JAKARTA. Sejumlah emiten berencana menerbitkan saham baru atau rigts issue di bulan Juni mendatang. Padahal saat ini kondisi pasar saham Indonesia masih belum benar-benar pulih setelah sempat anjlok tajam paska rilis perlambatan ekonomi. Kemarin, Rabu (13/5) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,7% ke level 5.246,13. Namun dalam sebulan terakhir, indeks telah turun 3,6%. Sementara sejak awal tahun hanya mengalami kenaikan tipis yakni 0,06%. Sejumlah analis menilai prospek right issue tahun ini masih cukup bagus dibanding dengan alternatif pendanaan lainnya. Pasalnya emiten dapat memperoleh pendanaan tanpa harus terbebani bunga tinggi. Hanya saja, untuk penyerapan saham baru untuk emiten swasta diperkirakan masih rendah di tengah kondisi pasar saham yang belum stabil. Sedangkan emiten pelat merah masih positif karena memiliki stand by buyer. Emiten BUMN yang akan right issue diantara PT ADHI Karya Tbk (ADHI) menerbitkan 1,37 miliar saham baru dengan harga Rp 2.000- Rp 2.700 per lembar. Juga PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang akan melepas 4,07 miliar saham seri B atau sebanyak-banyaknya 29,1% dari modal ditempatkan dan disetor penuh diharga harga Rp 1.300-Rp 1.650. Jadi dana yang mungkin didapat dari hasil rights issue Rp 5,3 triliun-Rp 6,72 triliun. Sedangkan emiten swasta diantaranya ada PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) yang akan menerbitkan 41,28 juta saham baru dengan harga Rp 3.600, PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) melepas 8,62 miliar saham baru diharga Rp 325 per lembar dan PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP) menerbitkan 340 juta saham baru senilai total Rp51 miliar. Kelima emiten tersebut akan menggelar right issue dengan mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). HMETD ADHI dapat diperdagangankan di dalam dan di luar Bursa efek Indonesia (BEI) mulai 3 juli -9 juli 2015, sedangkan yang lain akan menggelarnya di bulan Juni. Selain itu, ada juga PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berencana right issue setelah mendapat PNM Rp 3,5 triliun dengan membidik dana Rp 5,5 triliun. David Nathanael, analis First asia Kapital menilai langkah right issue tahun ini merupakan yang paling tepat dibanding dengan pendanaan yang lain mengingat suku bunga yang masih cukup tinggi. Hanya saja, dia melihat penyerapan saham setahun belakang ini memang sangat rendah. “ Ini tak hanya di Indonesia saja, tapi bursa asia tenggar juga demikian,” jelas David. Menurut David, kemungkinan penyebabnya adalah investor wait and see dengan kenaikan suku bunga The Fed. Namun, dia memandang tantangan rendahnya serapan ini hanya akan dihadapi oleh emiten swasta. Sementara prospek right issue emiten BUMN masih bagus karena memilih standby buyer sehingga David yakin ADHI dan WSKT bisa mencapai target batas atas. Itu sebabnya, lanjut David, banyak emiten swasta menahan ekspansinya tahun ini yang ditandai dengan penurunan capex. “Kalau mau MTN atau obligasi bunga masih tinggi, sedangkan kalau mau right issue ada gak yang akan menyerap," jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menilik prospek right issue saat bursa bergejolak
JAKARTA. Sejumlah emiten berencana menerbitkan saham baru atau rigts issue di bulan Juni mendatang. Padahal saat ini kondisi pasar saham Indonesia masih belum benar-benar pulih setelah sempat anjlok tajam paska rilis perlambatan ekonomi. Kemarin, Rabu (13/5) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,7% ke level 5.246,13. Namun dalam sebulan terakhir, indeks telah turun 3,6%. Sementara sejak awal tahun hanya mengalami kenaikan tipis yakni 0,06%. Sejumlah analis menilai prospek right issue tahun ini masih cukup bagus dibanding dengan alternatif pendanaan lainnya. Pasalnya emiten dapat memperoleh pendanaan tanpa harus terbebani bunga tinggi. Hanya saja, untuk penyerapan saham baru untuk emiten swasta diperkirakan masih rendah di tengah kondisi pasar saham yang belum stabil. Sedangkan emiten pelat merah masih positif karena memiliki stand by buyer. Emiten BUMN yang akan right issue diantara PT ADHI Karya Tbk (ADHI) menerbitkan 1,37 miliar saham baru dengan harga Rp 2.000- Rp 2.700 per lembar. Juga PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang akan melepas 4,07 miliar saham seri B atau sebanyak-banyaknya 29,1% dari modal ditempatkan dan disetor penuh diharga harga Rp 1.300-Rp 1.650. Jadi dana yang mungkin didapat dari hasil rights issue Rp 5,3 triliun-Rp 6,72 triliun. Sedangkan emiten swasta diantaranya ada PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) yang akan menerbitkan 41,28 juta saham baru dengan harga Rp 3.600, PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) melepas 8,62 miliar saham baru diharga Rp 325 per lembar dan PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP) menerbitkan 340 juta saham baru senilai total Rp51 miliar. Kelima emiten tersebut akan menggelar right issue dengan mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). HMETD ADHI dapat diperdagangankan di dalam dan di luar Bursa efek Indonesia (BEI) mulai 3 juli -9 juli 2015, sedangkan yang lain akan menggelarnya di bulan Juni. Selain itu, ada juga PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berencana right issue setelah mendapat PNM Rp 3,5 triliun dengan membidik dana Rp 5,5 triliun. David Nathanael, analis First asia Kapital menilai langkah right issue tahun ini merupakan yang paling tepat dibanding dengan pendanaan yang lain mengingat suku bunga yang masih cukup tinggi. Hanya saja, dia melihat penyerapan saham setahun belakang ini memang sangat rendah. “ Ini tak hanya di Indonesia saja, tapi bursa asia tenggar juga demikian,” jelas David. Menurut David, kemungkinan penyebabnya adalah investor wait and see dengan kenaikan suku bunga The Fed. Namun, dia memandang tantangan rendahnya serapan ini hanya akan dihadapi oleh emiten swasta. Sementara prospek right issue emiten BUMN masih bagus karena memilih standby buyer sehingga David yakin ADHI dan WSKT bisa mencapai target batas atas. Itu sebabnya, lanjut David, banyak emiten swasta menahan ekspansinya tahun ini yang ditandai dengan penurunan capex. “Kalau mau MTN atau obligasi bunga masih tinggi, sedangkan kalau mau right issue ada gak yang akan menyerap," jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News