KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis minuman boba atau bubble tea di Indonesia pernah mengalami masa kejayaan dengan pertumbuhan yang sangat pesat, terutama setelah pandemi. Namun, apakah di tahun 2025 tren ini masih berlanjut, atau justru sudah mengalami penurunan? Menurut pengamat marketing dan konsultan bisnis Yuswohady bisnis boba mengikuti pola hype yang biasa terjadi di industri makanan dan minuman kekinian. Ia menjelaskan bahwa ada siklus dalam tren ini—mulai dari fase hype yang membuat minuman ini sangat populer, diikuti dengan fase penurunan, dan kemudian stabilisasi dalam jangka panjang. "Di fase hype, permintaan melonjak karena banyak orang terdorong oleh efek FOMO. Konsumen kita semakin sensitif terhadap tren karena pengaruh algoritma media sosial. Mereka ingin mencoba sesuatu yang sedang viral dan dianggap relevan secara sosial," ujar Yuswohady kepada KONTAN, Rabu (26/1).
Menilik Bisnis Bubble Tea di Indonesia: Masih Cuan atau Mulai Meredup?
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis minuman boba atau bubble tea di Indonesia pernah mengalami masa kejayaan dengan pertumbuhan yang sangat pesat, terutama setelah pandemi. Namun, apakah di tahun 2025 tren ini masih berlanjut, atau justru sudah mengalami penurunan? Menurut pengamat marketing dan konsultan bisnis Yuswohady bisnis boba mengikuti pola hype yang biasa terjadi di industri makanan dan minuman kekinian. Ia menjelaskan bahwa ada siklus dalam tren ini—mulai dari fase hype yang membuat minuman ini sangat populer, diikuti dengan fase penurunan, dan kemudian stabilisasi dalam jangka panjang. "Di fase hype, permintaan melonjak karena banyak orang terdorong oleh efek FOMO. Konsumen kita semakin sensitif terhadap tren karena pengaruh algoritma media sosial. Mereka ingin mencoba sesuatu yang sedang viral dan dianggap relevan secara sosial," ujar Yuswohady kepada KONTAN, Rabu (26/1).