JAKARTA. Banyak cara dilakukan pebisnis kuliner untuk memikat konsumen. Salah satunya dengan inovasi produk. Seperti yang dilakukan Salman Rijae dengan mendirikan usaha es krim goreng merek Ice Kitchen.Sejatinya, usaha ini sudah dirintis sejak 2009 ketika Salman masih di Purwokerto, Jawa Tengah. Ia terinspirasi membuat es krim goreng setelah mencicipi sajian tersebut di sebuah resto. "Saya coba-coba bikin sendiri, dan setelah enam bulan berhasil mendapatkan resep yang pas," tuturnya.Es krim goreng terdiri dari roti yang diisi es krim. Kata Salman, karena roti buatannya menggunakan adonan khusus, sehingga es krim tidak cair ketika digoreng. Berbeda dengan kompetitor yang biasa menggunakan roti tawar berbentuk persegi atau segitiga, kini ia juga membuat roti berbentuk bulat dan ukuran lebih besar. "Saya satu-satunya yang bikin bentuk bulat, karena menggunakan mesin khusus pencetak roti dari Malaysia," klaimnya.Ada lima varian rasa es krim yang ditawarkan, yaitu coklat, vanilla oreo, mocca, strawberry dan durian. Selain itu, ada pilihan topping, seperti susu coklat, strawberry, blueberry dan white cream. Satu porsi dibanderol Rp 7.000 - Rp 8.500, tergantung pilihan topping.Ketika gerai pertamanya di Purwokerto sudah stabil, Salman pindah ke Jakarta pada 2010. Tujuannya supaya bisnis Ice Kitchen punya jaringan lebih luas. Kemudian, sejak 2012, ia membuka kemitraan. Kini, sudah ada 15 gerai yang tersebar di Purwokerto, Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi.Berminat? Salman mengemas empat paket usaha. Mulai dari Rp 3,5 juta dan Rp 4 juta untuk paket booth portabel. Lalu, paket gerobak aluminium ukuran besar seharga Rp 6 juta. Terakhir, paket counter aluminium seharga Rp 12 juta. Ini cocok untuk berjualan di food court atau pusat perbelanjaan.Selain booth, mitra akan mendapat bahan baku awal, peralatan dan pelatihan. Kata Salman, satu gerai bisa menjual sekitar 20 porsi hingga 100 porsi sehari, tergantung jenis paket usaha. Alhasil, omzet satu gerai bisa mencapai Rp 2,8 juta hingga Rp 8 juta sebulan.Setelah dikurangi biaya bahan baku, gaji pegawai, sewa tempat dan operasional, mitra masih bisa mengantongi laba bersih sekitar 50%. Alhasil, bisa balik modal dua bulan hingga enam bulan. Salman membidik penambahan lima gerai baru di Jakarta sampai penghujung tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menikmati manis laba dari es krim goreng
JAKARTA. Banyak cara dilakukan pebisnis kuliner untuk memikat konsumen. Salah satunya dengan inovasi produk. Seperti yang dilakukan Salman Rijae dengan mendirikan usaha es krim goreng merek Ice Kitchen.Sejatinya, usaha ini sudah dirintis sejak 2009 ketika Salman masih di Purwokerto, Jawa Tengah. Ia terinspirasi membuat es krim goreng setelah mencicipi sajian tersebut di sebuah resto. "Saya coba-coba bikin sendiri, dan setelah enam bulan berhasil mendapatkan resep yang pas," tuturnya.Es krim goreng terdiri dari roti yang diisi es krim. Kata Salman, karena roti buatannya menggunakan adonan khusus, sehingga es krim tidak cair ketika digoreng. Berbeda dengan kompetitor yang biasa menggunakan roti tawar berbentuk persegi atau segitiga, kini ia juga membuat roti berbentuk bulat dan ukuran lebih besar. "Saya satu-satunya yang bikin bentuk bulat, karena menggunakan mesin khusus pencetak roti dari Malaysia," klaimnya.Ada lima varian rasa es krim yang ditawarkan, yaitu coklat, vanilla oreo, mocca, strawberry dan durian. Selain itu, ada pilihan topping, seperti susu coklat, strawberry, blueberry dan white cream. Satu porsi dibanderol Rp 7.000 - Rp 8.500, tergantung pilihan topping.Ketika gerai pertamanya di Purwokerto sudah stabil, Salman pindah ke Jakarta pada 2010. Tujuannya supaya bisnis Ice Kitchen punya jaringan lebih luas. Kemudian, sejak 2012, ia membuka kemitraan. Kini, sudah ada 15 gerai yang tersebar di Purwokerto, Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi.Berminat? Salman mengemas empat paket usaha. Mulai dari Rp 3,5 juta dan Rp 4 juta untuk paket booth portabel. Lalu, paket gerobak aluminium ukuran besar seharga Rp 6 juta. Terakhir, paket counter aluminium seharga Rp 12 juta. Ini cocok untuk berjualan di food court atau pusat perbelanjaan.Selain booth, mitra akan mendapat bahan baku awal, peralatan dan pelatihan. Kata Salman, satu gerai bisa menjual sekitar 20 porsi hingga 100 porsi sehari, tergantung jenis paket usaha. Alhasil, omzet satu gerai bisa mencapai Rp 2,8 juta hingga Rp 8 juta sebulan.Setelah dikurangi biaya bahan baku, gaji pegawai, sewa tempat dan operasional, mitra masih bisa mengantongi laba bersih sekitar 50%. Alhasil, bisa balik modal dua bulan hingga enam bulan. Salman membidik penambahan lima gerai baru di Jakarta sampai penghujung tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News