Menilik Efek Konflik Laut Merah pada Distribusi Komoditas Impor dan Ekspor Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik Laut Merah berdampak pada distribusi komoditas impor di Indonesia. Serangan selama berminggu-minggu oleh militan Houthi yang didukung Iran terhadap kapal-kapal di Laut Merah telah mengganggu pelayaran di Terusan Suez, rute tercepat antara Asia dan Eropa.

Kondisi Laut Merah yang terus memanas ini berdampak bagi ekonomi dunia, termasuk Indonesia.

Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) menyatakan konflik Laut Merah mengganggu logistik. Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman menuturkan, konflik Laut Merah mengganggu logistik sehingga biaya pengapalan naik sampai dengan 5 kali lipat dan membutuhkan waktu lebih lama.


"Semua berpengaruh terhadap harga dan order. Sebagian order ditunda, tentu menghambat pertumbuhan ekspor dan impor," kata Adhi saat dihubungi KONTAN, Jumat (26/1).

Baca Juga: Tarif Logistik Makin Mahal, Begini Dampaknya ke Pelaku Industri

Ia menuturkan, imbas dari konflik Laut Merah ini sebagian bahan baku terlambat masuk dan harga juga mulai naik. 

"Untuk beberapa industri makanan dan minuman yang bahan bakunya dari Eropa, berdampak pada biaya produksi dan pasokan terlambat. Kenaikannya belum diidentifikasi seberapa besar," ungkap Adhi.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengungkapkan, konflik Laut Merah sangat berdampak negatif pada industri yang membuat harga pengiriman barang meningkat antara 3 sampai 5 kali lipat.

"Mata rantai pasok menjadi terganggu dan biaya ekspor jadi mahal. Letak geografis Indonesia yang tidak menguntungkan yang membuat biaya pengapalan atau biaya kirim makin mahal serta membuat harga minyak meningkat," ujar Jemmy saat dihubungi KONTAN, Jumat (26/1).

Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo) mengaku konflik laut merah berpengaruh terhadap biaya logistik, khususnya rute di Timur Tengah.

Sekretaris Jenderal Perprindo Andy Arif Widjaja menuturkan, untuk Industri Pendingin Refrigerasi di Indonesia saat ini tidak terlalu terdampak dengan krisis ini karena komponen industri yang digunakan masih banyak bersumber dari negara Asia sehingga tidak melalui rute laut merah.

"Perprindo berharap konflik ini dapat segera selesai sehingga perdagangan global dapat kembali normal," ujarnya kepada KONTAN, Jumat (26/1).

Baca Juga: Optimistis Negara Tujuan Ekspor Baru Bisa Mendongkrak Perdagangan RI

Senada, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Daniel Suhardiman menyampaikan konflik Laut Merah tidak terlalu berdampak karena rantai pasok elektronika di Indonesia hampir seluruhnya oleh negara-negara ASEAN, Tiongkok, Taiwan, Jepang & Korea.

"Ekspor anggota Gabel ke Timur Tengah sangat kecil, sehingga belum ada urgensi untuk menaikkan harga barang," ungkapnya kepada KONTAN, Jumat (26/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi