Menilik prospek reksadana campuran Mandiri Investa



JAKARTA. Adanya kesempatan bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan dimanfaatkan oleh para pelaku manajer investasi untuk masuk kepada sektor saham yang bakal diuntungkan oleh peluang pelonggaran kebijakan moneter tersebut.

Begitu pula dengan PT Mandiri Manajemen Investasi untuk racikan produk reksadana campuran Mandiri Investa Aktif (MIA).

Product Development & Management Mandiri Manajemen Investasi M Ari Adil menuturkan, untuk produk Mandiri Investa Aktif, perusahaan memfokuskan alokasi aset pada sektor saham properti, telekomunikasi dan konstruksi.


Alasannya, setelah terdapat kepastian bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed mengerek suku bunga acuan secara bertahap yang dimulai sejak pertengahan Desember 2015, ada peluang bagi suku bunga BI untuk turun. Apalagi inflasi dalam negeri sepanjang tahun 2015 besar peluang bakal terjaga di bawah level 3%.

Sehingga, Ari optimistis, pemangkasan BI rate akan menurunkan tekanan pada perekonomian Indonesia. “Khususnya sektor properti pada bunga pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan pembangunan bisa berjalan lebih cepat sehingga sektor konstruksi dapat menerima benefit,” paparnya.

Sementara itu, perusahaan juga memarkirkan dana pada obligasi pemerintah. Sebab, lanjut Ari, produk reksadana Mandiri Investa Aktif memiliki karakteristik alokasi yang dinamis guna mencetak hasil optimal. Sehingga perusahaan berpendapat, likuiditas yang dimiliki obligasi pemerintah mampu menunjang proses perubahan alokasi aset yang cukup dinamis.

Mengacu situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 22 Desember 2015, outstanding Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 1.446,43 triliun.

Racikan portofolio tersebut berbuah manis. Secara year to date (ytd) per 18 Desember 2015, return reksadana campuran Mandiri Investa Aktif mencapai minus 6,98%. Angka tersebut lebih unggul ketimbang rata-rata return reksadana campuran, tercermin pada Infovesta Balanced Fund Index yang minus 8,71% pada periode sama.

Memang kinerja Mandiri Investa Aktif masih minus akibat tekanan spekulasi kenaikan suku bunga The Fed yang melanda pasar saham pada kuartal III 2015.

Guna menopang return produk yang meluncur sejak 24 Maret 2005 tersebut, Ari memaparkan perusahaan akan menggemukkan porsi saham menjadi 65% - 70%.

“Setelah adanya kepastian The Fed rate naik, pasar saham kembali bergairah karena sudah mulai ada kepastian. MIA akan menambah alokasi ke aset saham sampai dengan 70% ke sektor properti, konstruksi dan telekomunikasi,” ungkapnya.

Menilik fund fact sheet per November 2015, mayoritas dana Mandiri Investa Aktif dialokasikan ke efek saham, sekitar 61,78%. Sisanya, pada efek surat utang sebesar 32,38% dan instrumen pasar uang sekitar 5,84%.

Maklum, Mauldy R Makmur, Head of Corsec & Business Support Mandiri Manajemen Investasi menjelaskan, untuk produk Mandiri Investa Aktif, perusahaan memang leluasa menempatkan dana pada efek saham 1% - 79%, efek obligasi 20% - 79%, serta instrumen pasar uang 2% - 79%.

“Tujuan diterbitkannya produk ini adalah untuk menyediakan pilihan investasi bagi investor dengan kategorisasi moderat di mana ada fleksibilitas eksposure ke asset saham, obligasi dan pasar uang secara seimbang dan optimal,” tuturnya.

Per 23 Desember 2015, reksadana campuran Mandiri Investa Aktif diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 3.240,01. Adapun per November 2015, produk tersebut sudah menghimpun dana kelolaan Rp 44,52 miliar.

Nah, investor bisa mengoleksi reksadana ini dengan minimum pembelian Rp 50.000. Mandiri Manajemen Investasi akan mengenakan biaya pembelian maksimal 1%.

Jika investor menjual kembali unit penyertaan dalam periode kurang dari setahun akan dikutip biaya maksimal 1%. Penjualan kembali di atas setahun tidak dikenakan biaya.

Adapun biaya pengalihan dipatok minimal 0,15% dan maksimal 1,25%. Produk reksadana campuran Mandiri Investa Aktif menggunakan bank kustodian Deustche Bank AG.

Menurut Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo, unggulnya kinerja Mandiri Investa Aktif ditopang oleh porsi instrumen pasar uang dan efek obligasi yang relatif besar. Beben berpendapat, Mandiri Manajemen Investasi mengecilkan porsi saham kala tekanan melanda pasar domestik dan mengalihkannya kepada efek yang relatif lebih aman.

“Bukan hanya itu, mereka juga menyasar saham-saham blue chip yang pada hakikatnya akan rebound secara cepat jika terjadi pelemahan. Strateginya cukup baik dalam mengelola Mandiri Investa Aktif meskipun kinerja ytd negatif,” jelasnya.

Beben menduga, kinerja Mandiri Investa Aktif akan lebih unggul hingga tahun 2016 ketimbang Infovesta Balanced Fund Index yang diprediksi 9,36% - 11,58%.

Faktor pendorongnya, perbaikan kinerja pasar saham dan strategi aktif dari Mandiri Manajemen Investasi. “Contohnya, penyesuaian porporsi portofolio dengan mengacu pada kondisi pasar saham,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto