JAKARTA. Manajer investasi kerap memarkirkan dana pada efek perusahaan dengan fundamental kokoh. Strategi ini jugalah yang diterapkan oleh PT Aberdeen Asset Management dalam mengelola reksadana campuran Aberdeen Indonesia Balanced Growth Fund. Oleh karena itu, wajar apabila secara
year to date per 10 Mei 2016, imbal hasil (
return) Aberdeen Indonesia Balanced Growth Fund telah mencapai 5,12%. Pencapaian tersebut mengungguli rata-rata return reksadana campuran, tercermin pada Infovesta Balanced Fund Index yang menanjak 4,78% dalam periode sama. Bharat Joshi, Investment Director Aberdeen Asset Management menjelaskan, performa Aberdeen Indonesia Balanced Growth Fund sejak awal tahun memang didorong oleh penempatan dana pada efek saham sektor konsumer, yakni
UNVR.
Apalagi pada triwulan pertama 2016, sebagian ekuitas perusahaan yang digenggam membukukan kinerja yang sejalan dengan prediksi, bahkan lebih baik. “Terlihat perbaikan dari sisi marjin laba sebelum bunga dan pajak,” imbuhnya. Bharat berpendapat, memang banyak kejutan yang mewarnai awal tahun 2016. Penyaluran kredit bank-bank besar tumbuh sedikit di bawah ekspektasi. Namun, Bharat menduga aspek tersebut akan membaik dan menanjak sesuai target Bank Indonesia (BI) yang dipatok 12% - 14%. Meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia per kuartal I-2016 hanya mencapai 4,92% (yoy), Bharat menilai tren konsumsi swasta tetap stabil. Mengutip
fund fact sheet per April 2016, mayoritas dana Aberdeen Indonesia Balanced Growth Fund dialokasikan pada efek saham, sebesar 70,9%. Sisanya pada Surat Berharga Negara (SBN) 19,1% serta instrumen pasar uang 10%. Perusahaan memang leluasa mengendapkan dana 5% - 75% pada efek saham, 5% - 75% pada obligasi, serta 5% - 75% pada instrumen pasar uang. Bharat mengungkapkan, reksadana campuran Aberdeen Indonesia Balanced Growth Fund memang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi ketimbang instrumen surat utang. Namun, Aberdeen Asset Management memarkirkan dana pada ekuitas perusahaan berfundamental baik. Sehingga prospek saham yang digenggam tetap menarik dalam jangka panjang. “Kami memiliki filosofi untuk tidak berinvestasi pada suatu perusahaan sebelum bertemu dan mengenal manajemennya,” terangnya. Oleh karena itu, Bharat menyatakan, untuk mencetak
return jangka panjang yang tinggi, syarat utamanya adalah dengan menginvestasikan dana pada perusahaan yang berkualitas dalam harga wajar dengan horizon investasi panjang. Per 17 Mei 2016, Aberdeen Indonesia Balanced Growth Fund telah diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 1.542,35. Adapun per April 2016, reksadana campuran ini telah menghimpun dana kelolaan sebanyak Rp 30,8 miliar. Nah, investor yang tertarik mengoleksi reksadana ini dapat melakukan pembelian awal minimal Rp 500 ribu. Pembelian selanjutnya juga minimum Rp 500 ribu. Adapun penjualan unit reksadana minimal Rp 500 ribu. Perusahaan mengutip biaya pembelian maksimal 2%. Sementara penjualan kembali dikenakan biaya maksimal 1%.
Adapula biaya manajer investasi maksimal 2% per tahun serta biaya kustodian minimal 0,1% hingga maksimal 0,25% per tahun. Produk Aberdeen Indonesia Balanced Growth Fund menggunakan bank kustodian HSBC. Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo memproyeksikan, pasar saham domestik hingga pengujung tahun 2016 berpotensi menghijau. Dengan aset dasar Aberdeen Indonesia Balanced Growth Fund yang didominasi efek saham, kinerja produk ini diterawang juga bakal sejalan dengan pergerakan bursa. Beben memprediksi, sepanjang tahun 2016, Infovesta Balanced Fund Index akan berkisar 9,5% - 11,8%. “ Sedangkan kinerja reksadana ini dengan menggunakan beta 0,9553 berada pada level 9,3% - 11,6%,” terkanya. Beben menyarankan investor untuk menahan produk tersebut selama minimal lima tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia