Menilik potensi industri material penopang sektor infrastruktur



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan dan daya saing industri material sebagai sektor yang menopang pembangunan infrastruktur dan properti di tanah air. Apalagi, pemerintah saat ini memprioritaskan sektor konstruksi publik untuk pemerataan pembangunan dan ekonomi nasional.

“Salah satu kegiatan kritikal yang tetap berjalan selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) adalah sektor konstruksi atau infrastruktur publik. Artinya, industri penunjangnya juga perlu dijaga aktivitas produksinya agar bisa memenuhi pasokan bahan bakunya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya, Selasa (27/7).

Agus menegaskan, Indonesia mempunyai potensi besar dalam memacu kinerja industri penunjang pembangunan infrastruktur dan properti. Misalnya, dengan ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, yang juga ditopang melalui pemanfaatan teknologi terbaru.


Lebih lanjut dia menyebut, kemampuan industri semen di tanah air sudah cukup kompetitif, dengan jumlah produksinya sebanyak 64,83 juta ton pada tahun 2020. Utilisasinya pun telah mencapai 56%, dengan konsumsi semen sebesar 62,72 juta ton, dan ekspor semen menembus 1,09 juta ton pada tahun lalu.

“Kami melakukan moratorium pembangunan pabrik semen baru kecuali untuk wilayah timur Indonesia. Kami juga ingin menjaga investasi para pelaku industri semen,” ujarnya.

Sementara itu, industri beton pracetak dan prategang memiliki kapasitas produksi sebesar 44,8 juta ton per tahun dengan jumlah produksi sebanyak 11,2 juta ton per tahun. Selain itu, ada industri mortar yang memiliki kapasitas sebesar 3,7 juta ton per tahun dan industri beton ringan yang memiliki kapasitas sebesar 7 juta m³ per tahun.

Baca Juga: Investasi di luar Jawa mencapai Rp 113,8 triliun pada kuartal II 2021

“Indonesia juga memiliki keunggulan di industri ubin dan keramik. Kita harus bangga bahwa keramik produksi dalam negeri memiliki keunggulan dari segi kualitas, tipe, desain atau motif, serta adanya dukungan ketersediaan bahan baku,” beber Agus.

Adapun, kapasitas produksi industri ubin keramik saat ini sebesar 8,63 juta ton, dengan jumlah produksi sebanyak 6,4 juta ton pada periode Januari-Mei 2021 dan utilisasinya sudah mencapai 75%, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Di samping itu, sektor yang mampu mendukung pembangunan infrastruktur dan properti adalah industri kaca lembaran, dengan jumlah produksi sebanyak 585,37 ribu ton pada Januari-Juli 2021. 

“Bahkan, kita mampu memproduksi aspal, dalam hal ini aspal buton. Kita memiliki kapasitas produksi sebesar 2,03 juta ton per tahun, yang berasal dari 16 pabrik produsen aspal Buton Indonesia,” ungkapnya. 

Agus menambahkan, papan gypsum juga menjadi sala satu material yang penting untuk pembangunan infrastruktur dan properti. Tercatat pada tahun 2020, kebutuhan dalam negeri untuk papan gypsum adalah sebesar 98 juta m2 per tahun.

"Kapasitas industri papan gypsum terpasang sebesar 238 juta m² per tahun dan realisasi produksinya sebanyak 120 juta m2 per tahun sehingga utilisasinya sekitar 50%. Ini merupakan peluang besar untuk dapat lebih banyak menyerap produk pada sektor industri ini,” ujar Agus. 

Tak lupa, Indonesia juga punya kemampuan di sektor industri baja. Dia menyebut, kapasitas pada produk industri baja rata-rata lebih tinggi dari kebutuhan domestik. Sehingga tantangan ke depan adalah bagaimana penggunaan produk dalam negeri dapat lebih ditingkatkan kembali.

Selanjutnya: Ekonom ini memperkirakan beban utang pemerintah bisa mencapai 55% PDB pada tahun 2023

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .