Berbekal kreativitas, bahan-bahan yang tak terpakai atau sampah bisa disulap menjadi hiasan dinding untuk mempercantik rumah. Peminat hiasan jenis ini pun banyak, baik dari pasar lokal maupun pasar ekspor. Salah satu pengusaha hiasan dinding dari sampah hutan dan sampah laut ini, bisa mendulang omzet hingga Rp 200 juta per bulan. Rumahku adalah istanaku. Tamsil itu membuat banyak orang menginginkan rumahnya terlihat cantik bak istana. Dan tentu saja, banyak hal yang bisa mempercantik rumah. Salah satunya adalah ornamen berupa hiasan dinding, termasuk yang terbuat dari bahan yang sudah tak berfungsi. Di tangan orang-orang yang kreatif, bahan yang tak terpakai ini bisa disulap menjadi hiasan dinding, seperti pajangan, lukisan, hingga jam dinding. Lihat saja aneka hiasan dinding dari sampah buatan Rani Hardianti, pemilik CV Kembang Mutioro di Yogyakarta. Ia telah membuat beragam hiasan dinding bertema go green sejak 2007. Menurut Rani, hiasan dinding buatannya menggunakan bahan sampah hutan, seperti potongan kayu dan kulit pohon mahoni, tanaman akar wangi dan sampah hasil laut seperti kulit kerang. "Penggunaan bahan ramah lingkungan bukan karena permintaan pasar saja, tapi juga upaya untuk mendongkrak harga jual," ucapnya. Sejatinya, ketersediaan bahan baku yang melimpah inilah yang menjadi daya tarik bagi Rani menggeluti usaha ini. Ia memperoleh bahan baku itu dari pengumpul limbah di sekitar Yogyakarta. "Harganya cukup murah dan stabil," katanya.Sejauh ini, Rani telah membuat hiasan dinding berupa jaring, jam dinding, pajangan, dan gorden dengan balutan hiasan kulit kerang. Selain pasar lokal, konsumen utama produk Kembang Mutioro adalah pasar ekspor. Selama ini, pasar potensial yang kerap meminta pesanan ke Rani adalah negara-negara di Timur Tengah dan China. Dengan harga jual mulai dari Rp 30.000 -Rp 100.000 per pieces, Rani mengaku bisa menjual aneka produk hiasan dinding hingga 8.000 unit. Setiap bulan, ia pun bisa mengumpulkan pendapatan hingga Rp 200 juta. Menurutnya, prospek usaha ini masih sangat bagus, walaupun pemain baru terus bermunculan. Rani optimistis masa depan bisnis ini tetap cerah. "Satu hal yang cukup menggangu adalah cuaca di musim hujan yang membuat proses pengeringan terhambat," jelasnya.Rani tak sendirian menyulap sampah menjadi hiasan dinding. Ricky Sofjan, pemilik Les3r Hnadycraft di Padang, Sumatra Barat, membuat aneka produk hiasan dinding namun dari bahan baku yang sedikit berbeda dari Rani.Jika Kembang Mutioro menggunakan sampah hutan dan laut, Ricky menggunakan sampah kardus untuk dirangkai menjadi hiasan dinding, seperti pajangan dan lukisan sketsa wajah.Ricky mulai merangkai aneka produk itu sejak 2007. Mulanya, ia iseng melihat tumpukan voucher isi ulang yang berserakan. Padahal, voucher isi ulang pulsa biasanya memiliki gambar yang menarik dan bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang bermanfaat.Dari situ, ia mulai membuat pajangan kartu voucher untuk hiasan dinding. Namun, belakangan, ia mulai membuat aneka produk hiasan dinding dengan bahan dari kardus. Dari berbagai kardus bercorak itu, Ricky bisa membuat pajangan dan lukisan sketsa wajah sesuai keinginan pelanggannya. Satu set pajangan yang sudah terhias dalam bingkai dijualnya mulai Rp 90.000, tergantung ukuran dan kerumitan gambar. Dalam sebulan, Ricky bisa memenuhi hingga 20 pesanan pajangan dengan beragam harga. Dari usaha kreatif ini pula, ia bisa mendaur omzet hingga Rp 10 juta.Memang pendapatan Ricky dari usaha ini masih kecil. Maklum, bagi Ricky, usaha ini hanya sampingan. "Padahal, jika saya bisa membuat hiasan ini full time, bisnis ini sangat potensial, karena peminatnya cukup banyak," ungkap Ricky. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menikmati indahnya laba dengan memajang hiasan dari sampah
Berbekal kreativitas, bahan-bahan yang tak terpakai atau sampah bisa disulap menjadi hiasan dinding untuk mempercantik rumah. Peminat hiasan jenis ini pun banyak, baik dari pasar lokal maupun pasar ekspor. Salah satu pengusaha hiasan dinding dari sampah hutan dan sampah laut ini, bisa mendulang omzet hingga Rp 200 juta per bulan. Rumahku adalah istanaku. Tamsil itu membuat banyak orang menginginkan rumahnya terlihat cantik bak istana. Dan tentu saja, banyak hal yang bisa mempercantik rumah. Salah satunya adalah ornamen berupa hiasan dinding, termasuk yang terbuat dari bahan yang sudah tak berfungsi. Di tangan orang-orang yang kreatif, bahan yang tak terpakai ini bisa disulap menjadi hiasan dinding, seperti pajangan, lukisan, hingga jam dinding. Lihat saja aneka hiasan dinding dari sampah buatan Rani Hardianti, pemilik CV Kembang Mutioro di Yogyakarta. Ia telah membuat beragam hiasan dinding bertema go green sejak 2007. Menurut Rani, hiasan dinding buatannya menggunakan bahan sampah hutan, seperti potongan kayu dan kulit pohon mahoni, tanaman akar wangi dan sampah hasil laut seperti kulit kerang. "Penggunaan bahan ramah lingkungan bukan karena permintaan pasar saja, tapi juga upaya untuk mendongkrak harga jual," ucapnya. Sejatinya, ketersediaan bahan baku yang melimpah inilah yang menjadi daya tarik bagi Rani menggeluti usaha ini. Ia memperoleh bahan baku itu dari pengumpul limbah di sekitar Yogyakarta. "Harganya cukup murah dan stabil," katanya.Sejauh ini, Rani telah membuat hiasan dinding berupa jaring, jam dinding, pajangan, dan gorden dengan balutan hiasan kulit kerang. Selain pasar lokal, konsumen utama produk Kembang Mutioro adalah pasar ekspor. Selama ini, pasar potensial yang kerap meminta pesanan ke Rani adalah negara-negara di Timur Tengah dan China. Dengan harga jual mulai dari Rp 30.000 -Rp 100.000 per pieces, Rani mengaku bisa menjual aneka produk hiasan dinding hingga 8.000 unit. Setiap bulan, ia pun bisa mengumpulkan pendapatan hingga Rp 200 juta. Menurutnya, prospek usaha ini masih sangat bagus, walaupun pemain baru terus bermunculan. Rani optimistis masa depan bisnis ini tetap cerah. "Satu hal yang cukup menggangu adalah cuaca di musim hujan yang membuat proses pengeringan terhambat," jelasnya.Rani tak sendirian menyulap sampah menjadi hiasan dinding. Ricky Sofjan, pemilik Les3r Hnadycraft di Padang, Sumatra Barat, membuat aneka produk hiasan dinding namun dari bahan baku yang sedikit berbeda dari Rani.Jika Kembang Mutioro menggunakan sampah hutan dan laut, Ricky menggunakan sampah kardus untuk dirangkai menjadi hiasan dinding, seperti pajangan dan lukisan sketsa wajah.Ricky mulai merangkai aneka produk itu sejak 2007. Mulanya, ia iseng melihat tumpukan voucher isi ulang yang berserakan. Padahal, voucher isi ulang pulsa biasanya memiliki gambar yang menarik dan bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang bermanfaat.Dari situ, ia mulai membuat pajangan kartu voucher untuk hiasan dinding. Namun, belakangan, ia mulai membuat aneka produk hiasan dinding dengan bahan dari kardus. Dari berbagai kardus bercorak itu, Ricky bisa membuat pajangan dan lukisan sketsa wajah sesuai keinginan pelanggannya. Satu set pajangan yang sudah terhias dalam bingkai dijualnya mulai Rp 90.000, tergantung ukuran dan kerumitan gambar. Dalam sebulan, Ricky bisa memenuhi hingga 20 pesanan pajangan dengan beragam harga. Dari usaha kreatif ini pula, ia bisa mendaur omzet hingga Rp 10 juta.Memang pendapatan Ricky dari usaha ini masih kecil. Maklum, bagi Ricky, usaha ini hanya sampingan. "Padahal, jika saya bisa membuat hiasan ini full time, bisnis ini sangat potensial, karena peminatnya cukup banyak," ungkap Ricky. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News