KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Bakrie berpotensi menjadi salah satu konglomerasi yang menghirup angin segar dari pemerintahan presiden terpilih, Prabowo Subianto. Mengusung program keberlanjutan dan target ambisius pertumbuhan ekonomi hingga 8%, program pemerintahan Prabowo bisa menambah gairah bagi dunia usaha. Tak terkecuali bagi Grup Bakrie yang memiliki bisnis di beragam sektor industri. Founder Stocknow.id Hendra Wardana memandang program pemerintahan baru bisa menjadi katalis pendongkrak bagi Grup Bakrie. Apalagi, ada latar belakang hubungan yang akrab antara Prabowo dan keluarga Bakrie. Sejumlah emiten terafiliasi Grup Bakrie pun berpeluang terpapar sentimen positif dari program pemerintah di sektor energi, tambang dan manufaktur.
Grup Bakrie memiliki posisi yang kuat di tiga sektor tersebut melalui PT Bumi Resources Tbk (
BUMI), PT Energi Mega Persada Tbk (
ENRG), PT Bumi Resources Minerals Tbk (
BRMS), PT Bakrie & Brothers Tbk (
BNBR) dan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (
VKTR).
Baca Juga: Gelaran IPO EBT Sukses Cetak Kinerja Positif, Ini Saham yang Bisa Dicermati "Emiten kunci (dari Grup Bakrie) tersebut akan diuntungkan oleh fokus pemerintah terhadap energi, tambang, dan manufaktur. Sentimen positif lainnya berpeluang datang dari kebijakan terkait insentif sektor pertambangan dan energi," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Rabu (16/10). Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava berharap kebijakan yang lebih kondusif untuk sektor pertambangan. Namun, Dileep enggan berspekulasi mengenai regulasi maupun insentif yang akan diterbitkan oleh pemerintahan baru. "Jangan berspekulasi dulu, kita tunggu saja. Semoga pertimbangan yang lebih baik untuk sektor ini bisa diterima dengan baik," ungkap Dileep. Praktisi Pasar Modal & Founder Warkop Saham Raden Bagus Bima menambahkan, pergerakan sejumlah saham Grup Bakrie terutama di sektor komoditas cukup menarik dalam dua bulan terakhir. Hanya saja, sebagian lainnya masih terjerat di papan pemantauan khusus yang diperdagangkan dengan skema Full Call Auction (FCA). Bima menjelaskan, saham-saham emiten Grup Bakrie tersengat oleh sentimen yang beragam pada masing-masing sektor dan aksi korporasi yang dilakukannya. Dia mencontohkan BUMI, BRMS, dan ENRG yang laju harganya erat dengan sentimen fluktuasi harga komoditas batubara, emas serta minyak & gas. Outlook kinerja VKTR masih akan ditopang oleh prospek perkembangan industri kendaraan listrik. Sedangkan BNBR telah menuntaskan aksi kuasi reorganisasi. Di sisi lain, ada juga emiten yang masih dibayangi sentimen negatif seperti PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), yang menghadapi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Bima lantas melihat secara umum program pemerintah di sektor energi dan tambang serta aksi korporasi bisa menjadi daya tarik bagi sebagian emiten Grup Bakrie. Namun, volatilitas harga komoditas global serta performa fundamental emiten tetap harus menjadi pertimbangan investor. "Jadi pelaku pasar perlu memperhatikan berbagai faktor eksternal dan internal sebelum mengambil keputusan investasi di saham-saham Grup Bakrie. Saya menyarankan untuk lebih selektif dan menerapkan strategi jangka pendek," kata Bima. Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, dengan fraksi harga yang rendah, beberapa saham Grup Bakrie bisa menjadi alternatif untuk trading atau pilihan jangka pendek. "Setiap kali ada kesempatan menguat maka pelaku pasar tidak akan melewatkannya," ungkap William. Sejauh ini, William belum melihat saham-saham dari Grup Bakrie terpapar sentimen yang signifikan menjelang pelantikan presiden Prabowo pada 20 Oktober 2024. Meski nanti berpeluang terdongkrak oleh sentimen tersebut, tapi William mengingatkan hal ini hanya akan berlangsung sementara. Pada umumnya, sentimen terkait politik berlaku jangka pendek, dan mesti waspada terhadap aksi spekulasi. "Beberapa sempat menguat sesuai dengan harga komoditasnya. Saya belum melihat pergerakan harga yang mencerminkan respons pasar terhadap pemerintahan baru," terang William. Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah sepakat, sentimen politik hanya akan terjadi sesaat. Dus, pelaku pasar lebih baik melirik emiten Grup Bakrie yang secara kinerja punya prospek menarik, seperti BRMS yang berkongsi dengan Grup Salim.
Baca Juga: Didukung Prospek Harga Timah dan Regulasi Industri, Saham Timah (TINS) Layak Dipantau "Adanya kolaborasi kepemilikan dengan Grup Salim bisa menjadi salah satu potensi ke depannya. Kenaikan harga emas juga menjadi katalis positif. Trading plan bisa akumulasi ketika terjadi koreksi karena emiten ini punya prospek cukup panjang," terang Fath. Sementara itu, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani melirik saham BUMI dan BRMS, sejalan dengan prospek menarik pada komoditas batubara dan emas. Arjun pun menyarankan untuk menghindari saham-saham yang berada di papan FCA. Hendra menyarankan selektif memilih saham Grup Bakrie, mempertimbangkan volatilitas harga yang tinggi dan kondisi likuiditas yang bervariasi. Hendra menjagokan saham BUMI, BRMS dan ENRG dengan target harga masing-masing di level Rp 150, Rp 320 dan Rp 254 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari