KONTAN.CO.ID - BUANG jauh-jauh dari pikiran Anda bahwa menikmati minuman jamu itu harus menunggu datangnya ibu-ibu penjaja jamu dengan gendongannya. Karena kini minum jamu sudah bisa dinikmati dalam kafe yang nyaman. Ya, Anda bisa mendapati minuman jamu dengan suasana modern di Cafe Jamu Acaraki. Kafe ini berada di kawasan wisata Kota Tua yang menawarkan pengalaman menikmati jamu dengan cara unik. Letak kafe ini ada di dekat Museum Fatahilah, memasuki lorong yang berada di Gedung Kerta Niaga 3. Memang agak sulit menemukannya, karena tidak ada papan nama. Anda bisa bertanya kalau sudah berada di sekitaran Museum Fatahilah. Cara lain menemukan kafe ini, adaah melatih indra penciuman Anda.
Ketika Anda menghirup aroma beras kencur dan kunyit, berarti Anda sudah berada dekat dengan kafe ini. Kafe yang sudah beroperasi sejak Juli 2018 ini memang unik. Saat memasuki kafe, Anda mungkin akan berpikir tempat ini adalah kedai kopi. Pengelola memang mendandani tempat ini dengan dekorasi ala kafe-kafe kekinian. Aura
vintage terasa dari perpaduan dinding bata bercat putih dengan lantai kayu. Ditambah lagi, kafe ini berada di salah satu bangunan tua yang sudah ada sejak zaman kolonial. Alunan musik menghadirkan suasaan nyaman. Ada kelas meracik jamu Soal menu, Cafe Jamu Arcaraki menyajikan dua bahan dasar jamu sebagai minuman jagoannya, yakni kunyit asam dan beras kencur. Peracik jamu akan mengolah dua bahan dasar ini menjadi berbagai minuman kekinian dan memadukannya dengan soda,
creamer, dan susu. "Kami ingin mengubah persepsi kalau minum jamu itu pahit dan menakutkan," ujar Brand Manager Cafe Jamu Acaraki Hardiana Prasanti. Peralatan yang digunakan para peracik jamu tidak jauh berbeda dengan para barista, yakni menggunakan mesin kopi, alat seduh V60, dan alat kopi
french press. Semua menu di sini dibanderol mulai dari Rp 18.000 hingga Rp 35.000 setiap gelasnya. Cafe Jamu Acaraki juga menyediakan jamu kemasan siap seduh yang bisa dijadikan buah tangan dan diseduh sendiri di rumah. Produk ini diberi brand Wilwatikta. Satu boks yang terdiri dari enam saset jamu siap seduh dibanderol Rp 100.000. Hardiana mengaku Wilwatikta sudah mendapatkan izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk diedarkan.
Setiap bulannya, Cafe Jamu Acaraki juga membuka kelas umum bagi orang yang berminat mendalami cara meracik jamu, beserta filosofinya dann mengenali bahan dasar jamu. Untuk mengikuti kelas, peserta cukup membayar Rp 300.000 setiap pertemuan dengan maksimal peserta hingga 15 orang. Adapun durasi kelas berlangsung selama tiga jam hingga empat jam. "Kami ingin masyarakat melihat jamu senang, meminum senang, sehingga tubuh sehat. Acaraki pun banyak didatangi anak muda yang penasaran maupun turis manca negara yang dibawa oleh
tour guide Kota Tua," tambah Hardiana. Acaraki sendiri memiliki arti peracik jamu. Kosa kata ini tertulis dalam relief Manawapura yang berada pada Candi Borobudur. Sang pemilik, Joni Yuwono, menurut Hardiana, ingin membuat jamu bisa setara dengan minuman global lainnya. Berminat minum jamu? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto