KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) terus memacu implementasi
Environmental, Social & Governance (ESG). Salah satunya dengan mendorong penyaluran kredit kredit berkelanjutan (
Sustainable Linked Loan/SLL) Per akhir September 2024, nilai portofolio SLL BNI sudah mencapai Rp 188 triliun. Angka tersebut tumbuh 17% secara tahunan atau
year on year (yoy). Porsinya terhadap total portofolio kredit BNI sudah mencapai 26%. Dari total portofolio SLL tersebut, sebanyak Rp 117 triliun 62% masuk ke pembiayaan social dan sisanya sebesar Rp 71 triliun atau setara 38% dari SLL masuk untuk penyaluran kredit hijau.
Adapun portofolio kredit hijau itu mencakup penyaluran pinjaman ke energi baru dan terbarukan (EBT) atau yang dikenal dengan
renewables energy senilai Rp 10,2 triliun. Sebanyak Rp 3,4 triliun untuk kredit yang fokus pada pencegahan polusi.
Baca Juga: Bisnis Wealth Management di Sejumlah Perbankan Tumbuh Double Digit “BNI juga menyalurkan kredit hijau untuk sektor sumber daya alam dan lahan berkelanjutan senilai Rp 32 triliun dan manajemen air serta limbah senilai Rp 25,4 triliun,” tulis manajemen BNI dalam keterangannya, Minggu (24/11). BNI juga menyalurkan SLL ke beberapa sektor seperti unggas dan pemrosesan makanan, semen dan manufaktur, industri baja serta industri kemasan setara dengan US$ 363 juta atau setara Rp5,5 triliun dengan asumsi kurs Rp15.150 per US$ hingga September 2024, naik 16% secara tahunan. Penyaluran SLL BNI ke empat sektor di atas juga melibatkan pelaku usaha di sektor-sektor tersebut untuk mencapai target kinerja berkelanjutan (
Sustainable Performance Target/SPT) yang di antaranya diukur dengan beberapa indikator utama seperti penurunan polusi air, mencapai emisi CO2 secara spesifik, peningkatan skor ESG secara tahunan dan penurunan emisi, daur ulang resin hingga kesetaraan gender.
Head of Research MNC Sekuritas, Victoria Venny menilai komitmen tata kelola ESG BNI dapat semakin diselaraskan dengan peluang bisnis. “Hal itu akan menjadi katalis positif untuk kinerja bank ke depannya,” ujarnya.
Baca Juga: BNI Gandeng Batumbu untuk Perluas Akses Pembiayaan bagi UMKM Senada Abdul Azis analis Kiwoom Sekuritas juga memandang positif inisiatif BNI untuk mengintegrasikan tata kelola ESG ke dalam proses bisnis bank. Dia melihat bahwa peluang saham BNI dilirik oleh investor ESG semakin tinggi. Menurut catatan Azis, dana kelolaan investasi ESG masih akan terus tumbuh dan mencapai angka US$ 34 triliun pada 2026 atau tumbuh 20% per tahun sejak 2021.
“Integrasi ESG ke dalam bisnis BNI yang menunjukkan hasil positif serta dengan inklusi saham ESG ke berbagai indeks lokal dan global akan memungkinkan saham BNI dipilih sebagai top-pick saham ESG untuk sektor keuangan.” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk