Menilik Cuan Investasi di Bursa Luar Negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aplikasi investasi multi-aset, Pluang, baru-baru ini membuka kesempatan bagi investor ritel untuk berinvestasi di bursa luar negeri.

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas mengatakan, ada 500 lebih pilihan baru saham Amerika Serikat (AS) yang tersedia, mulai dari sektor teknologi, farmasi, consumer goods, sampai ke klub sepak bola.

Karena volatilitas pasar saham AS yang cukup tinggi, Pluang memasang fitur Leverage yang memungkinkan pengguna untuk mendapatkan profit dua kali lipat dengan berinvestasi setengah harga saham dengan nominal 0,1 unit. Sehingga ada kesempatan untuk berinvestasi di pasar saham terbesar di dunia hanya dengan berinvestasi mulai dari US$ 0,30.


Head of Financial Academy Pluang, Imam Nugraha mengatakan, pasar saham AS diprediksi akan mengalami koreksi di akhir kuartal II atau awal kuartal III tahun 2023.

Baca Juga: Loyo di Akhir Pekan, Begini Prediksi IHSG di Awal Pekan Depan

“Dengan fitur trading di Pluang seperti leverage yang dapat digabungkan dengan analyst ratings dan technical indicator, kami berharap para investor dapat mendapat informasi yang membantu mengambil keputusan finansial,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, jenis investasi ini adalah memberikan pilihan yang lebih beragam dan menarik untuk pelaku pasar dan investor.

Namun, banyaknya jenis investasi juga memiliki risiko yang berbeda-beda, sehingga semua akan kembali kepada profil risiko investor. 

High risk high return akan selalu menjadi aturan main penting bagi kita semua dalam dunia investasi,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Jumat (16/6).

Baca Juga: IHSG Turun 0,44% ke 6.684,04 di Sesi I, Jumat (16/6), Bursa Regional Menghijau

Terkait prospek, Nico melihat bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan investor sebelum memilih berinvestasi di bursa luar negeri.

“Keamanan, regulasi, deposit, dan kemudahan menjadi salah satu yang harus diperhatikan dalam berinvestasi di luar negeri,” ujarnya.

Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, terkait potensi keuntungan atau risiko berinvestasi di bursa luar negeri ini balik lagi tergantung dari tujuan investasi dan profil risiko masing-masing investor. 

Investasi di bursa luar negeri memiliki potensi keuntungan yang tinggi, tetapi juga mengandung risiko yang lebih tinggi. 

“Peluang keuntungan dapat berasal dari akses ke pasar global yang lebih luas, diversifikasi portofolio, dan potensi pertumbuhan yang lebih tinggi di beberapa sektor,” ujar Guntur, Jumat (16/6).

Baca Juga: Wall Street Berseri: S&P 500 Melonjak ke Penutupan Tertinggi 14 Bulan

Namun, risiko bursa luar negeri ini juga lebih tinggi, karena fluktuasi nilai tukar mata uang, perbedaan regulasi, ketidakpastian politik dan ekonomi di negara tujuan, serta risiko likuiditas yang lebih tinggi.

“Pertimbangan analisis fundamental itu juga harus dilakukan dengan memastikan bahwa platform yang digunakan legal, terdaftar, mendapatkan izin resmi, dan di bawah pengawasan oleh OJK,” paparnya.

Menurut Guntur, investasi di bursa luar negeri harus melihat kondisi pasar global. Sehingga, rekomendasi sektor yang prospektif dalam investasi di bursa luar negeri dapat beragam tergantung pada situasi pasar dan preferensi investor.

Baca Juga: Mengukur Potensi IHSG Kembali Melaju ke Level 7.000, Cek Catatan & Rekomendasi Analis

Guntur mengatakan, beberapa sektor yang umumnya dianggap prospektif adalah teknologi, energi terbarukan, kesehatan, konsumen, dan sektor finansial.

“Sentimen terkait sektor-sektor ini didorong oleh tren inovasi, pertumbuhan populasi, perubahan gaya hidup, dan perhatian terhadap isu-isu lingkungan,” tuturnya.

Namun, Nico belum memberikan sektor yang dilihat prospektif dari bursa luar negeri. Namun, investor harus mampu melihat seperti apa produk yang dipilih.

“Ini penting ketika kita memilih produk, karena berhubungan dengan volatilitas dan risiko yang ada di dalam produk tersebut,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati