Mengunjungi lokasi budidaya ikan nila (1)



Menyebut Kota Yogyakarta, pertama kali yang tersirat di benak bisa jadi adalah titik-titik wisata sejarah dan sentra kerajinan tangan yang sudah begitu kesohor. Namun, daerah ini pun ternyata memiliki potensi sumber daya alam yang jarang terekspos, seperti pembudidayaan ikan nila.   

Letaknya di Dusun Nayan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di sini  terdapat sentra pembudidayaan ikan nila. Saat KONTAN menyambangi sentra ini beberapa waktu lalu, terlihat kolam-kolam budidaya berada di sekitar hamparan sawah. Suasana di dusun ini begitu tenang dengan kondisi jalan yang relatif bagus.

Selain kolam-kolam, terlihat juga rumah produksi olahan ikan nila milik para pembudidaya ikan nila yang tergabung dalam Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mino Ngudi Lestari. Kelompok ini dibentuk sejak 2005.


Adapun sentra ikan nila ini sudah ada sebelum tahun 2000. Masyarakat yang sebagian besar merupakan petani di daerah ini memang sengaja membudidayakan ikan nila. Pasalnya, daerah tersebut dilewati oleh saluran irigasi Selokan Mataram, sehingga pasokan air mencukupi untuk membudidayakan ikan.  

Awalnya, kelompok tersebut tidak terlalu berperan dalam meningkatkan hasil budidaya ikan nila. KPI tersebut baru berkembang setelah menjadi binaan PT Pertamina sejak tahun 2011. Heri Santoso, salah satu pembudidaya ikan nila dan sekaligus Ketua KPI Mino Ngudi Lestari, mengatakan, saat ini ada sekitar 28 pembudidaya ikan nila yang bergabung dengan KPI.

Ia bilang, rata-rata petani memiliki luas kolam 8 meter (m) x 10 m. Mereka biasanya memanen ikan nila setiap tiga bulan sekali. Heri sendiri memiliki kolam seluas 400 m². Ia membudidayakan ikan nila merah dalam dua langkah, yaitu pendederan dan pembesaran.

Pendederan ialah penyebaran benih di kolam. Petani biasanya membudidayakan bayi ikan nila yang akan digunakan untuk pembuatan keripik nila renyah atau krispi. Pengolahan produk ini dilakukan oleh anggota KPI sebagai oleh-oleh khas dari Depok, Sleman, Yogyakarta.

Pendederan sudah bisa panen dalam waktu sebulan. Sementara untuk pembesaran hingga sampai ikan nila dewasa membutuhkan waktu tiga bulan. Heri bilang, sekali panen, petani bisa menghasilkan sekitar 200 kilogram (kg) bayi ikan nila. Harga jual bayi ikan nila yang belum diolah sekitar Rp 18.000 per kg. Sedangkan untuk ikan nila dewasa, sekali panen ia bisa mencapai 250 kg dengan harga jual Rp 17.000 per kg.

Untuk ikan nila dewasa, selain diolah jadi nuget, bakso, dan olahan lainnya, bisa juga dijual ke pasar atau ke kolam pemancingan. Agus Mintolip, anggota kelompok KPI Mino Ngudi Lestari, menyatakan sudah membudidayakan ikan sejak lima tahun lalu. Namun, ia baru tiga tahun bergabung dengan KPI.

Dalam tiga bulan sekali, pria yang akrab disapa Minto ini bisa memanen ikan nila sebanyak 200 kg. Selain dijual pada KPI, Minto juga  menjual hasil panen ke kolam pemancingan dan pasar Sleman seharga sekitar Rp 17.000 per kg. "Sebagian besar hasil panen dijual ke kelompok," kata Minto. Saat ini Minto hanya membudidayakan ikan nila merah khusus untuk pembesaran.       (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini