Menhan: Tujuh WNI disandera secara terpisah



JAKARTA. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, tiga warga negara Indonesia dari tujuh orang yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf telah berpindah tempat.

Ryamizard menyebut pemindahan itu sebagai taktik kelompok penyandera. Peralihan posisi terjadi pada Jumat (1/7).

Ketiganya dipindah dari Panamao yang berada di Pulau Jolo, ke Pulau Lapac yang berada di bagian Selatan Filipina.

Jarak antara Panamao ke Lapac, kata Menhan, berjarak 64 kilometer. "Perpindahannya tanggal 1 Juli. Kan tujuh orang di Panamao. Panamao itu di Pulau Jolo. Kemudian pindah ke Pulau Lapac. Empat orang masih (di Panamao)," kata Ryamizard usai menghadiri rapat koordinasi pembebasan sandera di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (1/7).

Ryamizard mengatakan pemisahan tujuh sandera tersebut merupakan taktik penyandera untuk mendapatkan uang tebusan yang lebih besar.

"Itu taktik mereka cari duit," katanya, singkat.

Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan membenarkan bahwa tujuh sandera terbagi dua kelompok. Satu kelompok terdiri dari empat orang dan kelompok yang lain tiga orang.

Namun Luhut belum berani berspekulasi mengenai lokasi sandera itu berada. "Saya tidak ingin berspekulasi karena takutnya menimbulkan ketidaknyamanan pemerintah Filipina," katanya.

Luhut mengatakan, Pemerintah saat ini masih menunggu informasi resmi dari intelijen Pemerintah Filipina, meskipun Pemerintah Indonesia memiliki akses untuk mencari informasi melalui Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Intelijen Strategis (BAIS).

"Saya belum ingin membuka semua pada Anda karena menyangkut masalah keselamatan sandera," ujar Luhut.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ikut memastikan keberadaan tujuh sandera masih terdeteksi lokasinya.

Namun mereka terbagi dalam dua lokasi yang berbeda. Gatot tidak menyebut secara pasti wilayahnya. "Empat sandera dan tiga sandera lainnya berbeda lokasi. Yang sudah terlacak ada empat orang, tiga sandera bergeser lagi," kata Gatot.

Peristiwa penyanderaan tujuh WNI terjadi pada Senin (20/6) di perairan Filipina. Ketujuh orang itu merupakan anak buah kapal (ABK) tugboat Charles 001 pengangkut batu bara. Proses penyanderaan itu dilakukan dalam dua tahap.

Penyanderaan pertama dilakukan terhadap tiga ABK yaitu Kapten Fery Arifin (nahkoda), Muhammad Mahbrur Dahri (KKM) dan Edy Suryono (Masinis II).

Satu jam kemudian, terjadi penyanderaan kedua terhadap empat ABK lainnya oleh kelompok berbeda, yaitu Ismail (Mualim I), Robin Piter (Juru Mudi), Muhammad Nasir (Masinis III) dan Muhammad Sofyan (Oilman). (Kristian Erdianto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie