KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO) masih mengalami penurunan sejak awal tahun 2024. Penurunan indeks EIDO tercatat lebih dalam daripada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi 6,24% secara
year to date (YtD). Asal tahu saja, indeks EIDO mulai berjalan sejak 5 Mei 2010. Tujuan dari ETF EIDO ini adalah untuk mereplikasi performa dari Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia IMI 25/50. Indeks EIDO dinilai setiap kuartal dan dilakukan kocok ulang setiap akhir bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Kinerja indeks EIDO hari ini (20/6) naik 0,60%. Kata Head of Research STAR Asset Management (STAR AM) David Arie Hartono, kenaikan hari ini didorong oleh
rebound beberapa saham yang cenderung telah terkoreksi sejak awal tahun seperti PT United Tractors Tbk (
UNTR), PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI).
Namun, indeks EIDO sudah turun 14,37% YtD per 17 Juni 2024. Penurunan EIDO lebih besar dibandingkan IHSG karena EIDO tidak memiliki PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) di dalam portfolio indeks.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.819 Kamis (20/6), BBCA, BRIS, UNTR Paling Banyak Net Buy Asing EIDO juga memiliki pembobotan yang tidak besar terhadap saham-saham yang mengalami kenaikan besar, seperti PT Chandra Asri Pacific Tbk (
TPIA) dan PT Barito Pacific Tbk (
BRPT). “Secara YtD, pergerakan EIDO melemah karena adanya penurunan terhadap IHSG juga. Penurunan IHSG sendiri akibat pelemahan rupiah dan penahanan suku bunga The Fed di level tinggi yang membuat keluarnya dana asing dari bursa Indonesia,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Kamis (20/6). Jika dilihat sejak awal tahun 2024, Indeks EIDO cenderung bergerak stabil di kuartal I dengan total kenaikan sebesar 0,9%. Penurunan pada indeks EIDO baru mulai terjadi di kuartal II, sehingga secara keseluruhan indeks EIDO mengalami penurunan
net asset value (NAV) sebesar 17,7% sejak awal tahun 2024. “Namun, ETF EIDO ini juga mendistribusikan dividen, sehingga
adjusted return indeks ada di kisaran -14% sampai -15% sejak awal tahun 2024,” ungkapnya.
Baca Juga: Catat Perbaikan Kinerja Operasional, Cek Rekomendasi Saham BUKA Saat ini, penurunan pada indeks EIDO cenderung masih didominasi oleh memerahnya saham empat besar perbankan (BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI) dan saham dengan kapitalisasi besar lainnya (ASII dan TLKM). “Penurunan saham-saham tersebut kemungkinan besar didorong oleh kekhawatiran akan pelemahan nilai tukar rupiah yang terus berlanjut, yang mana saat ini sudah menyentuh Rp 16.430 per dolar Amerika Serikat (AS),” paparnya. Menurut David, sentimen tersebut masih akan terjadi hingga akhir tahun 2024. Namun, jika nanti rupiah mengalami penguatan, IHSG dan indeks EIDO akan ikut menguat. Ini dimulai dari menguatnya kinerja saham empat besar perbankan. Sentimen positif terhadap kinerja indeks EIDO lainnya berasal dari kinerja saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN). Kenaikan kinerja AMMN didorong oleh outlook positif pada sektor tembaga lantaran adanya pemulihan ekonomi di China. Tembaga juga sebagai salah satu pilihan
hedging di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. “Selain saham AMMN, beberapa sentimen positif juga berasal dari kinerja saham UNVR, KLBF, TKIM, dan JPFA. Namun, keempat saham ini bobotnya tidak besar terhadap kinerja indeks, sehingga dampak terhadap performa EIDO diri tidak terlalu terlihat,” ungkapnya.
Baca Juga: Melejit 1,37% Usai BI Tahan Suku Bunga, Begini Arah IHSG & Rekomendasi Saham Unggulan Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengatakan, tren pergerakan indeks iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO) sempat mengalami tren
sideways di sepanjang kuartal I 2024. Namun, indeks EIDO terus mengalami tekanan sampai pada sesi perdagangan hari ini. Dari segi kriteria, indeks EIDO menyaring saham-saham berdasarkan likuiditas serta aksesibilitas yang baik. “Saham yang masuk indeks EIDO harus memenuhi persyaratan minimum kapitalisasi pasar yang ditetapkan oleh MSCI, kinerja keuangan yang baik dan stabil,
good corporate governance (GCG) yang transparan, serta saham yang dapat mencerminkan sektor dan industri dalam perekonomian Indonesia,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (20/6). Khaer melihat, AMMN mencatatkan kinerja harga saham tertinggi di indeks EIDO dengan kenaikan berada di kisaran angka 80% ytd. Sentimennya berasal dari kenaikan harga komoditas tembaga maupun logam mineral lainnya. Sedangkan,
top loser di indeks EIDO sejak awal tahun masih di pimpin oleh saham teknologi, yakni saham PT Bank Jago Tbk (
ARTO). Anjloknya saham ARTO masih terkait pelemahan bank digital yang sempat naik tinggi di tahun lalu.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Lanjut Menguat, Cermati Saham Rekomendasi Analis untuk Jumat (21/6) Meskipun di awal tahun 2024 kinerja indeks EIDO cenderung tertekan, tapi indeks ini masih ini masih memiliki peluang pertumbuhan di tahun 2024. Namun, pertumbuhannya hanya ada di level yang cukup konservatif dengan level di kisaran 3% - 5%.
Pertumbuhan indeks EIDO akan ditopang oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tetap solid seiring dengan masih terus berlanjutnya investasi, khususnya di sektor infrastruktur. “Selain itu, faktor penguatan beberapa harga komoditas dunia juga akan berdampak positif pada kinerja saham-saham komoditas dalam negeri,” paparnya. Khaer pun merekomendasikan
buy on retracement untuk ASSA dengan target harga Rp 824 per saham. Sementara, rekomendasi
wait and see diberikan untuk AMMN, karena secara valuasi saham ini sudah cukup
overvalued. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati