Menilik Potensi Peningkatan Permintaan Batubara di Pasar Eropa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Embargo pasokan energi dari Rusia mendorong Harga Batubara Acuan (HBA) bulan April 2022 menyentuh level US$ 288,40 per ton. Permintaan batubara dari pasar Eropa pun berpotensi mengalami kenaikan.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengungkapkan, beberapa perusahaan kini sedang menjajaki peluang untuk mengekspor batubara ke pasar Eropa. Kendati demikian, Hendra mengungkapkan ada sejumlah poin penting yang menjadi perhatian dalam pemenuhan batubara dari Indonesia ke pasar Eropa.

"Sangat bergantung dengan kualitas batubara yang mereka butuhkan," terang Hendra kepada Kontan, Selasa (5/4).


Hendra menjelaskan, umumnya pasar Eropa membutuhkan batubara berkadar menengah hingga tinggi. Sayangnya, tak banyak perusahaan Indonesia yang punya slot batubara kualitas tersebut.

Baca Juga: Harga Acuan Batubara pada April 2022 Terdongkrak ke US$ 288,40 Per Ton

Selain itu, biaya freight pun juga menjadi salah satu pertimbangan. Indonesia dinilai kurang diuntungkan untuk pemenuhan di Pasar Atlantik ketimbang negara-negara pesaing seperti Afrika Selatan, Australia, Kolombia hingga Amerika Serikat.

Hendra pun belum bisa menaksir seberapa besar peningkatan yang timbul dari pasar Eropa. Di sisi lain, kondisi kenaikan harga batubara diakui bakal turut memberikan dampak positif. Akan tetapi, untuk pasar domestik umumnya harga jual untuk kelistrikan dan sektor industri masing-masing sudah dipatok sebesar US$ 70 per ton dan US$ 90 per ton.

"Tergantung kebutuhan, permintaan terbesar itu semen, kemudian smelter, kertas, pupuk dan tekstil. Menurut peraturan terbaru hanya smelter yang harganya tidak dipatok," ujar Hendra.

Merujuk data yang ada, untuk tahun lalu saja konsumsi batubara domestik secara total mencapai 133,04 juta ton. Sektor kelistrikan mendominasi permintaan dengan besaran 112,13 juta ton. 

Baca Juga: Harga Melambung, Kontribusi Segmen Batubara Indika Energ (INDY) Naik Jadi 80% di 2021

Sementara itu, Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengungkapkan, sanksi yang diterima Rusia memang berpotensi mendorong permintaan batubara untuk pasar Eropa. Kendati demikian, Dileep menilai pada kondisi saat ini maka industri tanah air cukup sulit untuk bisa memenuhi permintaan baru.

Secara khusus, untuk BUMI sendiri kini masih menghadapi tantangan cuaca pada kegiatan produksi. "Ditambah dengan prioritas yang kami tetapkan untuk penjualan domestik (untuk) pemenuhan DMO kami ketimbang ekspor. (Ini) mengakibatkan beberapa penundaan ekspor," kata Dileep kepada Kontan, Selasa (5/4).

Dileep menambahkan, upaya pemenuhan untuk pasar ekspor diharapkan dapat dikejar seiring membaiknya cuaca. Adapun, untuk kuartal I 2022 ini produksi batubara BUMI diharapkan mencapai sekitar 17 juta ton hingga 18 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .