Mengulik karier Hendra William hingga menjadi Direktur Keuangan Kapuas Prima Coal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terkadang realitas berjalan berjalan tak sesuai harapan dan keinginan. Tapi karena dilakoni dengan penuh tanggung jawab, semua kendala pun bisa diatasi. Prinsip ini yang dipegang Hendra Susanto William, Direktur Keuangan PT Kapuas Prima Coal Tbk saat meninggalkan karier yang dirintisnya demi meneruskan bisnis keluarga. Seperti apa kisahnya?

Merasakan kesuksesan di usia muda adalah impian banyak orang. Namun, tak semua orang bisa meraihnya. Salah satu yang beruntung bisa menuai sukses di usianya yang masih kepala tiga alias 30-an tahun adalah Hendra Susanto William.

Sejak tahun 2016 lalu, Hendra yang ketika itu berusia 32 tahun ditunjuk menjadi Direktur Keuangan PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC), salah satu perusahaan pertambangan seng, timbal, dan bijih besi.


Hendra sendiri tak pernah mengira akan memiliki perjalanan karier yang cukup cepat menuju ke posisi atas. Sebab, dia baru menyelesaikan kuliah pada tahun 2005 lalu. Dus, dalam tempo 11 tahun bekerja, kariernya sudah melesat.

Saat berbincang dengan KONTAN di kantornya pekan lalu, Hendra menyebut, sektor pertambangan sebetulnya bukanlah keahliannya serta bidang yang ingin ia geluti. "Saya dari kecil suka belajar pelajaran matematika dibandingkan pelajaran lain," ujar Hendra.

Gara-gara matematika pula, dia sejak kecil ingin belajar dan bekerja di bidang keuangan. Menurut dia, cita-citanya saat kecil hanya sesederhana itu.

Bidang keuangan memang mengasyikkan bagi pria kelahiran tahun 1984 ini. Maka, tak heran ketika sekolah dulu dia lebih tertarik masuk jurusan ilmu pengetahuan sosial (IPS) ketimbang ilmu pengetahuan alam (IPA). Padahal, di kelas IPA ada pelajaran matematika yang ia gemari. Tapi dia memilih IPS karena ada mata pelajaran akuntansi yang lebih menarik perhatiannya.

"Selain karena suka akuntansi, kebetulan nilai pelajaran IPA saya selain matematika sedikit kurang," kata Hendra.

Setelah lulus SMA, Hendra pun akhirnya memutuskan untuk kuliah di bidang akuntansi. Kebetulan karena berasal dari keluarga yang secara ekonomi cukup berada, Hendra pun dikirim keluarganya untuk belajar di Macquarie University Sydney, Australia jurusan akuntansi dan keuangan.

Tahun 2005, Hendra akhirnya meraih gelar sarjana di Negeri Kanguru tersebut. Namun, Hendra yang merasa minim pengalaman dalam dunia kerja ingin menjajal bekerja di negeri orang.

Tahun 2005, dia bergabung dengan PKF Chartered Accountant Pty NSW di Sydney, sebuah perusahaan konsultan bisnis. Hendra ditempatkan di bagian keuangan.

Setahun kemudian, dia pindah ke perusahaan konsultan bisnis dan investasi di Australia yakni Pitcher Partners NSW Pty Ltd untuk bagian pajak dan audit.

Sedang asyik-asyiknya berkarier di Australia, Hendra justru dipanggil pulang oleh keluarganya ke Indonesia di tahun 2011.

Kepulangan ini menjadi titik balik dalam karier Hendra. Dengan bekal pengalaman bekerja enam tahun di Australia, Hendra berupaya meneruskan bisnis milik keluarganya.

Kebetulan William, ayah Hendra merupakan salah satu pemegang saham di perusahaan pertambangan PT Kapuas Prima Coal (KPC). Kapuas ini sendiri baru berdiri tahun 2005 silam dan merupakan bisnis keluarga yang sebelumnya bergerak dalam bidang penyewaan genset.

"Jadi memang bisnis ini adalah bisnis keluarga dan karena generasi pertama keluarga mulai menua, saya memiliki tanggung jawab untuk pulang dan meneruskan," ceritanya.

Begitu tiba di Indonesia, Hendra langsung ditunjuk menjadi Asisten Direktur di Kapuas Prima Coal. Jabatan ini notabene diperuntukkan untuk pembelajaran dalam rangka transisi kepemimpinan perusahaan.

Saat masuk ke Kapuas Prima Coal, Hendra sangat awam dengan bidang pertambangan. Dia juga merasa janggal, karena dari namanya, Kapuas Prima Coal semestinya bergerak dalam bidang batubara, tapi ternyata hanya memiliki izin usaha pertambangan (IUP) mineral.

Namun, hidup terus berjalan. Hendra harus mampu beradaptasi dengan bidang baru dalam pekerjaannya. Makanya, salah satu yang harus dilakukan adalah belajar tentang sektor pertambangan.

Memang, sebagai ahli di bidang keuangan, Hendra hanya mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, tapi bukan berarti dia terbebas dari kewajiban belajar tentang pertambangan secara umum.

"Saya memang tak wajib terjun ke lapangan. Tapi saya merasa perlu memahami istilah pertambangan guna melakukan pengawasan dalam tata kelola keuangan," ujarnya.

Hendra mengaku terlibat dalam pembelian bahan peledak, bahan batu kapur, dan bahan kimia lain untuk keperluan teknis di lapangan. Selain itu, dia juga harus melakukan inventaris terhadap barang yang dibeli perusahaan agar pemanfaatannya jelas.

Meski awalnya merasa bingung, tapi dengan proses pembelajaran yang berlangsung, Hendra lambat laun mulai paham dan mengerti alur kerja pertambangan beserta istilah di dalamnya.

Setelah menempati posisi sebagai Asisten Direktur, pada tahun 2016, Hendra secara resmi ditunjuk menjadi Direktur Keuangan Kapuas Prima Coal. Ia punya andil besar membawa perusahaan ini masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) lewat penawaran saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) pada Oktober 2017 lalu.

Punya pengalaman unik

Pengalaman Hendra belajar kembali dan adaptasi dengan urusan teknis di dunia pertambangan merupakan salah satu pengalaman menarik dalam hidupnya. Menurutnya, sebagai orang yang berkecimpung di bidang keuangan, mempelajari hal teknis dalam bidang pertambangan merupakan sebuah tantangan.

Dia bilang, keinginan belajar sesuatu yang baru dalam perjalanan kariernya ini lebih karena faktor tanggung jawab ketimbang mengikuti hasrat atau passion. "Jadi, karena bisnisnya sudah begini, mau tidak mau harus ikut tanggung jawab," ujarnya sambil tertawa.

Bisnis di sektor pertambangan juga disebutnya unik. Hal tersebut berangkat dari produk yang dihasilkan perusahaannya yaitu mineral dengan lebih dari satu jenis komoditas. "Kami unik karena mineral tidak satu, ada besi, timbal, dan seng. Nah, di dalam timbal itu juga ada emas dan perak. Padahal, beberapa orang pikir tambang pasti identik dengan batubara," tuturnya.

Faktor persepsi publik ini pula yang membuat Hendra merasa tertantang untuk sukses bekerja di sektor pertambangan. Pasalnya, selain menghasilkan profil bagi perusahaan, dia punya tanggung jawab untuk mengedukasi publik terkait bisnis pertambangan.

Tantangan lain yang dirasakan Hendra sejak duduk sebagai Direktur Keuangan di Kapuas Prima Coal adalah soal karakteristik bisnis pertambangan yang berpatokan pada harga komoditas.

Nah, lantaran Kapuas Prima Coal tak cuma punya satu produk tambang, perusahaan ini tak merasa tertekan bila harga salah satu komoditas sedang jeblok. Namun, bila harga sedang tinggi, perusahaan berupaya mengejar profit sebesar-besarnya.

Dia bercerita saat baru masuk ke Kapuas Prima Coal, perusahaan ini tengah fokus pada bisnis di bijih besi lantaran harganya yang saat itu melambung. Namun, saat harga turun Kapuas Prima Coal bisa langsung beralih ekspor ke timbal dan seng. "Jadi kalau biji besi naik ya kami jual biji besi, kalu timbal dan seng yang tinggi kami jual timbal dan seng saja," ujar Hendra.

Meski secara passion lebih memilih bekerja di sektor keuangan, tapi Hendra merasa dengan pengalaman dan jam terbang yang hampir sama dalam kariernya sejauh ini, bidang pertambangan memberikan pengalaman menarik.

Menurut Hendra, bidang keuangan lebih banyak tantangan dibandingkan pengalaman unik di sektor tambang.

Hendra mencontohkan saat menjadi auditor di Australia, dia diberi tugas memeriksa buku keuangan perusahaan yang telah menunggak tagihan listrik selama empat bulan. Hasil pemeriksaan tersebut yang akan memutuskan nasib perusahaan yang diperiksa, akan ditutup atau tidak. Ini yang membuat dirinya terkadang merasa dilematis.

"Namun, profesionalisme harus ditegakkan, tugas saya lakukan apa adanya meski ada dampak buruk dari hasil pekerjaan saya itu," ujarnya.

Kini, dengan posisi sebagai Direktur Keuangan Kapuas Prima Coal, Hendra ingin agar kinerja keuangan meningkat. Hal ini sejalan dengan target pendapatan perusahaan ini di 2019 yang mencapai Rp 1,42 triliun. Target ini naik 43,05% dibandingkan proyeksi pendapatan di tahun 2018 yang mencapai Rp 804,8 miliar.

Menurut Hendra, strategi yang akan dilakukan mengerek target pendapatan itu adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi dari 1.200 ton menjadi 2.500 ton di tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat