KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya dinilai masih terkena dampak positif dari pengerjaan proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Meskipun begitu, raihan nilai kontrak di proyek IKN dinilai tidak mencerminkan kinerja emiten BUMN Karya secara keseluruhan. Emiten-emiten BUMN Karya masih mendapatkan akumulasi nilai kontrak yang besar dari megaproyek ini. PT Adhi Karya Tbk (
ADHI) memperoleh nilai kontrak untuk proyek IKN sebesar Rp 11 triliun sejak awal pembangunan hingga saat ini. ADHI mengerjakan total 22 proyek di IKN.
Perolehan proyek IKN dari periode Januari hingga Juni 2024 adalah senilai Rp 2,3 triliun. Ini berkontribusi sekitar 23% terhadap perolehan total kontrak baru ADHI di semester I 2024. “Proyek yang sudah selesai dibangun antara lain Hunian Pekerja Tahap I pada Mei 2023 dan Proyek Land Development 1B pada Desember 2023,” ujar Sekretaris Perusahaan ADHI Rozi Sparta kepada Kontan, Jumat (23/8).
Baca Juga: Pemerintah Lakukan Uji Coba Runway Bandara IKN PT Wijaya Karya Tbk (
WIKA) sudah mengerjakan sembilan proyek di IKN dengan nilai kontrak Rp 11,05 triliun sejak awal pembangunan hingga hari ini. Hingga semester 1 2024, WIKA telah meraih kontrak baru dari proyek di IKN senilai Rp 1,7 Triliun. Ini setara 16,7% dari total raihan kontrak baru WIKA pada semester 1 2024. “Beberapa proyek IKN yang dikerjakan Perseroan dan diproyeksikan rampung pada tahun 2024 adalah Rusun Pasampres (60,3%) serta Jalan Tol KKT Kariangau-Sp. Tempadung Segmen 3B (96,4%),” ujar Sekretaris Perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya kepada Kontan.co.id, Jumat (23/8). PT Waskita Karya Tbk (
WSKT) telah mengelola 12 proyek IKN dengan nilai kontrak sebesar Rp 7,7 triliun sejak awal pembangunan hingga hari ini. SVP Corporate Secretary PT Waskita Karya Tb Ermy Puspa Yunita mengatakan, proyek-proyek itu terdiri dari proyek Gedung seperti Gedung Kemenko 3 dan 4, proyek konektivitas seperti jalan tol IKN, dan proyek sumber daya air seperti IPAL 1-3 IKN.
Baca Juga: Rekap Nilai Kontrak Proyek BUMN Karya di IKN Nusantara “Secara keseluruhan mayoritas proyek IKN telah memasuki
progress akhir dengan target penyelesaian di akhir tahun 2024,” ujar Ermy kepada Kontan.co.id, Jumat (23/8). PT PP Tbk (
PTPP) memiliki 17 proyek di IKN dengan total nilai kontrak sebesar Rp 12,17 triliun hingga bulan Juli 2024. Sebanyak 13 proyek di IKN masih berlangsung. SVP Head of Corporate Secretary PTPP Joko Raharjo mengatakan, PTPP berhasil menyelesaikan empat Proyek di IKN, yaitu Proyek Sumbu Kebangsaan Sisi Barat Tahap 1, Proyek KIPP tahap 1 dan tahap 2, serta Proyek Dermaga Logistik IKN. “Pada kuartal I 2024, PTPP kembali mendapatkan nilai kontrak baru di IKN, yaitu Proyek Gedung Wing 2 Kementerian PUPR,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (23/8).
Baca Juga: Suntikan Modal untuk BUMN, Berpotensi Lebih Besar Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, kinerja fundamental emiten BUMN Karya masih kurang bagus. Namun, sentimen proyek pembangunan IKN akan memberikan dampak positif ke kinerja saham mereka. “Kinerja fundamentalnya masih kurang, tapi kemungkinan sentimen positif raih kontrak IKN besar mendorong saham mereka di waktu jangka pendek,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (23/8). Alhasil, Arjun pun belum memberikan rekomendasi untuk saham emiten BUMN Karya. Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas melihat, dampak proyek di IKN ke kinerja semester I belum begitu terlihat signifikan. Yang jelas, proyek IKN memberikan dampak positif atas kenaikan
order book emiten. “Raihan nilai kontrak para BUMN Karya sepanjang semester I juga sebenarnya masih turun secara tahunan. Raihan kontrak tersebut juga tidak mencerminkan kinerja secara keseluruhan, karena kinerja emitennya bervariasi,” kata Sukarno, Jumat (23/8).
Baca Juga: Pembiayaan Investasi BUMN dan BLU Turun di 2025, Ini Kata Ekonom Di semester II, kinerja emiten BUMN Karya masih berpotensi untuk tumbuh jika penyelesaian proyek bisa lebih cepat dan perusahaan bisa melakukan efisiensi dari sisi operasional. Saham emiten BUMN Karya juga dinilai masih menarik untuk dikoleksi. Tapi, kita harus melihat situasi perkembangan selanjutnya alias respons pasar dan upaya yang dilakukan pihak emiten dalam mengatasi rasio utang tinggi.
“Saham yang memiliki valuasi murah patut dicermati, hanya saja kinerja mereka ke depannya tetap menjadi perhatian pasar,” tuturnya. Sukarno merekomendasikan
trading buy untuk PTPP dengan target harga Rp 500 per saham, dengan patokan level
support di Rp 408-Rp 412 per saham. ADHI direkomendasikan
trading buy dengan target harga Rp 330 per saham, dengan patokan level
support Rp 280-Rp 286 per saham. Rekomendasi
trading buy juga diberikan untuk WIKA dengan target harga Rp 360-Rp 380 per saham, dengan patokan
support di level Rp 282-Rp 314 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati