KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki peluang besar memperkuat posisinya sebagai pemasok utama tuna berkelanjutan ke pasar premium dunia. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat nilai ekspor tuna Indonesia mencapai US$ 680 juta pada 2022. Adapun permintaan terhadap tuna yang ditangkap secara bertanggung jawab tumbuh lebih dari 15% per tahun di pasar Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa. Di kawasan Eropa dan Inggris, kebutuhan tuna berkelanjutan—khususnya yang ditangkap dengan metode huhate atau pole and line—mencapai lebih dari 26.000 metrik ton (MT). Kebutuhan ini diperkirakan terus meningkat dan menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat daya saing perikanan pole and line. Pada peringatan World Fisheries Day, Tuna Consortium (TC) bersama Asosiasi Perikanan Pole & Line dan Handline Indonesia (AP2HI) menegaskan kembali pentingnya metode huhate bagi keberlanjutan laut maupun penguatan ekonomi pesisir.
Menilik Peluang Besar Indonesia di Pasar Tuna Berkelanjutan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki peluang besar memperkuat posisinya sebagai pemasok utama tuna berkelanjutan ke pasar premium dunia. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat nilai ekspor tuna Indonesia mencapai US$ 680 juta pada 2022. Adapun permintaan terhadap tuna yang ditangkap secara bertanggung jawab tumbuh lebih dari 15% per tahun di pasar Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa. Di kawasan Eropa dan Inggris, kebutuhan tuna berkelanjutan—khususnya yang ditangkap dengan metode huhate atau pole and line—mencapai lebih dari 26.000 metrik ton (MT). Kebutuhan ini diperkirakan terus meningkat dan menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat daya saing perikanan pole and line. Pada peringatan World Fisheries Day, Tuna Consortium (TC) bersama Asosiasi Perikanan Pole & Line dan Handline Indonesia (AP2HI) menegaskan kembali pentingnya metode huhate bagi keberlanjutan laut maupun penguatan ekonomi pesisir.