Menilik efek pembentukan SWF ke pasar saham



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau SWF akan berjalan tahun ini. SWF diharapkan menjadi tonggak pembangunan Indonesia dan bisa menarik investasi masuk.

Indonesia diharapkan dapat menjadi negara maju di 2045. Untuk mencapai target tersebut, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) harus mencapai 7%-8%. Karena saat ini PDB masih di kisaran 5%, maka perlu didorong oleh investasi.

SWF merupakan kendaraan finansial yang dimiliki negara, yang memiliki atau mengatur dana publik dan menginvestasikannya ke aset-aset luas dan beragam. Fungsi SWF untuk stabilisasi ekonomi, terutama meningkatkan investasi dan tabungan masyarakat.


Melalui SWF, investasi dari luar negeri diharapkan dapat mengalir ke Indonesia. Sehingga akhirnya membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. 

Sampai saat ini ada beberapa negara yang tertarik dan berkomitmen berinvestasi di SWF Indonesia. Negara tersebut antara lain Uni Emirat Arab yang berjanji menanamkan modal US$ 22,8 milir. Lalu ada AS yang siap investasi US$ 2 miliar dan Jepang US$ 4 miliar. 

Saham konstruksi, terutama BUMN Karya, akan diuntungkan oleh SWF. Saat ini SWF akan fokus pada infrastruktur tol, seaport dan airport. Secara garis besar, SWF bisa menjadi alternatif pendanaan perusahaan konstruksi dengan mekanisme pembelian aset infrastruktur. 

Sebagai contoh, tol yang sudah dibangun atau dalam proses pembangunan oleh emiten konstruksi akan dibeli kepemilikannya oleh SWF. Selanjutnya emiten konstruksi tersebut akan mendapatkan cash untuk melaksanakan proyek selanjutnya. Ini menjadi solusi bagi pendanaan emiten konstruksi. 

Semua emiten BUMN Karya yang terdaftar di bursa saham, yaitu WIKA, WSKT, ADHI dan PTPP, memiliki proyek jalan tol. WSKT menjadi pemilik proyek tol terbesar di antara BUMN Karya, karena menguasai 10% konsensi dari panjang tol Indonesia.

WSKT juga saat ini sudah siap menawarkan 11 ruas tolnya kepada SWF. WSKT pernah memproyeksikan beban utangnya bisa berkurang 40%-50% bila divestasi ruas jalan tol berhasil.

Di bisnis jalan tol juga ada JSMR yang saat ini memegang konsensi tol terbesar. Tol JSMR yang sudah beroperasi sepanjang 1.191 km, atau 52% dari total panjang jalan tol Indonesia.

Jalan tol berkontribusi 90% terhadap total pendapatan JSMR. Walaupun sempat tertekan karena pandemi, saat ini pendapatan jalan tol sudah mulai pulih.

Adanya SWF akan memberi dampak positif bagi saham konstruksi, di mana WSKT menjadi yang paling diuntungkan. Selain itu saham JSMR juga akan diuntungkan, karena memiliki konsensi tol terpanjang.

Saham

Pendapatan (Rp jutaan)

Chg % YoY

Laba/Rugi (Rp jutaan)

Chg % YoY 

 PBV

 PBV Rata-Rata

Disc% PBV x PBV rata-rata

WSKT

11.740.239

-47%

(3.379.612)

-100%

1,9x

2,3x

-17%

PTPP

10.019.987

-53%

50.124

-93%

1,2x

1,3x

-8%

WIKA

10.383.116

-43%

140.940

-91%

1,4x

1,9x

-26%

ADHI

8.457.747

-5%

15.558

-95%

1,2x

1,0x

+16%

JSMR

6.255.856

-15%

3.387.531

-115%

1,8x

2,2x

-18%

Saham-saham sektor konstruksi saat ini secara valuasi masih terdiskon atau murah. Sehingga masih layak untuk investasi, mengingat potensi turnaround story di 2021, didorong SWF dan dana infrastruktur yang meningkat.

Jelang akhir tahun lalu, di November, saham konstruksi mampu memperoleh kontrak baru hampir setara target. Hal ini menjadi modal bagi saham konstruksi untuk menghadapi 2021. 

Saham

Kontrak Baru / November (Rp triliun)

Target kontrak baru (Rp triliun)

Pencapaian

ADHI

17,3

22,4

77%

PTPP

17,42

25,6

68%

WIKA

18

21,3

85%

WSKT

15,6

27

58%

WTON*

2,96

5,26

56%

WSBP*

1,68

5

34%

*per Oktober

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata