KONTAN.CO.ID. JAKARTA. Industri asuransi jiwa khususnya pada produk unitlink semakin dihujani tantangan. Penurunan pendapatan premi unitlink juga masih terus berlanjut. Seperti diketahui, gelaran pemilihan umum Amerika Serikat (AS) ikut mendorong capital outflow di pasar saham maupun obligasi pemerintah Indonesia. Pada perdagangan Jumat (15/11) arus dana dari investor asing masih mengucur ke luar sebesar Rp 283,68 miliar dari pasar reguler. Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu mengakui, capital outflow ini berpotensi mempengaruhi minat masyarakat terhadap produk unitlink. Sebab, volatilitas pasar modal biasanya akan mempengaruhi preferensi konsumen terhadap produk ini.
Baca Juga: Menilik Dampak Capital Outflow Terhadap Kondisi Unitlink MSIG Life Berdasarkan data AAJI, terjadi pergeseran preferensi masyarakat terhadap produk asuransi jiwa sejak 2023. Pada periode Januari hingga Juni 2024, premi unitlink tercatat mencapai Rp 36,68 triliun, atau menurun 13,8% secara
year on year (YoY). "Volatilitas pasar investasi akan memengaruhi preferensi konsumen terhadap produk unitlink. Kendati demikian, unitlink masih memiliki segmen pasar tertentu karena produk asuransi ini bersifat jangka panjang dan, bila dikelola dengan baik, tetap menarik bagi konsumen," ujar Togar kepada Kontan, Senin (11/11). Togar bilang, strategi yang dilakukan perusahaan asuransi, seperti penyesuaian biaya dan peningkatan fleksibilitas investasi, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik produk unitlink. Edukasi konsumen juga menjadi fokus utama agar pemahaman masyarakat terhadap manfaat dan risiko unitlink semakin baik. Sejalan dengan hal ini, PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (MSIG Life) menyampaikan, keluarnya dana asing atau capital outflow berdampak pada beberapa fund unitlink perseroan. Equity Research & UL Strategy Manager MSIG Life, Wiratama mengatakan, fund unitlink perusahaan yang masih mencatat pertumbuhan salah satunya yaitu fund saham dengan mata uang dolar AS, yang mencetak imbal hasil sebesar 14,24% secara
year to date (YtD) pada awal November 2024.
Baca Juga: Premi Produk Unitlink Prudential Indonesia Capai Rp 3,7 Triliun di Kuartal III-2024 Kemudian Excellink Global Aggressive Dollar juga masih mencatatkan kinerja positif sebesar 14,24% secara YtD. Sementara fund dengan mata uang Rupiah mencatatkan kinerja yang baik, terutama fund jenis pendapatan tetap, Excellink Corporate Bond Fund dengan kinerja 4,01% secara YtD. "Hasil pemilu AS memang berdampak pada keluarnya dana investor asing dari pasar modal Indonesia. Namun, keluarnya dana investor asing dan penurunan harga pada saham dan obligasi diperkirakan bersifat sementara Mengingat pasar saham dan obligasi Pemerintah di Indonesia masih menarik," ujar Wiratama kepada Kontan, Senin (11/11). Dari sisi saham, lanjutnya, valuasi saham-saham di pasar domestik masih terbilang murah, masih adanya potensi pemangkasan bunga dari The Fed dan Bank Indonesia (BI), serta potensi kenaikan pertumbuhan ekonomi di era Pemerintahan Baru. "Sedangkan di sisi obligasi pemerintah, efek pemangkasan suku bunga masih dapat menjadi katalis positif," tuturnya. Sementara PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) melihat, minat masyarakat terhadap produk asuransi jiwa masih didominasi oleh produk asuransi tradisional dibandingkan produk unitlink.
Baca Juga: Produk Unitlink Asuransi Jiwa Diprediksi Masih Tertekan hingga Akhir 2024 Chief Marketing and Partnership Distribution Generali Indonesia Vivin Arbianti Gautama mengatakan, bahwa produk unitlink maupun produk tradisional memiliki segmen pasarnya masing-masing. "Oleh karena itu, Generali menyediakan keleluasaan bagi nasabah untuk memilih produk yang sesuai, baik unit link maupun tradisional, melalui strategi multi channel dan multi produk," kata Vivin kepada Kontan, Jumat (8/11). Hingga kuartal III-2024, Generali Indonesia mengklaim perolehan premi masih terus didominasi oleh produk tradisional dibandingkan produk unitlink.
Menurut Vivin, dinamika tersebut didorong oleh beberapa hal. Di antaranya, semakin meningkatnya literasi, menjadikan nasabah semakin mengerti produk yang sesuai dengan kebutuhan finansial, serta adanya dampak dari berbagai kebijakan di sektor asuransi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .