Menilik Potensi Kinerja IHSG di Awal Tahun 2024, Bakal Ada January Effect?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat membaik di akhir tahun 2023. IHSG bahkan tercatat menguat 8,39 poin atau 0,12% ke 7.245,91 pada akhir perdagangan Rabu (27/12).

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus melihat, window dressing dan wacana pemotongan suku bunga The Fed menjadi sentimen positif untuk IHSG akhir-akhir ini.

Walaupun demikian, kenaikan IHSG sudah terbatas di sekitar level 7.250 – 7.300 saja hingga akhir tahun 2023.


“Sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang terkena dampak positif dari aksi ini,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (27/12).

Baca Juga: IHSG Naik 0,12% Pada Rabu (27/12), Begini Proyeksinya untuk Kamis (28/12)

Menurut Daniel, sentimen penggerak IHSG di bulan Januari 2024 berasal dari rilis kinerja emiten untuk tahun buku 2023.

“Selain itu, market juga masih menantikan perkembangan dari wacana pemotongan suku bunga The Fed,” paparnya.

Dalam jangka pendek, besar kemungkinan IHSG bisa terkoreksi ke bawah 7.000 kembali di bulan Januari 2024. Daniel memproyeksikan, IHSG bisa bergerak ke level 6.960 – 7.050 pada bulan Januari 2024.

“Namun, dalam jangka panjang, saya memperkirakan IHSG dapat kembali menguat ke atas level 7.500,” ungkapnya.

Daniel melihat, sektor perbankan dan sektor otomotif bakal bergerak positif di bulan Januari 2024. Hal itu berkaitan dengan rilis laporan keuangan tahun 2023.

“Sejumlah emiten dari kedua sektor tersebut mencatatkan kinerja yang stabil sampai kuartal III 2023 dan diperkirakan akan berlanjut hingga kuartal IV,” tuturnya.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,12% ke 7.245 Pada Rabu (27/12), ANTM, HRUM, ESSA Jadi Top Gainers LQ45

Daniel merekomendasikan buy on weakness untuk BBCA, BBRI, dan BMRI dengan target harga masing-masing Rp 10.500 per saham, Rp 6.000 per saham, dan Rp 6.500 per saham.

Dari sektor otomotif, Daniel merekomendasikan buy on weakness untuk ASII dengan target harga Rp 6.200 per saham.

“Sektor otomotif seperti ASII juga bisa dilakukan buy on weakness, mengingat valuasinya masih cukup murah saat ini,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi