Mengulik strategi pengelolaan reksadana Saham Panin Beta One



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar saham cenderung belum pulih benar. Sejak awal tahun kinerja Indeks Harga Saham Gabungan turun 7,6%. Salah satu reksadana saham yang memiliki tujuan untuk menyamai kinerja IHSG adalah reksadana Saham Panin Beta One milik Panin Asset Management.

Reksadana yang meluncur 31 Maret 2017 ini menggunakan strategi pengelolaan reksadana secara kuantitatif dan menjadikan IHSG sebagai tolok ukur kinerja.

Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto mengatakan tujuan reksadana ini adalah menghasilkan nilai investasi seturut kinerja IHSG. "Alokasi dilakukan melalui pendekatan kuantitaif dengan memperhatikan likuiditas portofolio dan komposisi IHSG," kata Rudiyanto, Senin (24/9).


Berdasarkan fund fact sheet per Agustus 2018, portofolio reksadana ini mayoritas terdiri dari saham sektor keuangan dengan porsi 29,3%. Selanjutnya, sebesar 22,2% saham yang dipilih berada di sektor industri barang konsumsi. Sektor lain yang mewarnai isi portofolio reksadana ini antara lain, industri dasar dan kimia, aneka industri, properti dan konstruksi, pertanian, pertambangan, dan infrastruktur. Sementara, porsi kas sebesar 5,3%.

Lima saham terbesar yang dipilih reksadana ini antara lain PT Astra International Tbk (ASII) , PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Kinerja IHSG yang masih belum pulih membuat kinerja reksadana Saham Panin Beta One juga memerah. Sejak awal tahun berdasarkan data Infovesta Utama, per Selasa (25/9) kinerja reksadana ini turun sebesar 9,21%. "Kami berusaha menjaga tracking error dengan IHSG tidak lebih dari 2%," kata Rudiyanto.

Kinerja reksadana masih tertekan karena dalam dua bulan terakhir saham big cap mayoritas tertekan, padahal porsi big cap di IHSG cukup besar sehingga kinerja IHSG dan reksadana ini ikut turun.

Rudiyanto mengatakan komposisi reksadana ini juga terdiri dari 60% saham big caps. Sisanya diisi dengan saham small dan medium cap.

Jika rupiah stabil di Rp 14.600 per dollar AS dan sentimen perang dagang AS dan China mereda, Rudiyanto memproyeksikan IHSG bisa rebound. Selain itu, peluang kinerja reksadana ini akan membaik karena adanya window dressing yang dilakukan para emiten di akhir tahun. "Target wajar IHSG di atas 6.000, kalau rebound terjadi bisa ke 6.300 masih mungkin," kata Rudiyanto.

Per Agustus 2018 dana kelolaan reksadana ini mencapai Rp 200 miliar. Rudiyanto menilai positif perkembagan dana kelolaan ini karena melebihi target awal di Rp 150 miliar.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, pengelolaan reksadana secara kuantitaif bisa meminimkan risiko. Dalam jangka panjang karena kinerja mengikuti IHSG maka risiko pasar akan terdiversifikasi lebih baik.

Oleh karena itu, reksadana ini cocok dipegang bagi investor yang tidak ingin perbedaan kinerja IHSG dengan reksadana terpaut jauh. "Jangan sampai indeks positif tetapi kinerja reksadana malah negatif," kata Wawan.

Wawan optimistis peluang IHSG rebound masih ada meski pergerakan IHSG tertekan kenaikan suku bunga. Salah satu katalis positif yang ditunggu adalah kinerja kuartal III para emiten yang diharakan positif. "Target IHSG di akhir tahun bisa ke 6.400, kinerja tumbuh 1%-2% masih bisa," kata Wawan, Rabu (26/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati