KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menuju akhir tahun 2024, utang perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sejumlah bank tanah air kembali menjadi sorotan, terutama utang BUMN Karya. Pasalnya jika tidak dapat menyehatkan keuangan dan melunasi utang, yang kena getahnya tentu saja adalah perbankan. Baru-baru ini, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) telah melakukan restrukturisasi penandatanganan
Master Restructuring Agreement (MRA) dengan 21 perbankan, baik bank BUMN maupun swasta dengan nilai
outstanding sebesar Rp 26,3 triliun.
Pada kesempatan yang sama, Waskita Karya juga telah mendapat persetujuan terkait Pokok Perubahan Perjanjian fasilitas Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP) yang dilakukan oleh lima kreditur perbankan dengan nilai
outstanding sebesar Rp5,2 triliun.
Corporate Secretary WSKT Ermy Puspa Yunita mengatakan, Waskita dan para kreditur menyepakati skema
cash waterfall alias struktur pembayaran yang lebih menyesuaikan dengan kondisi perusahaan terkini. Selain itu, restrukturisasi ini disebut Ermy menyetujui penurunan suku bunga dan perpanjangan tenor yang akan memberikan keringanan pada kondisi keuangan perusahaan.
Baca Juga: MNC Life Prediksi Pertumbuhan Bisnis di Semester II-2024 Naik Berkat Mitra Strategis "Waskita akan berfokus untuk kembali ke bisnis inti perusahaan, yakni sebagai kontraktor murni. Waskita juga akan mengutamakan proyek dengan uang muka dan skema pembayaran bulanan demi mencapai keberlanjutan kegiatan usaha," kata Ermy kepada kontan.co.id. Di samping itu, Waskita akan terus melakukan perbaikan dan penguatan tata kelola perusahaan. Kedepannya Waskita akan fokus pada pemilihan proyek-proyek rendah resiko, proyek-proyek yang memiliki uang muka dan skema pembayaran bulanan, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia demi memaksimalkan kapabilitas, pengalaman, dan expertise untuk memperkuat
core business Waskita. "Waskita juga akan fokus pada divestasi sejumlah aset jalan tol untuk menurunkan kewajiban perusahaan. Saat ini Waskita masih memiliki sepuluh ruas tol dalam grup usaha Waskita Toll Road," ujarnya. Adapun dalam waktu dekat, terdapat dua ruas tol yang akan menjadi target divestasi perusahaan, yakni Jalan Tol Trans Sumatera Tebing Tinggi-Parapat yang merupakan ruas tol di wilayah Sumatera dan jalan tol Pemalang-Batang yang merupakan ruas tol Trans Jawa. Saat ditelisik di laporan keuangan Waskita Karya, perseroan memiliki utang jangka pendek dan jangka panjang kepada sejumlah bank. Tercatat sampai Juni 2024, utang jangka pendek Waskita Karya sebesar Rp 700,12 miliar, jumlah tersebut tidak berubah dari utang jangka pendek per Desember 2023. Adapun utang jangka panjang Waskita Karya sampai Juni 2024 tembus Rp 45,61 triliun. Jumlah ini turun tipis jika dibandingkan dengan utang jangka panjang tahun lalu yakni Rp 47,13 triliun per Desember 2032. Alhasil jika dijumlah, adapun total utang Waskita Karya ke bank tembus Rp 47,57 triliun per Juni 2024. Namun, asal tahu saja utang jumbo Waksita Karya tersebut tidak lebih tinggi dari total utang PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PT PLN yang sudah tembus Rp 138,88 triliun per Juni 2024. Jika dirinci, total utang PLN tersebut terdiri dari utang jangka pendek sebesar Rp 21,12 triliun per Juni 2024, naik dari Rp 20,94 triliun per Desember 2023. Sementara utang jangka panjang PLN ke bank tembus Rp 117,76 triliun per Juni 2024, namun jumlah ini telah turun dari tahun lalu Rp 127,87 triliun per Desember 2023. Di posisi ketiga ada perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) memiliki total utang di perbankan sebesar Rp 51,21 triliun per Juni 2024, dengan rincian utang jangka pendek sebesar Rp 13,09 triliun, dari Rp 9,65 triliun pada Desember tahun lalu. Sementara itu, utang jangka panjang di bank tercatat sebesar Rp 38,12 triliun per Juni 2024, naik dari tahun lalu Rp 32,20 triliun. Selanjutnya posisi keempat ada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatat total utangnya di bank mencapai Rp 17,37 triliun per Juni 2024, dengan rincian utang jangka pendek sebesar Rp 443,68 miliar, turun dari utang tahun lalu yang sebesar Rp 17,61 triliun per Desember 2023. Sementara untuk utang jangka panjang tercatat mencapai Rp 16,93 triliun per Juni 2024. Adapun di posisi kelima adalah BUMN Karya lainnya seperti PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mencatat total utang di bank sebesar Rp 15,01 triliun per Juni 2024, dengan rincian utang jangka pendek sebesar Rp4,23 triliun, naik dari Rp 3,67 triliun per Desember 2023. Sementara utang jangka panjang Rp10,78 triliun per Juni 2024, naik dari Rp 10,07 triliun per Desember 2023. PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) mencatat total utang ke bank Rp 3,44 triliun per Juni 2023, dengan rincian utang jangka pendek mencapai Rp2,89 triliun, turun dari Rp 4,85 triliun per Desember 2023. Sementara utang jangka panjang tercatat sebesar Rp 553,51 miliar, turun dari Rp949,96 miliar per Desember 2023. Pengamat Perbankan Senior Vice President LPPI, Trioksa Siahaan menilai, dengan restrukturisasi utang tidak serta merta mendongkrak kinerja bank karena banyak faktor yang mempengaruhi kinerja bank terutama terkait efisiensi. "Dampaknya kedepan termasuk ke kinerja sahamnya masih tergantung perkembangan kinerja banknya," katanya. Adapun Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menyebut, restrukturisasi pinjaman perbankan yang dilakukan emiten BUMN berpotensi mengurangi resiko gagal bayar di pihak Bank yang akan mempengaruhi aset produktif bank. "Namun di sisi lain juga berpotensi mendorong resiko kenaikan
non performing loan nya yang berujung pada kenaikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang berpotensi menekan laba pada akhirnya," ujar Yaki. Selain itu kata Yakin, kenaikan CKPN berpotensi menggerus modal yang akhirnya meningkatkan resiko likuiditas perbankan. Yaki juga menyebut, jika restrukturisasi berhasil akan berpotensi positif ke kinerja dan harga saham perbankan nya. Jika dilihat, bank yang paling banyak memberikan kredit ke BUMN yakni BNI. Yaki merekomendasikan buy BBNI dengan target pasar Rp 6.075. Jika dilihat dari sisi laporan keuangan perbankan, BNI mencatat total pinjaman yang diberikan ke perusahaan BUMN yakni tembus Rp 136,54 triliun per Juni 2024, naik dari Rp 126,35 triliun per Desember 2023. Sementara Bank BJB sebagai salah perbankan yang mengabulkan restrukturisasi Waskita Karya mengatakan, dengan MRA Waskita yang telah ditandatangani seluruh krediturnya tentu akan memberikan manfaat positif bagi kreditur terutama ada kepastian pengembalian pinjaman. Yuddy Renaldi, Direktur Utama Bank BJB menyebut, dengan adanya restrukturisasi utang dari BUMN ini kedepannya di bank mana pun apabila 1 debitur di restrukturisasi apalagi skalanya korporasi dan dalam perjalanannya kembali current (lancar), tentu akan memperbaiki kualitas kredit secara keseluruhan. "Untuk bank BJB saat ini NPL ratio masih terjaga baik di bawah 1,5%," ucapnya. Sementara itu BTN mencatat total pinjaman yang diberikan ke perusahaan BUMN yakni sebesar Rp 23,23 triliun per Juni 2024, jumlah ini naik dari pinjaman yang diberikan pada tahun lalu yakni Rp 22,45 triliun.
SEVP Wholesale Banking BTN Benny Yoslim mengatakan, restrukturisasi debitur BUMN merupakan langkah terbaik yang disepakati para pihak atas dasar kondisi bisnis dan keuangan debitur saat ini. "Khusus BTN, restrukturisasi BUMN termasuk Wika sudah mencapai kesepakatan sejak tahun 2023 dan dampaknya sudah tercermin dalam laporan keuangan BTN," kata Benny.
Baca Juga: Gara-Gara Ini, Mark Zuckerberg Bisa Menjadi Orang Terkaya di Dunia Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati