KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat terhadap mayoritas mata uang utama. Hal ini dipicu oleh pemangkasan suku bunga the Fed. Berdasarkan data Trading Economics, indeks dolar (DXY) berada di 105,94 atau melemah 0,10 dalam 24 jam terakhir pada Kamis (27/6) pukul 13.51 WIB. Namun, dalam sepekan masih menguat 0,28% dan sebulan terakhir menguat 1,21%. Dibandingkan mata uang utama lainnya, pergerakan dolar AS juga terlihat kuat. Misalnya dengan Euro (EUR), dolar AS menguat 1,46% dalam sebulan dan sepekan terakhir menguat 0,12%. Dengan poundsterling (GBP) juga menguat 0,95% dalam sebulan dan sepekan menguat 0,19%.
Dengan mata uang Asia, dolar AS perkasa atas Yen (JPY) dengan penguatan 2,04% dalam sebulan dan sepekan menguat 0,97%. Dengan Yuan (CNY) juga menguat 0,47% dalam sebulan dan sepekan naik 0,10%. Research and Development ICDX, Taufan Dimas Hareva mengatakan, pergerakan mata uang dolar AS ini dipengaruhi oleh ekspektasi tentang pelonggaran suku bunga the Fed. Pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga akan terealisasi pada pertemuan FOMC pada bulan September mendatang. Namun, keputusan tersebut sangat bergantung pada rilisnya data ekonomi AS khususnya data terkait indikator inflasi. "Jadi selama menurut The Fed tingkat inflasi di Amerika Sekitar masih tinggi, makanya pelonggaran belum akan dilakukan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (27/6).
Baca Juga: GLOBAL MARKETS - Stocks Mostly Climb with Nvidia; Dollar Edge Up vs Yen Ketika ekspektasi pelonggaran suku bunga menguat berdasarkan data yang rilis, maka pergerakan kinerja dolar AS akan cenderung melemah, begitu pula sebaliknya. Contohnya ketika rilis data ekonomi Indeks Pembelian Manajer (PMI) AS yang lebih kuat dari perkiraan pada pekan lalu. "Hal itu memicu para pejabat Fed untuk menunda pemangkasan suku bunga pertama pada tahun ini, sehingga hal tersebut menguatkan kinerja mata uang dolar AS," sambungnya.
Namun, hari ini kinerja dolar AS alami pelemahan terhadap mata uang utama. Hal ini akibat suasana pasar yang berhati-hati menjelang rilis data Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan rilis pada Jumat (28/6). Pasar memperkirakan data PCE AS akan menunjukkan sedikit perlambatan pada bulan Mei. Hal itu berpotensi menguatkan spekulasi penurunan inflasi, setelah rilisnya laporan Indeks Harga Konsumen dan Produsen. Para pelaku pasar juga memantau indikator ekonomi lainnya seperti klaim pengangguran awal, penjualan rumah yang tertunda, dan angka PDB kuartal I, yang akan membantu mengukur kekuatan ekonomi AS. "Titik-titik data ini akan sangat penting dalam menentukan apakah Fed akan memangkas suku bunganya pada tahun ini," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih