Mengupas potensi kemitraan bubble drink yang masih menggelembung



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minuman dengan butiran tapioka kenyal nan manis alias bubble drink sempat tren di tanah air. Maklum, minuman ini menawarkan keunikan dengan berbagai varian rasa plus harga yang ramah di kantong.

Hanya, seiring waktu berjalan, tren minuman di Indonesia sering kali mengalami pergeseran dengan cepat. Ini akibat kemunculan minuman lain seperti thai tea yang kini sedang naik daun.

Nah, bagaimana eksistensi bisnis bubble drink saat ini di tengah gempuran thai tea dan minuman lainnya? Review Waralaba KONTAN pekan ini akan mengulas perkembangan kemitraan bubble drink. Ada tiga pemain yang kami kupas, yakni Cam Caw Bubble, K-Drink, dan Black Jack. Simak ulasan berikut:


- Cam Caw Bubble

Usaha bubble drink ini merupakan besutan Jessica Fitriani Putri sejak 2015 lalu di Solo, Jawa Tengah. Selang beberapa bulan, ia langsung menawarkan kemitraan, tepatnya Februari 2016.

Saat KONTAN mengulas kemitraan ini pada Oktober 2016, Cam Caw Bubble punya 18 gerai, dengan 15 gerai di antaranya milik mitra. Saat ini, Jessica mengungkapkan, gerai kepunyaan mitra bertambah menjadi 51 outlet yang tersebar di sejumlah kota di Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, serta Papua.

Untuk paket investasi, juga mengalami perubahan. Sebelumnya, Cam Caw Bubble menawarkan empat paket booth dengan harga Rp 10 juta, Rp 13 juta, Rp 17 juta, dan Rp 45 juta. Kini, hanya dua paket yang mereka tawarkan, yakni paket booth senilai Rp 27,9 juta dan paket island seharga Rp 62,9 juta.

Dengan membeli kedua paket itu, mitra akan mendapatkan booth, peralatan, seragam, neon box, bahan baku produk, sistem kasir berbasis Android, dan pelatihan. Paket ini sudah ada sejak 2017 dan belum ada perubahan sampai sekarang," ungkap Jessica.

Untuk produk bubble drink, masih sama. Cam Caw Bubble tetap menyajikan sembilan varian bubble drink, dengan rasa seperti bubble gum, cokelat, cappucinogreen tea, stroberi, blackcurrant, dan vanila. Lalu, ada lima tropical drink dan satu dessert.

Selain itu, Cam Caw Bubble memasukkan sejumlah jenis minuman baru dalam menu mereka, misalnya, thai tea dan latte art. Harga aneka minuman yang mereka sajikan berkisar Rp 12.000 hingga Rp 15.000 per gelas.

Tahun ini, Jessica menargetkan, ada tambahan 20 mitra untuk paket island dan 35 mitra paket booth. Meski persaingan bisnis minuman cukup ketat, dia merasa, kendala yang dihadapi bukan soal kompetisi, melainkan pemilihan lokasi yang strategis dan sumber daya manusia yang berpengaruh pada biaya operasional. Makanya, ia kini berupaya untuk meningkatkan pemasaran lewat media sosial dan e-commerce.

- K-Drink

Pemain lainnya adalah Albert Sentosa yang membesut minuman bubble bernama K-Drink sejak 2014 lalu. Saat KONTAN mengupasnya pada September 2014, K-Drink baru memiliki lima gerai yang seluruhnya milik sendiri.

K-Drink membanderol paket investasinya seharga Rp 160 juta untuk paket booth dan Rp 250 juta paket island. Kedua paket ini mereka tawarkan untuk berada di mal atau pusat perbelanjaan.

Meski empat tahun berjalan, pertumbuhan gerai terbilang lambat. K-Drink baru berhasil menjaring empat mitra. Menurut Albert, dalam dua tahun terakhir, persaingan bisnis minuman semakin ketat. Popularitas thai tea dan mango yang belakangan menjulang menjadi salah satu penyebab K-Drink sulit bersaing.

Tambah lagi, daya beli masyarakat menurun dan jumlah pengunjung mal menyusut. Gerai kami, kan, terletak di mal. Jadi, ketika mal sepi begitu pun dengan penjualan kami. Alhasil, kami terpaksa menutup dua gerai, terang Albert kepada KONTAN.

Tak mau bisnisnya semakin lesu, Albert melakukan siasat dengan menghadirkan promosi pada paket penawaran kemitraan. Paket kemitraan yang seharusnya Rp 400 juta, kini hanya Rp 250 juta. Soalnya, tidak ada lagi franchise fee senilai Rp 150 juta. Tapi, mitra tetap akan mendapat fasilitas sama dengan paket kemitraan sebelumnya.

Siasat ini memberikan sinyal positif. Albert menyatakan, ada tiga mitra baru yang akan segera membuka gerai dalam waktu dekat.

Selain itu, K-Drink menggandeng perusahaan teknologi finansial (tekfin) pembayaran digital, seperti Go-pay dan OVO, yang kerap menawarkan cashback bagi pembeli. Harapannya, bisa meningkatkan daya beli masyarakat karena harga jual produk kami, kan, menjadi turun melalui keberadaan cashback," kata Albert yang menambahkan, tengah menjajaki kerjasama dengan Link-Aja dan DANA.

Strategi lainnya, Albert akan menambah varian minuman bubble, yaitu rasa gula aren yang sedang jadi tren. Setelah berhasil mengamankan tiga mitra baru, Albert berharap masih bisa menambah tiga partner anyar lagi sebelum akhir tahun nanti.

- Black Jack Bubble Drink

Black Jack Bubble Drink milik Sarendra Dwi Kusuma asal Solo, Jawa Tengah, berdiri 2015 lalu. Dia membangun kemitraan minuman bubble berbahan dasar bubuk cokelat. Saat KONTAN mengulasnya pada Desember 2016, mereka punya 100 gerai mitra yang tersebar di Jawa.

Dua tahun lebih berselang, kini kemitraan minuman bubble tersebut makin berkembang pesat. Jumlah gerai Black Jack Bubble Drink sekarang mencapai 200 gerai, yang tidak hanya bercokol di Jawa tapi juga di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi.

Hanya, Sarendra menyatakan, saat ini dia tidak lagi menggunakan nama Black Jack Bubble Drink untuk usahanya. "Nama mereknya sudah ganti menjadi Coklat Fantasy. Kami ganti nama karena kami rasa nama Coklat Fantasy lebih bisa menarik konsumen. Jadi, untuk gerai mitra yang sudah berdiri semua diganti," jelasnya.

Tapi, Sarendra menyebutkan, dari 200 gerai mitra tersebut, tidak semua aktif. Cuma sekitar 70% mitra yang masih menjalankan usahanya. "Yang tidak aktif biasanya masih ditinggal kuliah atau kerja, jadi tidak fokus menjalankan bisnis ini," ucap Sarendra.

Bicara paket investasi, juga ada perubahan. Semula, Sarendra menawarkan dua paket, masing-masing senilai Rp 3 juta dan Rp 6 juta. Sekarang, nilai paketnya menjadi Rp 3,5 juta dan Rp 6,5 juta. Dengan modal tersebut, mitra bakal mendapat fasilitas satu booth, media promosi, peralatan usaha, SOP, pelatihan karyawan, logo, buku menu, kaos, serta bahan baku awal.

Kini, Coklat Fantasy menawarkan 10 varian rasa dengan beberapa menu unggulan, seperti mint, karamel, krim cokelat, cokelat oreo, dan muffin. Harga jualnya masih sama, sekitar Rp 6.000–Rp 8.000 per gelas. Kami memang menjadi spesialis cokelat. Kami punya topping yang lebih beragam, imbuh Sarendra.

Tertarik bermitra?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon