Menilik Kinerja Indeks Kompas100 dan Prospeknya Jelang Window Dressing Akhir Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks Kompas100 tercatat masih lesu sejak awal tahun 2024. Meskipun begitu, momentum window dressing di akhir tahun bisa menjadi sentimen positif untuk perbaikan kinerja indeks ini.

Melansir data dari laman Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja indeks Kompas100 masih terkoreksi 3,20% sejak awal tahun alias year to date (YTD).

Berdasarkan riset KONTAN, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menopang kinerja indeks Kompas100 dengan berkontribusi menyumbang 73,9% YTD ke indeks.


Baca Juga: Ini Rekomendasi Sektor dan Saham Pilihan Para Analis Jelang Window Dressing

Lalu, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) menyumbang 45,05% YTD ke kinerja indeks Kompas100, PT Alamtri Resources Indonesia TBk (ADRO) berkontribusi 38,32% YTD ke indeks, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyumbang 37,27% YTD ke indeks, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berkontribusi 34,34% YTD ke indeks.

Sebaliknya, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mengoreksi kinerja indeks Kompas100 sebanyak 74,32% YTD.

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) mengoreksi 64,78% YTD kinerja indeks Kompas100, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengurangi 50,72% YTD kinerja indeks, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mengoreksi 18,30% YTD, dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) mengurangi 15,99% YTD kinerja indeks.

Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat, penurunan kinerja Indeks Kompas100 sebesar 3,20% YTD dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik global maupun domestik. 

Dari sisi global, sentimennya berasal dari ketidakpastian ekonomi, penurunan harga komoditas, dan kekhawatiran perlambatan ekonomi membebani emiten, terutama dari sektor tambang dan energi. 

Saham sektor teknologi, keuangan, dan konsumer utama turut melemah, menekan kinerja indeks secara keseluruhan. 

“Namun, sektor kesehatan dan telekomunikasi masih memberikan kontribusi positif berkat sifatnya yang defensif,” ujarnya kepada KOntan, Rabu (11/12).

Sentimen positif penopang kinerja indeks Kompas100 per hari ini antara lain adalah ekspektasi pelonggaran suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) dan masuknya aliran dana asing sebesar Rp 705,53 miliar di pasar reguler dalam sepekan terakhir.

“Masuknya aliran dana asing ke pasar saham itu memberikan sinyal perbaikan, meskipun dampaknya belum terasa signifikan,” paparnya.

Baca Juga: Siap-siap! Ini Sektor & Saham Unggulan Analis Mengantisipasi Hadirnya Window Dressing

Menjelang akhir tahun hingga 2025, prospek emiten konstituen Kompas100 akan sangat bergantung pada dinamika sentimen global dan domestik. 

Emiten sektor keuangan, seperti BBCA dan BMRI, diperkirakan akan diuntungkan oleh stabilisasi suku bunga yang bisa meningkatkan kredit dan pertumbuhan laba. 

Sektor konsumer, seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), juga memiliki peluang menguat. Hal ini didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat selama Pilkada 2024. 

Sebaliknya, sektor properti dan konstruksi seperti, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP), bisa menghadapi tekanan dari ketidakpastian proyek infrastruktur. 

“Momentum window dressing dan aliran dana asing yang kembali masuk ke pasar menjadi katalis positif yang dapat mendongkrak indeks, terutama untuk saham-saham undervalued,” ungkapnya.

Menurut Hendra, untuk window dressing di akhir tahun 2024, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), dan BRPT bisa menjadi pilihan menarik untuk dikoleksi. 

SCMA diproyeksikan mendapatkan manfaat dari belanja iklan yang meningkat selama periode Pilkada 2024. Kinerja ACES berpotensi pulih dengan prospek konsumsi domestik yang semakin kuat. 

Sementara, BRPT memiliki daya tarik tambahan berkat diversifikasi ke bisnis energi hijau yang relevan dengan tren environment, social, and governance (ESG). 

Saham perbankan, seperti BMRI dan BBRI, yang sebelumnya banyak dilepas asing, berpotensi kembali diburu lantaran fundamental keduanya yang masih kokoh. 

“Di sisi lain, sektor properti mungkin masih tertekan karena kinerja yang belum optimal,” ungkapnya.

Baca Juga: Dorong Ekonomi Tumbuh 8%, PLN Fokus Optimalisasi Energi Hijau

Hendra pun merekomendasikan beli untuk SCMA, BRPT, dan ACES dengan target harga masing-masing Rp 202 per saham, Rp 1.050 per saham, dan Rp 915 per saham.

“Dengan kombinasi momentum window dressing dan sentimen positif dari aliran dana asing, indeks Kompas100 memiliki peluang membaik. Tetapi, selektivitas tetap menjadi kunci menghadapi dinamika pasar,” paparnya.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus melihat, sentimen penggerak untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Kompas100 cenderung sama.

“Sentimen apa pun yang memengaruhi kinerja IHSG saat ini akan memberikan dampak yang relatif mirip terhadap kinerja Kompas 100,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (11/12).

Salah satunya masih seputar stimulus ekonomi China dan kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Amerika Serikat (AS) yang meningkatkan volatilitas di pasar negara berkembang, sehingga menyebabkan aliran dana asing keluar dari bursa saham domestik.

Melansir RTI, aliran dana asing di pasar reguler sudah keluar dari bursa domestik sebanyak Rp 9,42 triliun dalam sebulan terakhir dan Rp 21,77 triliun YTD.

Beberapa emiten dengan kapitalisasi pasar alias market cap besar, seperti dari sektor perbankan, juga tengah mengalami penurunan. 

Misalnya saja, BBRI sudah dilego asing sebesar Rp 6,2 triliun dalam sebulan terakhir dan BBCA dilepas asing Rp 1,2 triliun dalam sebulan terakhir.

“Hal ini juga yang memberikan tekanan kepada indeks Kompas100, karena ada beberapa saham perbankan besar di dalam indeks tersebut,” paparnya.

Namun, seiring dengan kehadiran window dressing di IHSG menjelang akhir tahun, kinerja IHSG dan Kompas100 akan mengalami perbaikan. Apalagi, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, kinerja IHSG juga hanya sekali mengalami koreksi di akhir tahun. 

“Hal ini membuat potensi kenaikan bulan Desember sangatlah besar. Penurunan IHSG juga membuat valuasi saham big caps menjadi lebih menarik, sehingga tercipta capital inflow,” ungkapnya.

Nico melihat, potensi kenaikkan kinerja Kompas100 akan dipimpin oleh emiten dari sektor energi, basic material, consumer cyclical, dan consumer noncyclical. 

“Harapannya juga sektor perbankan berkontribusi positif, karena memang berada di level harga yang cukup rendah saat ini dan berpotensi mengalami kenaikkan di akhir tahun ini,” paparnya.

Nico pun merekomendasikan beli untuk BBCA dengan target harga Rp 12.000 per saham, TPIA Rp 8.800 per saham , BBRI Rp 5.600 per saham, BMRI Rp 7.900 per saham, BBNI Rp 6.400 per saham, BRIS Rp 3.500 per saham, ICBP Rp 14.540 per saham, AMRT Rp 3.500 per saham, dan INDF Rp 8.900 per saham. 

Lalu, rekomendasi beli diberikan untuk MYOR Rp 3.250 per saham, BNGA Rp 2.300 per saham, EXCL Rp 2.900 per saham, MAPI Rp 1.900 per saham, CTRA Rp 1.600 per saham, BSDE Rp 1.450 per saham, ACES Rp 1.000 per saham, dan AUTO Rp 2.900 per saham.

Selanjutnya: Klaster Baru Summarecon Diproyeksi Topang Kinerjanya, Simak Rekomendasi Sahamnya

Menarik Dibaca: 4 Tips Kesehatan untuk Para Ibu agar Tetap Bugar, Terapkan ya Moms

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi