini, gerai steik tersebut mempunyai 10 mitra aktif di sejumlah lokasi, mulai Jawa Timur, Sulawesi, hingga Papua. Sementara gerai milik pusat ada dua, yang semuanya bercokol di Bandung. 

Untuk paket kemitraan Zuper Steak belum ada perubahan. Ada tiga paket yang Best Brand Indonesia tawarkan, yaitu sebesar Rp 125 juta, Rp 150 juta, dan Rp 175 juta.  Dengan paket tersebut, mitra akan mendapatkan beragam fasilitas, mulai aspek hukum, renovasi, peralatan dan perlengkapan, bahan baku, pelatihan karyawan, kemasan, seragam, sampai promosi.

Menu yang Zuper Steak tawarkan adalah steik kekinian yang ramah di kantong, mulai Rp 10.000 hingga Rp 25.000 per porsi. Ada  zuperchicken, zuperbeef, zuperkiddo, zuppersalad, beef steak crispy original, dan lainnya.

Sedang kendala bisnis ini adalah karyawan yang kerap keluar masuk, yang membuat mitra yang mengelola Zuper Steak tidak bisa membuka kedai seharian penuh. Terkadang harus tutup. "Sulit mencari karyawan yang serius kerja," keluh Bhakti.

Meski begitu, Bhakti optimistis, dengan konsep kemitraan yang Best Brand Indonesia tawarkan, bisa menggandeng 24 mitra bisnis lagi sampai akhir tahun ini.  

Steak KQ5

Pemain lainnya adalah Wowok Handoyo lewat Radjamasak Food and Beverages Consultant membuka kedai steik di 2006 dengan label Steak KQ5. Saat KONTAN mengulas pada 2017,  jumlah mitra yang bergabung ada 230 di seluruh Indonesia. Kini, jumlah gerai mitra susut, tinggal 125 outlet saja. Sayang, Handoyo tidak memerinci lebih lanjut penyebab penurunan jumlah gerai milik mitra tersebut.

Yang jelas, Handoyo masih terus menawarkan kemitraan Steak KQ5. Ada dua paket yang ia tawarkan dengan harga cukup terjangkau. Pertama, hanya Rp 7,5 juta saja dalam bentuk booth. Dan yang kedua, senilai Rp 10 juta. Bentuknya laiknya kedai makan plus tambahan menu selain steik. Misalnya, ada sosis, bakso, dan nasi goreng.  "Paket kemitraan masih sama," sebutnya ke KONTAN.

Selain tidak mengerek biaya kemitraan usaha gerai, Handoyo juga terus berupaya menambah menu anyar untuk Steak KQ5 supaya tetap bisa eksis dan konsumen tidak bosan. Yang terbaru adalah ada menu zupa soup dan es kopi kekinian. Upaya lainnya ialah memanfaatkan layanan pesan antar dari perusahaan transportasi online.

Dengan upaya tersebut, omzet Steak KQ5 bisa terjaga. Untuk tipe booth, Handoyo mengklaim, rata-rata bisa meraup pendapatan Rp 1 juta per hari. Sedangkan tipe restoran, omzetnya bisa Rp 2 juta sampai Rp 3 juta sehari. 

Bicara kendala bisnis, masalahnya adalah bumbu dan bahan baku yang harganya kerap naik. Untuk menyiasatinya, Handoyo mencari pemasok bahan baku dan bumbu lain yang lebih murah.

Dengan upaya tersebut, Handoyo pun yakin bisa menggaet mitra lebih banyak lagi. Harapannya, ada tambahan 20 gerai mitra lagi.

Steaknation

Bisnis ini milik Wisnu Untung Budaya yang berada di Pasuruan, Jawa Timur. Saat KONTAN mengupas bisnis Steaknation pada 2018, ia sudah miliki 20 gerai pribadi dan 55 gerai mitra. Keseluruhannya tersebar di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Sumatra, dan beberapa kota di Pulau Jawa.

Cuma kini, gerai pribadi tinggal lima dan milik mitra 51 gerai. Jadi total ada 56 gerai. Rupanya, keberadaan gerai makanan kekinian menekan bisnis Steaknation.

Tapi, Wisnu tidak patah arang. Ia mulai berinovasi. Contoh, menambah menu baru yang tidak cuma steik saja. Ada menu bebek volant, ayam volant, dan iga volant. Saat ini, tersaji 48 menu, baik menu steik dan nonsteik, dengan harga Rp 10.000 sampai Rp 45.000 per porsi.

Wisnu juga mengubah paket kemitraan, dari satu paket Rp 80 juta jadi dua paket, yakni Rp 120 juta dan Rp 150 juta dengan ragam fasilitas. Dengan upaya ini, dia berharap gerai Steaknation bisa bertambah banyak lagi hingga 24 sampai akhir tahun.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon