Mengurangi potensi bahaya nuklir, AS bidik kontrol senjata bersama dengan China



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) pada Rabu (3/2) mengumumkan, perjanjian pembatasan nuklir dengan Rusia resmi diperpanjang hingga 2026. Kini, negeri paman Sam mengincar upaya serupa dengan rival lainnya, China.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan, New Strategic Arms Reduction Treaty (New START) membuat Amerika Serikat, sekutu, serta mitra lainnya menjadi lebih aman.

"Persaingan nuklir yang tidak dibatasi akan membahayakan kita semua," ungkap Blinken seperti dikutip dari Kyodo.


Blinken mengatakan, ke depan AS akan mengupayakan kontrol senjata bersama dengan China demi mengurangi bahaya dari persenjataan nuklir China yang modern dan terus berkembang.

Baca Juga: Kemampuan jet tempur Su-57E Rusia diklaim bakal dilirik banyak negara

Rencana ini sudah sempat diungkapkan oleh Pemerintahan Donald Trump. Sayangnya, Beijing ketika itu tidak menunjukkan minat untuk datang ke meja perundingan.

Saat itu, Trump bersikeras ingin memasukkan China ke dalam New START, demi mengontrol produksi hulu ledak nuklir rivalnya tersebut. Niat ini nampaknya akan diteruskan oleh Pemerintahan Joe Biden.

Perpanjangan perjanjian New START

AS dan Rusia pada Rabu saling bertukar catatan diplomatik terkait kesepakatan untuk memperpanjang New START. Kesepakatan baru juga mulai berlaku pada hari yang sama dan akan berakhir 5 Februari 2026.

Baca Juga: AS kembali terbangkan pesawat bomber B-52 ke Timur Tengah