KONTAN.CO.ID - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, pada hari Minggu (11/8) resmi memerintahkan pengerahan kapal selam berpeluru kendali ke Timur Tengah dan bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Iran. Saat ini diketahui bahwa kapal selam bertenaga nuklir USS Georgia telah berada di Laut Mediterania sejak Juli lalu. Pengumuman terbaru ini seolah menegaskan kembali dukungan penuh AS untuk sekutunya, Israel. Menhan Austin memerintahkan satuan penyerang "Abraham Lincoln" untuk mempercepat penempatannya Timur Tengah.
"Menteri Austin menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat untuk mengambil setiap langkah yang mungkin dilakukan untuk membela Israel," kata Pentagon dalam pernyataan resminya, dikutip
Reuters.
Baca Juga: AS Siagakan Armada Jet Tempur F/A-18 untuk Lindungi Israel Komitmen AS Menjadi Pendukung Utama Israel
Sebelum pengerahan kapal selam ini, militer AS juga telah berjanji akan mengerahkan jet tempur tambahan dan kapal perang Angkatan Laut ke Timur Tengah. Pekan lalu, militer AS mengatakan telah mengirim sekitar satu lusin jet tempur F/A-18 dari kapal induk USS Theodore Roosevelt ke pangkalan militer mereka di Timur Tengah. Satu skuadron jet tempur F-22 Angkatan Udara AS juga sedang dalam perjalanan ke pangkalan yang sama dari stasiun asal mereka di Alaska. Menhan Austin mengakui bahwa peningkatan kehadiran militer di Timur Tengah dilakukan karena para pejabat tinggi AS khawatir akan meningkatnya kekerasan di Timur Tengah. Pengerahan pasukan ini juga bagian dari respons atas serangan roket yang menghantam pangkalan militer AS di Irak pekan lalu. Lima personel militer dan dua kontraktor terluka akibat serangan dua roket ke fasilitas tersebut.
Baca Juga: Pemimpin Hizbullah: Serangan Terhadap Israel akan Datang dari Iran, Yaman, & Lebanon Potensi Serangan dari Tiga Arah
Awal pekan lalu, Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan bahwa serangan terhadap Israel sedang dipersiapkan dari tiga negara sekaligus.
"Serangan terhadap Israel sedang dipersiapkan dari Iran, Yaman dan Lebanon. Itu pasti akan dilaksanakan. Respons bersama kita akan kuat, sensitif dan efektif," kata Nasrallah, dikutip
TASS. Aliansi besar melawan Israel ini semakin yakin untuk bergerak setelah Ketua Politbiro Hamas, Ismail Haniyeh, tewas terbunuh di kediamannya di Teheran pada 31 Juli 2024. Sehari sebelumnya, militer Israel juga melancarkan serangan ke ibukota Lebanon, Beirut. Serangan itu menewaskan Sayyid Fouad Shokr, komandan utama Hizbullah sekaligus tangan kanan Nasrallah. "Kami tidak menginginkan eskalasi militer. Itu adalah keputusan Israel. Itu adalah pilihan mereka. Sekarang akan terjadi pertempuran siang dan malam di antara kami," pungkas Nasrallah.