KONTAN.CO.ID - BENGKULU. Selama ini, masyarakat Desa Sinar Pagi, Kecamatan Seluma Utara, Bengkulu hanya mengandalkan lampu kaleng berbahan bakar minyak tanah atau solar sebagai penerangan kala malam tiba. Memang, sampai sekarang belum ada infrastruktur ataupun aliran listrik untuk menjangkau desa ini. Parno, salah satu warga Desa Sinar Pagi menyampaikan bahwa warga Desa Sinar Pagi kesulitan saat malam datang. Tak banyak kegiatan yang mereka lakukan, begitu pula anak-anak mereka yang hanya memanfaatkan lampu kaleng sebagai pencahayaan ketika belajar di malam hari. “Lampu kaleng ini menggunakan minyak tanah, setelah minyak tanah tidak ada, jadi kita ganti menggunakan solar, masyarakat banyak mengeluh,” kata laki-laki berusia 34 ini.
Hal senada diutarakan oleh Kepala Desa Sinar Pagi, Riki Rikardo. Ia mengenang betapa susahnya masyarakat Sinar Pagi untuk mendapat penerangan saat malam hari untuk menunjang aktivitas mereka. Untung saja, kata laki-laki berusia 28 tahun ini, beberapa bulan lalu desa yang dipimpinnya mendapat bantuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) untuk program pemasangan lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE). “Sekarang anak-anak juga sudah enak belajarnya,” imbuh Riki saat ditemui Kontan.co.id, Minggu (6/1). Dari program pemasangan LTSHE, Desa Sinar Pagi mendapat sebanyak 83 unit LTSHE. Sepanjang 2018, KESDM menyalurkan 2.111 unit LTSHE kepada masyarakat di 16 desa di Bengkulu yang tergabung dalam Paket Pemasangan LTSHE Sumatera sebanyak 7.956 unit. Sekadar informasi, program ini menyasar desa-desa 3T. Inspektur I Kementerian ESDM, M. Halim Sari Wardana mengatakan, sekitar 98% desa dari total 2.500 desa yang belum memiliki akses listrik, sekarang sudah dapat menikmati adanya program pemasangan LTSHE. Ia berharap masyarakat mampu menjaga dan memanfaatkan LTSHE yang telah diberikan sampai nanti mereka mendapat akses listrik secara permanen. Kementerian ESDM mencanangkan program ini sejak 2017 hingga 2019 untuk 2.500 desa yang belum dapat menikmati akses listrik. Nantinya, Halim bilang, tak menutup kemungkinan program ini akan berlanjut hingga tahun depan.
Pada 2018, program LTSHE telah dilaksanakan di 16 provinsi, dengan jumlah pemasangan LTSHE sebanyak 172.996 unit. Untuk program ini, membutuhkan anggaran sebesar Rp 565 miliar. Sementara untuk tahun ini ditargetkan ada 92.000 LTSHE yang terpasang. Selain menyasar desa 3T, kata Halim program pemasangan LTSHE ini juga dalam rangka untuk meningkatkan bauran EBT serta mengurangi penggunaan energi fosil. Pada 2015 Presiden Jokowi menandatangani Paris Agreement yang diikuti 196 negara, yang mana Indonesia sepakat untuk menggenjot penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025. Asal tahu saja, Indonesia memiliki potensi EBT dari panas bumi sebesar 29 GW, yang mana saat ini baru dimanfaatkan sebanyak 4,9%, sementara untuk potensi PLTA sebesar 94 GW dan baru dimanfaatkan sebesar 7,4%. "Kendalanya biaya investasi lebih besar, kalau potensinya banyak," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati