Menikmati mi titi khas Makassar



Mencari masakan asal Makassar di Jakarta tidak sulit. Ada banyak resto dan kedai yang menawarkan sajian khas Negeri Angin Mamiri. Mau coto makassar, konro, atau ikan bakar? Anda tinggal memilih kedai yang sesuai selera dan isi kantong.

Cuma, kalau ingin mencicipi masakan nasi goreng merah dan mi titi ala Makassar yang lezat, Anda harus mengunjungi Kedai Pelangi di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.

Enggak susah menemukan lokasinya. Jika Anda masuk ke Jalan Wahid Hasyim dari Menteng Raya, kedainya berada di sisi kanan. Tapi, bila Anda masuk ke Wahid Hasyim lewat Jalan M.H. Thamrin, kedainya ada di sisi kiri jalan. Tinggal cari pelang warna oranye bertuliskan Kedai Pelangi dengan moto Cita Rasanya Tiada Banding.


Bagian dalam kedai yang buka pukul 10.00 hingga 23.30 setiap hari ini cukup luas. Ada beberapa meja yang dikelilingi kursi dan sebagian lagi sofa empuk. Kapasitasnya sendiri bisa menampung sekitar 60 orang pengunjung.

Mencermati beberapa pelanggan yang sedang menikmati sajian, tampak bahwa nasi goreng merah dan mi titi menjadi menu yang paling banyak dipesan. “Dua menu itu memang andalan dan spesialisasi kami,” kata Femy, pemilik kedai.

Bagi kebanyakan orang, terutama yang bukan berasal dari Sulawesi Selatan dan sekitarnya, nama nasi goreng merah atau mi titi kemungkinan masih terdengar asing di telinga. Maklum, dua sajian ini belum sepopuler makanan khas Makassar lain. Padahal, rasanya tidak kalah sedap, lo, ketimbang coto makassar atau konro, misalnya.

Agar tidak penasaran, begitu sampai, langsung saja pesan.  Sejurus kemudian, mi titi yang pertama keluar dan terhidang di atas meja. Sekilas, penampilannya mirip dengan ifumi dengan baluran capcai.

Ya, mi titi memang mi garing yang disiram dengan kuah nan nikmat yang berisi sayur mayur. Cuma, “Minya kami buat sendiri dengan campuran  bahan resep sendiri,” jelas Femy.

Cabai dari Toraja

Mi di kedai ini digoreng hingga kering sekali. Diameternya lebih kecil dari mi biasa. Kelirnya kuning dan rasanya renyah. Adapun kuahnya dilengkapi dengan daging ayam dan irisan seafood, seperti bakso ikan, udang, dan cumi.

Menjajal mi garing yang diguyur dengan kuah kental dan hangat sungguh nikmat. Rasa kuahnya yang segar dan gurih sangat pas dengan mi yang garing. Anda yang suka pedas  harus mencoba acar cabai rawit. Baru sekali gigit, pedasnya langsung merajam lidah. “Cabainya khusus kami datangkan dari Toraja,” ujar Femy.

Untuk Anda yang ingin makan berat dengan porsi yang lumayan besar, nasi goreng merah adalah pilihan yang paling tepat. Betapa tidak? Makanan ini disajikan dalam porsi gede. Buat yang biasa makan porsi sedang, satu piring nasi goreng merah bisa dimakan berdua. Dan, bagi yang biasa makan porsi kecil, sepiring bisa membikin tiga orang kenyang.

Disebut nasi goreng merah karena nasinya memang berwarna merah tua. Jangan salah, nasinya tidak berasal dari beras merah. Berasnya tetap beras putih biasa. Cuma, nasinya digoreng dengan saus tomat sebagai bumbunya. Makanya, warnanya menjadi merah.

Sausnya bukan sembarang saus tomat, lo. “Saus tomatnya kami buat sendiri dengan tomat yang kami datangkan dari Makassar,” ungkap Femy. Ia memilih menggunakan tomat sayur yang berukuran kecil lantaran rasanya tidak asam.

Walhasil, kelir merah di nasi tak hanya membuat penampilannya menjadi atraktif, tapi juga membikin rasa nasi goreng menjadi semakin gurih. Cita rasanya semakin lengkap dengan telor ceplok plus suwiran ayam, bakso, udang, serta cumi sebagai pelengkap sajian.

Sebagai pelepas dahaga, Anda bisa  menjajal es pallubutung. Minuman ini terbuat dari tepung beras yang dicampur es dan pisang, lalu disiram sirop istimewa yang didatangkan langsung dari Makassar.

Semua sajian ini bisa Anda nikmati tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam, kok. Sepiring nasi goreng merah dan mi titi, contohnya, bisa Anda nikmati hanya dengan uang Rp 26.000. Adapun es pallubutung cuma Rp 12.000.

Kedai PelangiJl. Wahid Hasyim No. 108 Jakarta PusatTelp: 021-31908839Koordinat GPS:S6°18.699’- E106°82.666’

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari