Menikmati Kucuran Berkah dari Bisnis Seputar Kompleks Makam



JAKARTA. Bulan Ramadhan adalah saat tepat untuk membuka pintu maaf kepada sesama. Tradisi yang berlaku di Indonesia, ritual ini dimulai dengan membuka pintu maaf pada sanak famili yang sudah mendahului. Agenda berziarah atau nyekar menjelang masa puasa ini mendatangkan berkah bagi warga masyarakat yang tinggal di sekitar pemakaman umum.

Salah satunya adalah Yoyon. Perempuan paruh baya ini berjualan bunga tabur bagi para peziarah Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN), Kalibata. Sudah sekitar satu minggu terakhir, ibu dua orang anak ini membuka kios ala kadarnya di depan pintu masuk TMPN Kalibata bersama sekitar delapan penjaja kembang musiman lain.

Satu minggu sebelum memasuki masa puasa, jumlah peziarah pemakaman Kalibata memang melebihi angka di hari-hari biasa. Karena itulah, Yoyon yang mengaku baru pertama kali menjajakan kembang ini berniat menikmati keuntungan.


Berbekal modal Rp 300.000, Yoyon membeli satu plastik besar bunga mawar tabur, satu plastik besar daun pandan yang biasanya menjadi campuran mawar tabur, plus satu plastik besar bunga melati yang terdiri dari 24 bungkus.

Yoyon lantas menjual satu plastik mawar tabur dengan harga Rp 5.000 per bungkus. Kalau mau lebih hemat, ia menyarankan si peziarah langsung membeli tiga bungkus seharga Rp 10.000. Sementara, satu plastik melati dijual dengan harga Rp 15.000. “Paling lama dua hari semuanya sudah harus laku. Untungnya buat belanja lagi di Rawabelong,” ujar Yoyon.

Hanya saja, Yoyon enggan menyebut pendapatan kotornya dari bisnis musiman ini. Ia hanya menyebut, dalam sehari, sekurangnya ia bisa menjual 50 bungkus kembang.

Ida, penjual bunga tabur di Pemakaman Karet Bivak yang sudah berdagang sejak 15 tahun lalu. Ia membanderol Rp 4.000 untuk satu kantong plastik bunga mawar plus pandan tabur, Rp 20.000 untuk satu kantong plastik bunga melati, serta Rp 5.000 untuk sebotol air bunga mawar.

Pendapatan rezeki yang lebih besar dirasakan Ida, seorang penjual bunga di parkiran TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat. Ia mengaku bisa mengantongi keuntungan kotor sebesar Rp 400.000 setiap hari. “Kalau hari biasa paling banyak cuma Rp 200.000. Kalau biasanya satu hari cuma laku 10 bungkus melati sama 10 bungkus mawar tabur, sekarang bisa lebih dari 50 bungkus sehari,” tutur Ida.

Setiap hari, Ida membuka kios kembangnya sejak pukul 6 pagi sampai 6 sore. Meskipun bukan termasuk pedagang musiman, Ida mengaku tak tersaingi dengan banyaknya pedagang kembang musiman. Pasalnya, ia sudah punya pelanggan tetap.

Pengalaman Udin tak kalah menarik, salah seorang penjaga parkiran kendaraan di pemakaman tersebut. Ia bilang, dalam sehari, paling tidak ada sekitar 100 mobil dan sepeda motor keluar masuk TPU itu. “Pengunjungnya, mah, bisa 500-an lebih setiap hari,” ujar Udin.

Walhasil, Udin bersama beberapa warga lain yang menjaga parkiran pemakaman ikut merasakan nikmatnya kehadiran bulan Ramadhan. Soalnya, untuk satu kendaraan, setidaknya peziarah harus merogoh kocek Rp 2.000 sebagai biaya parkir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie