JAKARTA. Pelaku manajer investasi telah mengambil ancang-ancang untuk menggemukkan porsi saham pada produk reksadana apabila Bank Indonesia merelaksasi kebijakan moneternya. Begitu pula dengan PT Mandiri Manajemen Investasi dalam mengelola reksadana campuran Mandiri Aktif (AKTIF). Mauldy R Makmur, Head of Corsec & Business Support Mandiri Manajemen Investasi berujar, tujuan awal diterbitkannya produk tersebut adalah untuk menyediakan pilihan investasi bagi investor yang berprofil risiko moderat dengan jangka waktu investasi menengah, sekitar tiga tahun hingga lima tahun. “Investor memperoleh eksposure ke aset saham dengan fleksibilitas dapat menyesuaikan situasi pasar saham, obligasi dan instrumen pasar uang guna mendapatkan hasil optimal,” jelasnya.
Sesuai kebijakan investasi reksadana campuran pada umumnya, Mandiri Manajemen Investasi leluasa memarkirkan dana Mandiri Aktif pada efek saham 1% - 79%, efek surat utang 1% - 79%, serta instrumen pasar uang 1% - 79%. Dari awal tahun hingga 12 Januari 2016 (ytd), Mandiri Aktif telah mencetak imbal hasil 0,18%. Angka tersebut lebih baik dibandingkan return rata-rata reksadana campuran, tercermin pada Infovesta Balanced Fund Index yang minus 0,5% pada periode sama. Product Development & Management Mandiri Manajemen Investasi M Ari Adil menjelaskan, kinerja yang cukup cerah di awal tahun dipicu oleh alokasi aset pada efek saham sektor properti, telekomunikasi, dan konstruksi. Wajar, ketiga sektor saham tersebut diterawang bakal mendulang untung dari adanya kepastian rencana kenaikan bertahap suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed sejak pertengahan Desember 2015. Adanya kejelasan dari eksternal mengerek kesempatan bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan yang saat ini bertengger di level 7,5%. Ari berpendapat, penyusutan suku bunga BI bakal mengurangi tekanan terhadap perekonomian Indonesia. “Khususnya sektor properti di bunga pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Pembangunan juga bisa berjalan lebih cepat sehingga sektor konstruksi dapat menerima benefit,” paparnya. Apalagi pemerintah juga sedang menggenjot pembangunan infrastruktur dalam negeri. Menilik fund fact sheet per Desember 2015, mayoritas dana kelolaan Mandiri Aktif ditempatkan pada efek saham, sebesar 53,41%. Lalu pada efek obligasi sebanyak 39,36% serta instrumen pasar uang 7,23%. Guna mendongkrak return, Ari menjelaskan perusahaan bakal menggemukkan porsi efek saham Mandiri Aktif hingga 65% - 70% di waktu mendatang. Per Desember 2015, Mandiri Aktif sudah menghimpun dana kelolaan sebesar Rp 154,84 miliar. Adapun per 12 Januari 2016, reksadana campuran tersebut diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan sebesar Rp 1.148,29. Produk ini meluncur sejak 5 November 2012. Mandiri Manajemen Investasi mengutip biaya pembelian, biaya penjualan dan biaya pengalihan masing-masing maksimal 5%. Mandiri Aktif menggunakan bank kustodian Citibank.
Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menjelaskan, kinerja Mandiri Aktif ditunjang oleh alokasi dana pada efek obligasi yang cukup besar. Perusahaan juga mengalokasikan aset pada saham-saham berkapitalisasi besar dengan performa cukup baik, semisal BBRI dan TLKM yang masing-masing tumbuh 1,53% dan 1,29% secara ytd. Beben memproyeksikan, rata-rata return reksadana campuran bakal berkisar 9,36% - 11,58% pada tahun 2016. Ia menduga, kinerja Mandiri Aktif berpeluang lebih baik dari prediksi tersebut karena alokasi dana yang cukup besar pada efek saham. “Prediksi pasar saham di tahun 2016 masih bisa tumbuh lebih baik meskipun tantangan masih menghantui,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto